Menara - Menara Cinta

TUJUH KALI PESTA PERNIKAHAN

Pemilihan waktu dan tempat pesta pernikahan sudah ditentukan. Fara sudah mempersiapkan semuanya.
Ila yang teringat dengan kedua anaknya, dia meminta ijin pada Fara untuk diijinkan mengundang kedua anaknya dan ibu tirinya. Dengan senang hati Fara mengijinkannya bahkan Fara menyuruh Ila agar kedua anaknya terus tetap tinggal di Malaysia.

Tibalah waktu pelaksanaan akad pernikahan. Di rumah Faralah akad pernikahan dilaksanakan. Dari pihak Fara, dia mengundang semua rekan-rekan kerjanya. Teman-temannya. Bawahannya. Bahkan Fara juga mengundang Perdana Menteri Malaysia akan tetapi bukan atas nama negara melainkan atas nama pribadi karena istri dari Perdana Menteri Malaysia saat itu merupakan teman Fara dalam berbisinis. Ada juga beberapa artis Malaysia yang Fara kenal, mereka juga turut diundang.

Dari pihak Ila, dia mengundang kedua anaknya dan ibu tirinya. Ila juga mengundang Melda beserta suaminya sebagai teman baiknya di Batam.

Sedangkan dari pihak Faruk, dia tidak ada sama sekali yang diundangnya. Faruk tahu, walaupun dia mengundang teman-temannya di Lampung, tidaklah ada dari mereka yang akan hadir. Karena Faruk tahu, teman-temannya adalah miskin seperti dirinya yang juga miskin. Tapi dalam hati Faruk berjanji, jika dia diberi kemampuan dan waktu, suatu hari nanti akan datang ke desanya untuk mewujudkan rasa syukur atas mujurnya nasib yang dia terima itu pada seluruh warga di desanya berupa selamatan.

Setelah akad nikah dilaksanakan, ketiga mempelai dengan pakaian pengantin tradisional digiring menuju City Villa Kuala Lumpur.
Iring-iringan mobil mewah dengan berhias bebungaan meramaikan acara pesta pernikahan Faruk, Ila, dan Fara. Sesampainya di tempat tujuan, ketiga mempelai disambut oleh para penari tradisional yaitu tari sigeh pengunten khas Lampung yang kemudian dilanjutkan tari zapin khas Johor.

Tamu undangan yang sudah banyak berada di ruangan, kemudian berdiri setelah mendapat instruksi dari protokol untuk memberikan penghormatan kepada ketiga mempelai yang akan memasuki ballroom.

Saat duduk di singgasana pelaminan, ketiga mempelai terlihat begitu anggunnya. Faruk yang mengenakan pakaian pengantin khas Lampung terlihat mewah dengan kain tapis berwarna putih yang bersulamkan benang emas dan berhiaskan tinta emas. Di kepalanya dihiasi kikat akkin dan diselempangkan kain tapis merah yang juga bersulamkan benang emas. Bagaimana tidak mewah jika kain tapis adalah kain yang termasuk jenis kain termahal di dunia.

Begitu juga Ila yang dirias sedemikian rupa sehingga tampak sangat cantik dengan pakaian pengantin tradisional Lampung berdominasi warna putih dan merah yang juga merupakan kain tapis bersulam benang emas. Sedangkan di kepalanya bertengger siger yang mempunyai arti tersendiri dalam adat Lampung.

Sedangkan Fara cantik terias dengan pakaian pengantinnya berupa kebaya Malaysia yang sudah didesain secara modern dengan warna merah menawan.
Rambutnya yang disanggul meninggi semakin membuatnya tampak berserian.

Hiburan berupa tarian dan nyanyian tradisional Lampung serta Malaysia silih berganti dibawakan oleh beberapa vokalis yang dengan semangat menyanyikannya.

Hingga akhir acara, banyak tamu undangan yang berfoto bersama dengan ketiga mempelai. Moment itu tidak hanya diabadikan dengan sekedar jepretan foto, melainkan juga dishowting bahkan ada beberapa infotainment yang meliput acara pesta pernikahan tersebut karena pesta pernikahan tersebut termasuk pesta pernikahan yang mewah dan unik.

‘Wah,’ begitulah kebanyakan para tamu undangan mengungkapkan ketakjubannya atas pesta pernikahan yang sedang disaksikannya.

Senyum dan tatapan yang ramah senantiasa menghias di ketiga mempelai. Kedamaian ingin mereka raih. Mereka ingin berada dalam ketentraman. Bersama dalam satu ikatan pernikahan.

Empat hari kemudian, pesta pernikahan pun diadakan lagi namun berbeda tempat. Dan dekorasi tempat pun berbeda juga. Pakaian pengantin tetap mengambil tema sama, yaitu tetap bertema pakaian pengantin tradisional. Hanya saja berbeda warna. Kali ini berdominasi warna jingga.