Bagaimana jika, kamu adalah dimensi ruang favorit untuk masa lalu?
Kita perlu waktu.
Untuk bersebalahan,
untuk berdebat lalu berpeluk erat,
untuk rindu yang tertahan,
untuk bermalas-malasan dan bersenang-senangDepok, 12 Juni 2022
"Kamu udah sampai mana?" Tanyaku kepadanya.
"Aku udah mau sampai Stasiun UI, kamu udah di sana?" Jawabnya dengan banyaknya suara manusia yang bergemuruh di gerbong kereta.Aku tengah isi bensin untuk persiapan jalan-jalan kami nanti. Hari itu aku senang sekali, karena penantian yang begitu lama akhirnya kami dapat bertemu. Katanya apa yang aku rasakan pasti dia juga rasa, jadi aku bersih keras untuk melawan rasa gugup untuk pertemuan pertama kami.
Sesampainya di Stasiun UI, aku mencari dia diantara banyaknya manusia yang tengah berlalu-lalang. Dia menelfonku untuk memberi tahu kalau dia sudah ada di sana, dan menunjukan tempat dia berada.
"Halo, kamu di mana?" Aku bertanya kepadanya sembari melihat sekitarku.
"Aku di dekat, jembatan penyeberangan ." Jawabnya.
"Itu kamu? aku liat kamu!" Sontak aku terdiam dan menatap menuju dirinya.
....
"Aku naik ke jembatan penyebrangan nih?" Ucapnya sambil meihat ke arahku.
"Iya langsung aja lewat tangga situ, soalnya motor aku di seberang sana."JawabkuJembatan penyeberangan Stasiun UI menjadi awal kami berinteraksi secara fisik. Dengan rasa yang tidak bisa diutarakan, dan aku yakin dia juga merasakan seperti apa yang dia katakan.
Karena kami menjalin hubungan jarak jauh, mungkin hari itu kami menjadi mahluk bumi yang paling bahagia di semesta.
"Semesta, terima kasih akhirnya bertemu!"
Rindu adalah pertemuan.
Pertemuan adalah kabar.
Rasa rindu akan menyampaikan kabar,
kepada mereka yang siap menerima.Kota Depok, adalah kota yang bercerita tentang diriku, dirinya, dan awal pertemuan kami.
Di atas motor kami berdua, di sepanjang jalan kami bercerita. Cerita yang tidak pernah ada habisnya, membuat setiap jalan-jalan yang kami lalui ikut menjadi bagian cerita.
Tempat pertama yang kami kunjungi adalah cafe tempat ayahku bekerja. Hal yang tidak bisa kami lakukan, kami dapat lakukan kala itu. Bercengkerama dan tertawa menceritakan hal-hal yang perlu sampai tidak perlu. Aku dapat melihat jelas senyum yang terukir sangat indah di wajahnya.
"Semesta lihat, indah sekali dirinya!"
Ayahku merespon cukup baik, dia terlihat senang mengetahui ayahku merespon baik kepada dirinya. Setelah kami selesai bercengkerama dan menghabiskan minum, kami segera berpindah untuk membeli bakso.
Ini kali pertama aku makan bersamanya, dia sangat suka dengan makanan yang kami beli. Karena dia ditemani oleh sepupuh perempuannya, dan aku di temani oleh sahabatku yang sekaligus sebagai teman dekat sepupunya dia, kami tidak pergi ke rumah melainkan langsung pergi ke tempat yang kami ingin tuju. Gelora Bungkarno atau yang sering disebut GBk menjadi tempat tujuan kami, katanya kalau sore hari ke Hutan Kota di GBK akan disuguhkan pemandangan yang samgst estetik dan indah.
Ketika di perjalanan menuju GBK hujan menghantam kami, membuat kami harus segera menepi untuk berteduh. Hujan tak kujung berhenti hingga pukul lima, menjadikan kami melewatkan sore hari di Hutan Kota. Setelah berhenti tidak merubah haluan kami untuk kesana, karena pemandangan malam hari di sana tidak kalah indahnya.
Sesampainya di sana, kami mengunjungi tempat yang bisa untuk duduk dan bercerita dengan tenang dan sunyi.
"Di sini aja, enak tempatnya!" Ucapku.
kami memesan pop mie untuk dijadikan teman dalam obrolan kami yang pastinya akan sangat panjang.
"Aku seneng deh, malam ini kita bisa sedekat ini!"
"Aku, kamu, sekarang ada di tempat dan perasaan yang sama."
"Kamu bener, apa yang kamu rasain aku juga rasain."
"Pertemuan pertama ini jangan pernah dilupain ya!"