"Tahun lalu kalian juga gagal?"
"Ho'oh. Kelas IPS 6 pemainnya hebat-hebat."
Tangan Raihan bergerak mematikan keran wastafel. Kemudian, melirik Rafa yang memainkan ponselnya di ambang pintu toilet.
"Eh, Raf. Itu gimana ceritanya muka lo dicoret-coret gitu?" ia bertanya dengan nada menyindir. Rafa melirik sekilas, lalu kembali fokus ke layar ponsel.
"Ini bukan coretan." Katanya.
"Terus apaan? Cucok bener!" laki-laki menjengkelkan di belakang Rafa tertawa sembari menepuk pundaknya.
"Untuk solidaritas kelas." Alis Rafa bertaut.
"Heh, kelas kalian..." ucapan Raihan menggantung di udara. Ia membelalak dan buru-buru bertanya dengan wajah serius kepada Rafa. "Satu kelas? Semuanya gitu?"
"Hm."
"Gue duluan!"
Tanpa menunggu anggukan Rafa, Raihan sudah berlari meninggalkannya. Laki-laki menjengkelkan—bagi Rafa—itu kini menuju kumpulan perempuan di pinggir lapangan. Rafa mengerti dan berlaga tak peduli.
"Nara! Liat Alice?"
Gadis yang dipanggil langsung menoleh ke belakang, seakan memberi tahu bahwa orang yang dicari Raihan tengah mengobrol bersama Luna di belakangnya.
Mata Nara memendar, menatap setiap sudut lapangan yang penuh dengan para murid berseragam lucu. Acara akan dimulai beberapa menit lagi, dan mereka di suruh berkumpul di lapangan untuk menyaksikan setiap perlombaan yang ada.
Bola matanya berhenti pada satu titik.
Rio dengan dandanan mirip Dr. Watson, lengkap dengan tongkat dan kumis. Di sebelahnya, ada laki-laki berperawakan Guy Fawkes. Dan di sisi kiri Rio, ada Bellatrix.
Nara berdecak kagum.
Banyak yang memakai pakaian seperti sedang cosplay—berpenampilan sama seperti pemain film.
Ada juga kelas 12-IPA-3 yang tampak keren dengan seragam persis seperti serial anime Attack on Titan. Ia tersenyum karena menangkap sosok Mas Ilham di antaranya.
Meski kelas 11-IPA-1 hanya memakai kaos licin berwarna biru langit dan celana putih pendek, bagi Nara mereka juga keren dan lucu dengan goresan kumis kucing di pipi.
Semua tampak menakjubkan. Terlebih seorang Goblin yang tiba-tiba jatuh di dekat kakinya.
"Apa, sih, Rai! Jangan malu-maluin!" Gadis di belakang Nara memelankan suaranya ketika membentak si Goblin, ia berkacak pinggang.
"Ha-habisnya... kamu imut.. sengaja, ya dandan gitu biar aku makin cinta?"
"Hah?"
"Uuu, sayaaanngg~" Goblin itu—Raihan—berdiri dan melentangkan tangan lebar-lebar untuk memeluk Alice. Tapi, alih-alih dipeluk balik, Raihan malah mendapat injakan super di kakinya.
"Balik sana ke kelas kamu!"
Dua orang itu berhasil menarik perhatian orang-orang, dan Nara hanya menanggapi dengan tawa.
"Tes.. melon, markisa, mangga."
Mendadak seluruh penjuru lapangan menoleh, mengidahkan seseorang menyebut nama buah yang berasal dari podium di lantai tinggi di belakang tiang bendera. Guru-guru berpakaian unik sudah berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Under the Rain
Fiksi RemajaMasa lalu akan tetap ada. Kamu tak perlu terjebak terlalu lama di dalamnya. Tapi apakah cinta mampu memaksamu berdamai dengan masa lalu? Pada kisah ini, kamu akan bertemu laki-laki yang selalu berdiri di bawah hujan. Laki-laki yang tak mau menyeb...