"Bawalah ini, La. Aku lihat kamu sangat membutuhkannya. Mudahan-mudahan dengan kamu membawa azimat ini, tidak akan ada lagi laki-laki yang berani menyakitimu." Kata Bapak Ila saat Ila akan pergi lagi ke Batam.
Karen Ila mengerti maksud pesan-pesan yang disampaikan bapaknya, Ila hanya menerima pemberian bapaknya tanpa berkomentar.Saat itu Ila juga berpamitan pada ibu tirinya yang sebelumnya Ila meminta tolong kepadanya untuk menjagakan anak perempuan dan anak laki-lakinya, Zahrra dan Angga. Karena saat itu Ila tidak membawa uang yang cukup banyak, Ila hanya memberi sedikit uang kepada ibu tirinya untuk kebutuhan kedua anaknya.
Ila pun berangkat dengan semangat ingin memperjuangkan masa depan kedua anaknya. Ila malu pada bapaknya dengan derita yang dibawanya pulang. Seolah Ila mengadukan kekalahannya dalam berperang yang dulu Ila menganggap musuhnya akan pasti kalah dengan tangannya yang masih bertulang dan berurat muda.
Dengan pesawat terbang Ila kembali ke Batam karena Ila ingin cepat sampai dan bertemu dengan temannya, seorang laki-laki yang menawarkan pekerjaan di Malaysia. Namun sesampainya di Batam, Ila menyempatkan belajar bela diri pada seorang laki-laki yang bersedia mengajarinya berolah-kanuragan. Ila berpikir saat itu dia memang membutuhkan kemampuan berbela diri yang baik. Ila tidak ingin disakiti lagi oleh laki-laki. Apalagi Ila akan pergi ke Negara Luar Indonesia, yang Ila tidak kenal warganya di sana, apakah lebih baik atau malah lebih jahat daripada warga Indonesia.
Dalam dua bulan Ila sudah sempurna melakukan gerakan-gerakan yang diajarkan pelatihnya. Itu karena Ila sangat bersungguh-sunguh dalam berlatih dan sering mempraktekkannya saat di kosan. Banyak laki-laki dekat kosan Ila yang senang dan mau menerima ajakan Ila untuk beradu kanuragan walaupun mereka harus menerima pukulan, tendangan, dan bantingan dari Ila yang terkadang dilakukan sungguhan. Mereka mengakui kelihaian Ila dalam mematikan dan mengalahkan gerak jurus lawan-lawannya.
Saat Ila sudah merasa siap mental dan fisiknya, Ila memberitahukan kepada temannya untuk bisa berangkat ke Malaysia, tempat Ila akan dipekerjakan.
Setelah mengurus semua yang dibutuhkan yaitu paspor dan permit, Ila pun diberangkatkan oleh temannya dari Pelabuhan Batam Center dengan Ferry NV Indomaster 3. Di Pelabuhan Stulang Laut, Johor Bahru, Ila sudah ditunggu seorang laki-laki yang tak lain adalah calon majikannya. Namun sebelum mendapati calon majikannya itu, Ila masih menghadapi petugas imigresen di Pelabuhan Stulang Laut. Ila mendapatkan tawaran dari calo-calo yang saling berebutan mangsa. Mereka menawari Ila untuk mempermudah permit dan untuk memperlama masa tinggal di Negeri Malaysia. Dengan tidak memberikan jawaban pada tawaran-tawaran yang diberikan para calo, Ila langsung saja terus berjalan menuju kantor resmi imigresen di sana. Hal itu Ila lakukan karena Ila takut tertipu. Ila pun mendapatkan beberapa pertanyaan dari petugas imigrasi setelah Ila dimintai untuk menunjukkan paspornya yang berwarna hijau. Petugas imigrasi menanyai tujuan Ila ke Malaysia, tempat tinggal yang akan dituju, aktivitas yang akan dilakukan selama tinggal di Malaysia, tempo waktu akan tinggal di Malaysia, dan kemampuan Ila dalam berbelanja selama berada di Malaysia. Karena Ila sudah mendapatkan pemberitahuan-pemberitahuan dari temannya, si Tanjung, Ila tidak mengalami kesulitan dalam menjawab tiap pertanyaan yang diberikan petugas imigrasi. Ila pun memberikan sejumlah uang setelah petugas imigrasi memintanya. Dan Ila pun mendapatkan ijin untuk masuk ke Negeri Jiran, Malaysia tanpa melewati scan-x yang biasanya diharuskan jika akan keluar masuk negara ataupun kota besar. Dilihatnya suasana di sekitarnya dengan seksama yang bernuansa dalam mall karena memang bangunan yang menyambutnya setelah turun dari kapal fery adalah mall. Dari Pelabuhan Stulang Laut, Ila juga dapat melihat Negara Singapura yang tampak jelas dihubungkan oleh Causeway; jembatan yang begitu panjang antara Negara Malaysia dan Negara Singapura.Pertemuan antara Ila dan calon majikannya yang memang sudah direncanakan semenjak mula, membuat mereka langsung akrab dengan saling berbahasa melayu. Saat itu Ila bisa berbahasa melayu dengan fasih karena sewaktu bersama Zahid, Ila sering diajari oleh Zahid.
Ila pun langsung dibawa dengan mobil Honda MPV, All New Honda Odyssey menuju restoran cabang milik laki-laki di sampingnya yang sedang menyetir mobilnya.Di perjalanan menuju tempat tujuan, Ila rasakan perbedaan suasana lalu-lintas yang sangat jauh berbeda dengan suasana lalu-lintas di Indonesia. Setelah Ila lepas dari keramaian Pelabuhan Stulang Laut, Ila ditakjubkan dengan teratur dan begitu patuhnya para pengguna jalan raya di tiap perjalanan yang Ila jumpai. Kerapian dan kebersihan jalan raya yang sangat terawat, juga menjadi perhatian Ila saat itu. Tak terkecuali bangunan-bangunan raksasa yang banyak berdiri dengan gagahnya di tepi-tepi jalan yang Ila lewati membuat Ila terpana-pana.
Kemajuan di bidang pembangunan, di Malaysia menurut Ila saat itu dinilainya masih lebih unggul daripada di Indonesia. Ila juga melihat sisi Tv yang ada di banyak tempat, di tepi jalan raya setelah Ila mendapatkan pemberitahuan itu dari calon majikannya yang dengan riang menjelaskan pada Ila tentang kegunaan sisi Tv tersebut. Tak lain kegunaan sisi Tv tesebut adalah untuk mempermudah pihak petugas keamanan lalu-lintas memantau keadaan di tiap jalan raya. Dengan antusias Ila mendengarkan penjelasan dari calon majikannya yang dari semenjak semula memperkenalkan diri sehingga Ila merasa bagaikan seorang pelancong yang didampingi pemandu wisata profesional.'Abang Yusuf', begitulah majikan Ila menyuruh Ila memanggilnya.
Sesampainya di depan restoran, Ila tidak diturunkan, melainkan diajak keliling kota Johor Bahru."Kite ni nak pi mane, Bang? Ila leteh, ni." (Kita ini mau pergi kemana, Bang? Ila lelah, nih.) Tanya Ila saat dirinya tak tahan lagi berdiam diri atas ajakan Yusuf untuk jalan-jalan.
"Sabar je, Nice. Kite makan-makan dulu kat restoran kawan abang, ye? Abang dah lapar, ni. Awak pun pasti dah lapar juge." (Tenang saja, Nice. Kita makan-makan dulu di restoran teman Abang, ya? Abang sudah lapar nih. Kamu pasti juga sudah lapar.) Jawab Yusuf tenang dengan lemparkan senyum seolah menggoda kesabaran Ila. Ila merasa tersanjung dengan panggilan yang diberikan oleh Yusuf sehingga Ila tidak banyak tanya lagi. Karena Ila takut bersalah jika dia menolak ajakan Yusuf, kemudian Ila menurut saja dengan ajakan Yusuf. Ila terus diajak mengunjungi tempat-tempat hiburan. Dengan wajah lelah, Ila tetap berusaha sunggingkan senyum manakala Yusuf menoleh kepadanya.
Hingga senja dan petang datang menggelut Kota Johor Bahru, Yusuf masih saja tak lelah mengajak Ila hinggapi keramaian kota. Layaknya pemandu wisata, Yusuf memperkenalkan tempat-tempat yang mereka jumpai. Walau sudah merasa jengkel, Ila hanya bisa menahan amarahnya. Sesekali terlintas buruk sangkanya pada Yusuf. Namun Ila tampik perasaan itu dengan mengandalkan keberanian untuk melawan jika Yusuf berbuat jahat kepadanya.
Mungkin Yusuf juga sudah kecapaian, akhirnya Yusuf mengajak Ila menuju rumah yang memang sudah disiapkan untuk Ila di Perumahan Umum Mutiara Rini, Skudai.
"Nice, awak tak payah takuk. Abang takkan macam-macam. Rumah ni memang dah abang siapkan buat awak," (Nice, kamu tidak usah takut. Abang tidak akan macam-macam kok. Rumah ini memang sudah Abang siapkan untuk kamu,) kata Yusuf meyakinkan Ila yang tampak bermusam wajah.
Karena Ila sudah sangat rekat di badanya oleh lembab keringat, Ila mandi di kamar mandi yang berada dalam kamar tidurnya setelah Yusuf mengantarkannya ke sana.
Begitu juga Yusuf. Dia mandi untuk menyegarkan badannya yang sudah tak sedap di hirupan hidung.Yusuf menemui Ila sebentar yang kemudian kembali lagi ke kamar tidurnya. Lelah yang merayu dan memeluki mereka menjadikan mereka nyenyak dalam tidur. Mereka tidur dengan harapan masing-masing. Tidaklah mereka kuasa mengatur mimpi yang hadir. Dan tidaklah mampu mereka mengetahui apa yang akan terjadi di dalam perjalanan hembusan tidurnya. Begitu pula apa yang akan terjadi pada diri mereka setelah mereka terjaga dari alam tidurnya, mereka tidak diberi kemampuan mengetahuinya, hanya menerka dan berdoa saja yang mereka bisa.
BERSAMBUNG....

KAMU SEDANG MEMBACA
Menara - Menara Cinta
RomanceCerita tentang percintaan yang kompleks dan jarang terjadi dalam kehidupan. Seorang wanita desa yang tangguh bersama lika-liku kehidupannya menjadikan cerita ini seru karena undakan-undakan ataupun tangga-tangga susah-senangnya mampu dia lewati deng...