SOROT BALIK 3: Payung Hijau

586 62 10
                                    

"Tak perlu menjadi bintang agar bisa dilihat, cukup menjadi orang yang bisa menolong orang lain, maka kamu tidak hanya akan dilihat tapi kamu juga akan diingat." - Mama Nara

***

    Nara melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah. Membuka perlahan pagar hijau muda yang di sisi kanan-kirinya tertanam daun-daun hijau kecil menyerupai dinding. Saat ia menutup lagi pagarnya, kemudian berbalik, suara kejam terdengar di telinganya.

    Brak!

    Nara mendadak tegang.

    "Apa-apaan kamu? Saya baru pulang, tiba-tiba kamu menyerbu saya dengan pertanyaan dan tuduhan tak masuk akal! Istri macam apa kamu!" pria paruhbaya itu menggebrak meja ruang tamu, wajah tegasnya tampak menahan amarah.

    "Saya curiga, Mas. Kamu pulang seminggu dua kali ke rumah, lalu tadi saya melihat seorang wanita mengantarmu pulang dengan mobilnya! Kamu pasti selingkuh, kan? Mobil kamu kemana? Kan bisa pulang pakai mobil sendiri!"

    Nara menatap wajah ibunya yang digenangi air mata, rahangnya mengeras, wajahnya memerah, urat-urat di lehernya terekspos jelas, serta matanya yang sembab.

    Akhir-akhir ini ibunya selalu menangis tiba-tiba di kamar. Kedua orang tuanya memang sering bertengkar, sampai-sampai barang di sekitar mereka pun menjadi sasaran. Tak ayal jika Nara memasang ekspresi datar saat memasuki rumah.

    "Aku pulang," ucapnya tanpa nada dan pura-pura bersikap tak peduli. Ia melewati kedua orang tuanya dan langsung menaiki tangga.

    Nara mendongak, mendapati adik kecilnya yang mengintip dari lantai atas. Tubuhnya bergetar hebat saat mendengar suara barang pecah.

    Gadis itu buru-buru mempercepat langkahnya, ia menghampiri adiknya dan langsung memeluknya.

    "Rion, ayo ke kamar." Bisik Nara dalam pelukannya. Tak seharusnya laki-laki kecil itu menyaksikan kekerasan di depan matanya. Ini bisa berdampak pada kehidupan masa depannya.

    "Kara... Rion takut..."

    "Jangan takut, kan ada Kara."

    Kara? Itu adalah singkatan dari kakak Nara. Rion sendiri lah yang membuat singkatan unik itu.

    Gadis itu mengunci pintu kamar rapat-rapat. Ya, ini adalah kamar Rion.

    Nara memandang keadaan kamar Rion yang sangat mengenaskan. Berantakan seperti kapal pecah. Ia pun membereskan berbagai kertas hvs yang bertebaran di lantai dan buku-buku milik Rion.

    Namun, saat memungut kertas hvs yang tesembunyi di bawah ranjang, Nara mendadak mendelik. Ada sebuah gambar keluarga bergandengan tangan di sana.

    "Ini kamu yang buat, Yon?"

    Pemuda kecil itu mengangguk cepat dan memamerkan senyum lebarnya.

    Nara menatap kertas hvs itu dengan intens.

    Ada gambar laki-laki tinggi yang diwarnai dengan warna cokelat. Semuanya cokelat. Bajunya, celananya, sepatunya, tangannya, rambutnya, kecuali wajahnya yang tengah merengut.

    Lalu, di sebelah kirinya ada wanita bersanggul yang diberi warna putih, sama seperti si laki-laki tinggi. Semuanya diberi warna putih, kecuali rambutnya yang berwarna cokelat tua dan bibir yang tersenyum tipis.

    Di samping wanita itu, ada sosok pemuda kecil yang diwarnai biru muda. Semuanya berwarna biru, kecuali rambutnya yang berwarna hitam dan mukanya yang tidak diberi warna-alias putih. Pemuda kecil itu tampak tersenyum lebar menatap ke depan.

Story Under the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang