BERTIKAI

25 15 2
                                    

Setelah merasa lama tinggal di restoran dengan masih sedikit melayani pembeli, Ila terburu pulang. Semangat kerjanya yang semula tinggi, saat itu kendor.
Sesekali terlintas dalam benaknya untuk tunjukkan keahlian bela dirinya pada Yusuf sehingga Yusuf punya rasa takut terhadapnya. Namun saat itu ia putuskan keinginannya itu secepatnya dengan menggedek-gedekkan (geleng-geleng) kepalanya yang ingin mengusir jauh-jauh isi benaknya.

Senja juga petang terlampaui. Pengunjung mulai meramai kala malam hari. Ila pun mulai memaksakan diri untuk mengalahkan kelesuannya. Digerakkannya seluruh karyawan untuk semangat dengan berwajah riang. Ila ingin mendapatkan acungan jempol di dalam tugasnya bekerja. Dan menu-menu pun malam itu banyak terpesan oleh pembeli yang mungkin mereka datang hanya untuk mencoba atau mungkin ada dari mereka yang datang memang sedang mencari makanan untuk mengisi perutnya yang sedang kosong. Dan masih banyak lagi alasan-alasan yang mungkin ada pada tiap pembeli yang datang saat itu. Juga karena kota Johor Bahru memang terlihat hidup ketika malam khususnya untuk penikmat-penikmat kuliner yang banyak memburunya di pinggir-pinggir jalan baik itu di restoran ataupun warung-warung kecil dan pada pedagang kaki lima yang tak ingin kalah bersaing dalam bisnisnya.

Malam itu adalah malam pertama Restoran Mega melayani pembeli. Jadwal buka di hari pertama membuat Ila kualahan, karena dari pagi hingga pukul sebelas malam Ila tidak istirahatkan diri. Sedangkan jadwal tutup malam itu adalah pukul tiga pagi. Akhirnya Ila memutuskan untuk beristirahat yang sebelumnya dia telah menyuruh salah satu karyawan untuk menggantikan tugasnya. Untuk karyawan yang bekerja dari jadwal pagi, sudah semenjak senja berganti dengan karyawan baru, yang memang sudah mendapatkan jadwal kerja malam.

Kota Johor Bahru, semakin malam semakin ramai, semakin pagi semakin sepi. Dan kemudian datang kembali siang yang riang dengan orang-orang yang tampak senang. Begitu terus bergantian waktu, siang, sore, petang, malam, pagi, semua berisi aktifitas yang seoalah tak tuntas-tuntas. Lelah mengejar harta namun anehnya tak lama kemudian bangkit keinginan untuk mengejarnya lagi. Kecanduan harta.

Ila pulang sendiri dengan taksi karena penantiannya terhadap Yusuf tiada terpenenuhi, sedang Shubuh sudah dihangatkan oleh lantunan merdunya kalimah-kalimah Al-Quran di masjid-masjid.
Diistirahatkannya jasad yang lelah. Sendirian, Yusuf entah di mana. Kala Ila sedang dihibur mimpi-mimpi di pagi hari yang masih muda, suara bel rumah menjadikannya membuka mata dan menyongsong pintu utama. Dengan wajah tak bersegar ataupun berseri, Ila menyambut suaminya yang datang dengan wajah lusuh dan kemejanya yang berbasah minuman keras. Ila sangat mengenal bau lembut minuman keras itu seperti yang sering ia jumpai ketika menyambut kedatangan Zahid kala mabuk dahulu. Singapore Sling nama minuman itu.

Dipapahnya Yusuf menuju kamar tidur. Dan dibiarkannya Yusuf menghabiskan pengaruh minuman keras itu dengan tidurnya yang memati. Masih diurungkannya untuk menanyai Yusuf tentang Fara.

Saat pagi sudah tua yang kemudian berganti siang muda, Ila membersihkan diri dan siap-siap akan pergi ke Pasar Larkin untuk membeli bahan-bahan masakan yang dibutuhkan di restoran. Walaupun Ila bisa dikatakan manajer di Restoran Mega, Ila tetap mau berbelanja sendiri. Prinsip Ila adalah ingin mengerjakan pekerjaannya sendiri selagi bisa. Sehingga biaya pengeluaran dapat ditekan serendah mungkin.

Setelah berbelanja apa-apa yang sudah dicatatnya, Ila langsung menuju restoran. Di sana ia jumpai restorannya sudah dibuka oleh karyawan yang memang sudah mendapat tugas pagi bersama karyawan-karyawan lainnya yang mempunyai jadwal kerja di pagi hari hingga sore. Lantas Ila duduk di tempat kerjanya setelah dari dapur restoran. Namun ada telepon Yusuf membuat bangkit lagi dari duduknya karena Yusuf meminta Ila untuk pulang dengan alasan bahwa Yusuf ingin makan makanan masakan Ila.

Sesampainya di rumah, Ila langsung mendapat sambutan dari Yusuf berupa rengkuhan dan cumbuan. Ila menolak ketika dia ingat dengan niatnya untuk menanyakan tentang Fara.

Menara - Menara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang