SOROT BALIK 27: Malam Minggu Berhujan

4 2 0
                                    

Detik demi detik berlalu, dan hujan makin menderas. Orang-orang yang berlalu-lalang kini berlari dan berlindung di bawah atap setiap ruko yang tutup. Tak terkecuali ketiga manusia yang kini tengah sibuk dengan pikiran masing-masing.

Rafa, Rio dan Nara.

Mereka bertiga tak ada yang berniat memulai topik. Menikmati hujan.

"Eh, Luna!"

Nara tiba-tiba saja menjerit ketika salah satu temannya lewat. Untung saja yang dipanggilnya membawa payung. Tapi, Luna tak sendiri. "Nasya juga? Kalian dari mana?" tanya Nara ketika dua temannya itu mendekat.

"Baru pulang dari tempat kursus, kamu?" Nasya menjawab. Nara baru tahu kalau dua temannya itu satu tempat kursus.

"Lah? Rafa sama Rio juga? Kalian bertiga kencan?" guyon Luna setengah tertawa saat matanya melihat dua pemuda tinggi di depannya. Nasya buru-buru menoleh, dan matanya pun berbinar.

"Iya. Ditraktir Nara." jawab Rio enteng, tapi Nara buru-buru mengelak. Tak mau dua gadis itu salah paham, terutama Nasya. Entah kenapa, Nara merasa sedikit tidak nyaman dengan kehadiran si gadis gila buku.

"Panji?" Giliran Rafa yang bersuara sambil mengkerutkan dahi. Rio pun melirik ke arah yang sama.

"Woi! Revanzi Siji loro telu!"

Walaupun tak sesuai nama asli, yang dipanggil tetap menoleh. Diikuti oleh beberapa kawannya yang berada di bawah payung yang sama. Nara, Luna, dan Nasya tertawa geli.

Tak hanya Panji, ada juga Raihan, Arya dan Mas Ilham.

"Wah, kalian gila, ya? Payung kecil segitu dipake buat orang empat? Mana badan lo semua gede-gede." Komentar Rio masih tertawa.

"Diem lo. Ini kita belinya pake duit bersama, tau!" Arya langsung menanggapi, jaket denim di sisi kanannya basah terkena hujan.

"Kalian ngapain, sih? Malu-maluin!" Luna memotong, berusaha menahan tawanya.

"Kita rencananya mau pesta terakhir bareng Mas Ilham sebelum dia ujian. Eh, malah hujan." kata Panji, ia menyerobot di tengah-tengah Rafa dan Nara, lalu menutup payungnya.

JDER!

Petir tiba-tiba saja menyambar, dan gadis-gadis di sana berteriak kaget.

Raihan, Arya dan Panji juga ikut menjerit dengan jeritan yang dibuat-buat—hendak mengejek tiga gadis di sebelah. Nasya geram dan langsung menginjak kaki Panji. Bukannya berhenti, Panji makin membesarkan teriakannya.

"Eh, kenapa kalian semua bisa di sini? Reuni atau apa?" tanya Raihan, ia melempar senyum pada Nara.

"'Apa' kayaknya." Tanggap Luna.

"Jangan sok jutek gitu, dong. Lo nggak akan bisa mirip sama my Alice, Lun. Eh, kenapa kalian nggak ngajak Alice juga? Kan, seru—"

"Dia kan nggak satu tempat kursus sama kita."

"Gue juga nggak mau jadi obat nyamuk."

"Anu, aku mau dipeluk Alice sebagai hadiah." Panji memulai guyonannya, dengan suara yang dibuat semirip mungkin seperti Raihan. Serta kedua tangan memeluk dirinya sendiri.

Arya menanggapi, "Hahaha! Lucu banget sampai perut gue jadi six pack!"

"Kalian berdua semangat sekali." celetuk Mas Ilham.

Raihan geram, ia mengerutkan dahinya. "Diem lo berdua!"

"Six pack apaan? Ada juga jadi two pack!" kata Rio sambil memainkan ponselnya, sedangkan yang lain hanya tertawa geli melihat kelakuan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story Under the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang