𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷

43 2 0
                                    


Dari sebuah keinginan, menjadi distraksi akan angan.
Rasa ingin menjadi penyemangat diri dalam kemelitan,
agar tidak terbunuh ketidaktahuan.

Bayang-bayang diri terus mengejar, dari berbagai cara dan dari berbagai arah.
Untuk kita yang terus berlari, sediakan ruang untuk beristirahat.

Dalam jenuh sering kali kita merasa, pergi mencari suasana baru untuk melepas suntuk yang berlanjut. Aku merasa sangat bosan, mehabiskan waktu luang yang terlalu banyak, sehingga aku mulai bosan dengan waktu luang yang berkepanjangan.

Aku sangat suka semesta, karena semesta memiliki keindahan yang harus kita rasakan dan diabadikan. Mengabadikan setiap momen yang terjadi di dalam hidupku, terutama momen bersama orang-orang yang ku cinta.

Siang hari aku tengah memesan mie ayam, tiba-tiba temanku mengajak hunting foto, dan footage sore nanti. Tanpa pikir panjang dan mengingat aku tidak ada rencana apa-apa hari ini, aku langsung menerima ajakan temanku.

"Sore lu free kan? Ayolah gas hunting foto di LRT!"
Ucap temanku.
"Boleh, gua lagi free juga sih gaada agenda apa-apa. Lu udah makan siang belum?"
"Oke gas ya nanti, belum makan siang gua. Di rumah bisa ko nanti." Jawabnya
"Mang pesen satu lagi ya, makan di sini aja ya!"
"nggak usah harusnya eh." Ucap temanku dengan perut kosongnya itu.
"Basa-basi lu jelek, ayo sini duduk! Nanti dianterin ko itu, tenang aja"

Sambil menikmati mie ayam langgananku, kami membicarakan tentang seputar fotografi. Kebetulan kami memiliki hobi yang sama di kesenian, dan dia ikut bergabung dengan media ayahku yang terjun untuk menjadi dokumenter.

"Oh ya, itu acara MUNAS KONBES NU kita jadi ngeliput?" Tanya temanku.
"Jadi, Pak Presiden sama peringgi-petinggi lain juga ikut serta kata ayah gua."
"Serius lu? gokil dah, pengalaman bersejarah ini sih namanya." Ucapnya dengan eskpresi yang begitu gembira dan antusias tinggi.
"Besok pas acara gua izin nggak kuliah, mau jadi abdi negara sehari hahahaha."
"Ini momen seumur hidup sekali kayaknya, masa iya mau dilewatin gitu aja."

Acara yang terbilang sangat besar ini adalah pengalaman yang terhebat kami semasa terjun di dunia media.

"Kita langsung cabut, nanti sore kalo jadi samper aja."

...

Sore hari,

"Kamera lengkap? Apa cuma yang Canon aja?" Tanya temanku.
"Itu doang adanya, yang satunya dipake buat podcast sama ayah gua."
"Yaudah, langsung gas aja ayo!"

Hal seperti ini sering kali aku lakukan, melampiaskan kekosongan dalam keindahan semesta. Sesampainya di sana aku merasakan sensasi yang berbeda, mendapatkan angin sejuk dan pemandangan indah untuk ditangkap gambar.

Menunggu senja berganti malam, mengabadikan setiap detik yang ada, menciptakan kenangan dan ketenangan.

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, lakukan yang terbaik untuk diri sendiri. Hanya diri kita yang tahu membuatmu bahagia bak semesta membuat tata surya, dan temukan arti kebahagiaan itu sendiri.

Tiba waktu pelaksaan acara besar. Aku dan rekanku bersiap untuk menyukseskan acara. Dengan segala persiapan yang ada, ditambah perasaan yang menggebu-gebu karena kami dapat berpartisipasi dalam acara besar tersebut.

"Bang ini gimana? Kita di tahan polisi." Aku menelfon teman ayahku karena dia yang akan membantu kita untuk masuk.

"Kamu bilang aja dari tim saya, nanti pasti diizinkan masuk." Ucapnya

"Pak, maaf kami dari tim media milenial. Kami sudah dapat mandat untuk meliput di acara ini."

"Sebentar ya, dik." Polisi tengah berbincang dengan rekannya.
"Baik, adik bisa langsung masuk mebgikuti rute yang sudah ditentukan."

Kami sedikit terkejut karena akses yang bisa ditembus, dan kami diperizinkan masuk. Sesampainya disana kami disambut oleh remaja-remaja dan anak-anak yang berdiri disepanjang jalan masuk.

"Gila, keren banget woy! Berasa jadi presiden ya kita disambut kayak gini." Ucap diriku dengan perasaan senang.

Kami di arahkan oleh satpam menuju aula, namun semua tidak berjalan mulus begitu saja. Kami ditahan sementara oleh penjaga pintu masuk, dan kami dilontarkan pertanyaan yang lumayan memakan waktu.

"Maaf mas ini kenapa kami ditahan ya?"
"Kami harus segera meliput di dalam!" Aku bertanya untuk meminta akses masuk aula.
"Maaf sebelumnya, kalian dari media mana ya?"
"Kami dari media milenial mas, kami sudah mendapatkan mandat untuk meliput."

Aku langsung menunjukan pesan yang dikirim untuk memerintahkan kami bertugas. Tak lama kemudian kami diperbolehkan masuk aula. Ketika masuk perasaanku sangat berdebar, aku mampu bersanding dengan media-media ternama di indonesia. Perasaan yang sangat bangga hingga aku tidak dapar mengekspresikan kebahagiaan dan rasa bangga yang aku rasakan.

Aku dan rekanku tentunya berjuang dengan semaksimal mungkin, karena mengingat ini adalah hal yang paling berkesan. Kami meliput pidato orang nomor satu di indonesia, menjadikan pencapaian tertinggi kami sebagai seorang dokumenter.

Rasa syukur dapat kita lakukan dalam hal sekecil apapun, bahkan sebesar apapun.
Namun, sulit dari kita mensyukuri hal-hal kecil yang semesta beri.
Untuk kita, menolehlah ke belakang sejenak.
Melihat apa yang tak banyak orang bisa raih.

Aku & Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang