SOROT BALIK 6 : Perahu Merah

511 48 1
                                    

    Normal POV

    Angin berhembus, menggoyangkan rambut hitam pendek milik Nara.

    Arloji hitam di pergelangan tangan Rafa sudah menunjukkan pukul sembilan kurang lima, tapi udara di sekitar kebun teh tetap dingin dan tidak ada tanda-tanda matahari akan bersinar terik.

    Nara justru memegang kedua lengannya, angin yang berdesir membuat tubuhnya menggigil kedinginan.

    "Awannya mendung." Gumam Nara menatap langit. Ia melirik Rafa yang masih memandang para ibu-ibu bertopi lebar yang sibuk memetik daun teh. Di punggung mereka ada keranjang besar terbuat dari kulit kayu.

    Tuk!

    Tiba-tiba ia merasa ada benda menimpa kakinya yang dibalut sepatu hitam bertali.

    Gadis itu menunduk, mendapati sepatu berwarna sama yang sudah menginjak sepatunya. Nara tahu itu sepatu siapa, dan saat ia mendongak ternyata dugaannya benar.

    "Rioo!" teriaknya.

    Ketika menyadari ibu-ibu yang memetik teh itu ikut menatapnya, Nara buru-buru menutup mulut dengan tangan kanan.

    "Lo dari tadi ngelamun mulu. Tadi ngelamun sampe hampir kecebur di danau, sekarang ngelamun sambil lihat pohon. Dasar cewek aneh!" ledek Rio memeletkan lidahnya dan menekan injakannya, membuat Nara berusaha mati-matian untuk tidak memekik. Wajahnya merah menahan hasrat untuk berteriak.

    "Heh! Kurang ajar!"

    Ketika laki-laki beralis tebal itu menjauhkan sepatunya, Nara langsung membalas. Menginjak sepatu hitam bertali milik Rio.

    "Ehh, sakit, sinting!"

    Rio pun membalasnya. Begitu terus sampai Rafa menatap mereka jengah.

    Ketika Nara ingin membalas injakan Rio, laki-laki itu langsung lari secepat kilat. Memancingnya untuk mengejar.

    Dengan wajah menahan amarah, Nara mengejarnya.

    Tawa Rio menular. Nara juga tanpa sadar ikut tertawa walaupun kakinya masih berlari dengan tangan berusaha meraih punggung Rio yang selalu saja menjauh.

     Mereka tanpa sadar sudah kembali lagi ke tempat awal. Di sana ada Rafa yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Rio langsung memegang kedua pundak Rafa, berdiri di belakangnya sambil terus menatap Nara dengan memeletkan lidah.

    Nara berhenti tepat di depan Rafa, matanya masih menatap Rio yang berdiri di belakang si laki-laki bermuka datar.

    "Raf, tolong. Jauhin cewek aneh ini dari gue," katanya dengan nada memelas, tepat di telinga Rafa. Ia bisa melihat ekspresi malas laki-laki di depannya.

    Nara pun tertawa sebentar.

    "Eh, tunggu. Cewek aneh? Bukannya kamu sendiri yang aneh?" ketika menyadari kalimat Rio yang menyindirnya, Nara langsung menggertakkan kaki ke tanah. Ia gatal ingin mencakar wajah Rio habis-habisan, supaya wajah tampannya itu hilang.

    "Nyebelinn!"

    Rio langsung berlari menjauh dari Rafa dan Nara pun mengejarnya.

    "Kurang kerjaan." Gumam Rafa bergeleng-geleng kepala.

    Nara mundur beberapa langkah dan kini berhadapan dengan Rafa, "eh? Rafa, hidung kamu ada noda hitam tuh! Ada jerawatnya juga, kamu lagi suka sama orang, ya? Cie-ciee." Ia berucap sambil tertawa melihat ekspresi membelalak Rafa.

    Sontak, laki-laki itu memegang hidungnya, dan Nara menginjak sepatunya.

    "KENA!"

    Tidak ada ekspresi lain, hanya ada mata yang semakin menyipit dan helaan nafas panjang. Nara menekuk bibir, ia hanya ingin melihat ekspresi lain dari Rafa, tapi sepertinya laki-laki itu tidak mempunyainya.

Story Under the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang