"La, tolong cakap kat Bang Faruk supaye kite kawen secepatnye. Ai nak secepatnye selesaiken kebahagiean ni yang dah lame menanti kat tepi anganan hati,"
(La, tolong katakan pada Bang Faruk agar kita menikah secepatnya. Aku ingin secepatnya menunaikan kebahagiaan ini yang telah lama menanti di pinggir hati,) kata Fara pada Ila saat ada di perjalanan dengan mengendarai mobil."Baeklah. Mongkin sesampainye kat rumah sat, saye nak kaseh tau kat Bang Faruk."
(Baiklah. Mungkin sesampainya di rumah nanti, saya akan memberitahukannya pada Bang Faruk). Jawab Ila di samping Fara yang sedang menyetir sendiri mobil mewahnya."Tau tak saat ni kite nak pi mane, La?"
(Tahu tidak sekarang kita akan kemana, La?) Tanya Fara mengisi keheningan dalam mobilnya. Sambil tersenyum, Fara memperhatikan Ila yang membalas dengan gelengan kepala."Ai nak pi kat desaiener pakaien penganten yang tercantek kat KL. Ai nak cari pakaien penganten buat kite bertige, La."
(Aku mau ke desainer baju pengantin yang terbaik di Kuala Lumpur. Aku akan cari baju pengantin untuk kita bertiga, La). Jelas Fara dengan tersenyum senang."Ha...?! Tu artinye kite kan kawen bersame-same ye, Far?"
(Ha...?! Itu berarti kita akan menikah bersamaan ya, Far?) Tanya Ila yang sedikit kaget dengan perencanaan Fara."Iye, La. Kite nak bersanding kat pelaminan bersame. Cam tu pule akad perkawenannye, La. Elok tak aidenye?"
(Iya, La. Kita akan bersanding di pelaminan bersamaan. Begitu pula akad nikahnya, La. Bagus tidak idenya?)"Kite kan dah jande, Far. Tak malokeh buat adekan jamuan perkawenan?"
(Kita kan sudah janda, Far. Masak tidak malu untuk mengadakan pesta pernikahan?) Tanya Ila yang merasa malu dengan statusnya sebagai janda yang sudah beranak dua."Tak de masaleh. Kite kan maseh mude, La. Jamuan tu kan bentok rase syokor kite yang dah dapekkan kebahagiean. Jadi tak semestinye jamuan perkawenan tu cume buat pare penganten yang baru kawen selame hidopnye."
(Tidak masalah. Kita kan masih muda, La. Pesta itu kan bentuk dari rasa syukur kita yang telah mendapatkan kebahagiaan. Jadi, tidak seharusnya pesta pernikahan itu hanya diperuntukkan bagi para pengantin yang baru menikah selama hidupnya). Jawab Fara dengan riangnya."Memang usie awak tu berape, La?"
(Memang usia kamu berapa, La?) Tanya Fara melanjutkan perbincangan."Macam, selame due puluh tahonlah."
(Sekitar dua puluh dua tahun, kayaknya). Jawab Ila dengan tatapan mata ke depan."Maseh sangak mudelah, La. Ai dah tige puluh tahonlah. Beruntongnye ai maseh je tampak mude, hehehehh."
(Masih sangat muda dong, La. Aku sudah tiga puluh tahun, lho. Untungnya aku masih saja tampak muda, hehehehh).
Ila yang mendengar tawa Fara menjadi tersenyum."Macam mane tak awet mude jike awak kerjenye tak susah. Tak macam saye, kat usie lapan belas tahon dah mulai pi kat negeri orang buat kerje keras."
(Bagaimana tidak awet muda kalau kamu kerjanya tidak berat. Tidak seperti saya, di usia delapan belas tahun sudah mulai merantau dan bekerja keras). Ila berkomentar dengan senyumnya yang semakin melebar."Nah, saat ni dah sampailah. Jom, awak turot tolong ai pileh pakaien pengantennye."
(Nah, sekarang sudah sampai. Ayo, kamu ikut bantu aku memilih baju pengantinnya). Ajak Fara ketika mobilnya sudah diparkirkannya di depan toko besar yang terlihat dibangun dengan mayoritas kaca transparan. Sehingga pajangan-pajangan baju pengantin terlihat jelas dari luar bangunan.Sesampainya di dalam ruangan, Fara dan Ila disambut langsung oleh laki-laki yang dia adalah desainer baju pengantin terkenal di Kuala Lumpur yang sudah ditelepon Fara sebelumnya. Fara juga menyampaikan keinginannya untuk mengadakan pesta pernikahan sebanyak tujuh kali dalam waktu satu bulan. Sehingga Fara memesan baju-baju pengantin untuk dirinya dan pasangannya sesuai dengan apa yang direncanakannya.
Setelah merasa puas berbincang-bincang dengan desainer itu, Fara mengajak pulang.
Dan setiba di rumah, Ila langsung menuju Faruk untuk menyampaikan keinginan Fara."Masalah menikah itu mudah saja, Dik. Tapi yang aku pikirkan adalah cara untuk menafkahi kalian. Untuk menafkahi diriku sendiri saja aku merasa kesulitan. Apakah tidak lebih baik aku mencari pekerjaan dulu dengan gaji yang besar sehingga aku dapat dengan mudah menafkahi kalian? Adik tahu sendiri kan bagaimana pola hidup Dik Fara?" Kata Faruk yang seolah belum siap untuk menikahi Fara dan Ila sekaligus.
"Jadi, Bang Faruk belum siap untuk menikah?" Tanya Ila memperjelas maksud perkataan Faruk.
"Iya, Dik. Nafkah batin mungkin aku bisa memenuhinya. Tapi untuk nafkah lahir sepertinya aku sangat jauh dari kemampuan. Jadi, sampaikan permintaan maafku pada Dik Fara ya, Dik." Kata Faruk yang saat itu berada di taman yang berdekatan dengan kolam renang.
Saat itu Faruk sudah tidak lagi disuruh menjadi satpam melainkan hanya ber-standby untuk melayani Fara saat mengajak jalan-jalan dan bersenang-senang. Kemudian Ila pun pergi setelah mengiyakan permintaan Faruk dan setelah memberitahukan bahwa Fara telah memesan pakaian pengantin untuk pesta pernikahan.Ila segera menemui Fara untuk menyampaikan pesan Faruk. Dengan senyum ringan, Fara menerima pesan Faruk. Dan kemudian mereka pun mengadakan musyawarah yang hasilnya adalah Faruk tidaklah disuruh bekerja keras untuk memberikan nafkah lahir pada Ila dan Fara. Faruk hanya diminta kesediaannya untuk mempercepat pernikahan. Yang saat itu juga Faruk menyatakan kesediaannya untuk menikahi Ila dan Fara secara bersamaan.
Faruk yang mendengar penjelasan Fara tentang persiapan baju pengantin dan pesta pernikahan yang akan dilaksanakan sebanyak tujuh kali, dia lantas memberikan usul. Faruk menginginkan dirinya saat pesta pernikahan dilaksanakan, dia ingin mengenakan pakaian pengantin tradisional dari Lampung.
Dan Ila pun mengikuti keinginan Faruk. Ila juga ingin mengenakan pakaian pengantin khas Lampung.Fara dengan senang menerima usulan Faruk dan Ila setelah mendengar alasan mereka. Sedangkan Fara kemudian menentukan pilihannya terhadap pakaian pengantinnya, yaitu Fara akan mengenakan pakaian pengantin khas Malaysia.
"Jadi acare jamuan perkawenan kite sat soal tamasyienye cinte insan Lampung kat Malaysie. Sepadanlah tu. Dan ailah yang nak jadi tuan rumah sekaligos pelayan kat cinte yang kalien bawe kat Malaysie ni. Sunggoh temme yang sangak berkesan baek. Moge-moge juge dapek berikan pesan kat negare kite yang tampaknye sering berseteru hinge negare sadar bahwe bersame tu adaleh sangak dibutohken."
(Jadi acara pesta pernikahan kita nanti bertema tentang tamasyanya cinta insan Lampung ke Malaysia. Sangat bagus itu, lho. Dan akulah yang akan jadi tuan rumah sekaligus pelayan atas cinta yang kalian bawa ke Malaysia. Sungguh tema yang sangat berkesan baik. Mudah-mudahan juga bisa memberikan pesan pada negara kita yang tampaknya sering berseteru sehingga negara sadar bahwa kebersamaan adalah sangat diperlukan). Cetus Fara yang merenungkan rencana pesta pernikahannya yang bertemakan perjalanan cintanya bersama Faruk dan Ila."Bukan negara yang berseteru, Dik. Akan tetapi yang berseteru itu adalah oknum-oknum yang rakus kekuasaan dan harta," komentar Faruk masih dengan berbahasa Indonesia. Dengan senyumnya, dia ingin membujuk Ila dan Fara untuk juga tersenyum.
BERSAMBUNG....

KAMU SEDANG MEMBACA
Menara - Menara Cinta
RomanceCerita tentang percintaan yang kompleks dan jarang terjadi dalam kehidupan. Seorang wanita desa yang tangguh bersama lika-liku kehidupannya menjadikan cerita ini seru karena undakan-undakan ataupun tangga-tangga susah-senangnya mampu dia lewati deng...