ARKANO - 09

3.9K 292 12
                                    

SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE🦕

selamat membaca dan jangan lupa vote dan comment yaa pren❤😚

selamat membaca dan jangan lupa vote dan comment yaa pren❤😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Riri berjalan ke kelas dengan kepala yang menunduk sedari tadi, ia tidak berani mengangkat kepalanya melihat orang-orang yang membicarakannya. Daffa yang berjalan di samping Riri menghela nafas melihat semua orang yang terang-terangan membicarakan Riri dan menertawakannya.

Dengan santainya Daffa merangkul bahu Riri membuat gadis itu menatap bingung padanya "Nggak usah takut, ada gue di samping lo sekarang."

Riri tersenyum mendengarnya lalu menganggukkan kepalanya "Makasih, Daffa."

Sesampainya di kelas, Riri langsung duduk di bangkunya. Ia memandang Daffa yang ikut duduk di sampingnya "Daffa boleh balik ke kantin buat lanjut makan." ujar Riri

Tapi belum sempat membalas omongan Riri, mereka berdua dikagetkan oleh suara bantingan pintu yang sangat keras. Riri dan Daffa menoleh kesumber suara dan mereka berdua dapat melihat Alena dan Rayna yang menghampiri mereka dengan nafas memburu.

"Katanya ada yang ngerjain lo, siapa pelakunya?" tanya Alena tanpa basa-basi.

"Clara, lagi?" tebak Rayna yang berdiri di samping Alena.

Riri hanya mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan Rayna, Alena yang melihat itu mengepalkan tangannya lalu berbalik keluar meninggalkan kelas mereka.

Melihat reaksi Alena, Rayna tahu gadis itu akan kemana. Buru-buru ia mengambil kunci lokernya lalu menyerahkannya pada Riri "Di loker gue ada rok, pake itu dulu."

"Gue mau nyusul Alena dulu, nanti dia ngamuk ke Clara."

****

Alena berjalan masuk ke kelas Clara dengan tidak santai. Tadi waktu ia dan Rayna keluar dari ruang guru, mereka berdua tidak sengaja mendengar bahwa Riri dikerjain habis-habisan oleh seseorang, dan ternyata orang itu adalah Clara yang membuat Alena semarah ini.

"Dimana Clara?" ujar Alena blak-blakan pada teman-teman Clara yang notabennya adalah kakak kelasnya.

"Adek kelas kok songong sih cara bicaranya." kekeh salah satu teman Clara.

"Yang sopan dong kalau bicara sama yang lebih tua." lanjutnya

"Ngak usah banyak bacot anjing, gue nanya si nenek lampir mana?" ujar Alena dengan nada suara yang sudah meninggi

"Umur doang yang tua, tingkah laku kayak bocah." sahut Rayna yang baru datang.

Kedua teman Clara tertawa kecil "Ngeri ih adek kelas sekarang, nggak bisa diajak bercanda." ujar salah satu dari mereka.

"Diajak becanda sedikit, langsung ngegas." lanjutnya

"Perbuatan lo semua itu sudah keterlaluan bangsat." ujar Alene dengan emosi yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi, hal itu membuat semua orang yang ada di dalam kelas memperhatikan mereka.

"Wahh ada apa nih rame-rame?" tiba Clara datang dari arah luar dan langsung bergabung dengan mereka.

"Eh temennya sicupu, nyariin gue? Mau marah-marah?" Clara tertawa kecil

Tapi tawa itu tidak berselang lama, tiba-tiba Alena menyiram Clara dengan sisa minuman yang ada di meja, membuat Clara langsung terdiam.

Alena mengangkat sebelah bibirnya melihat raut muka Clara "Kenapa, mau marah-marah?" Alena membalikkan perkataan Clara.

Clara mengepalkan tangannya, dan menatap tajam Alena yang masih di depannya. Rayna yang melihat itu langsung menarik Alena keluar dari kelas itu sebelum perang dunia ke 10 terjadi.

"Eh nenek lampir kalau lo punya nyali lawan gue, jangan beraninya lawan Riri doang."

****

Daffa kembali ke kantin menghampiri ketiga temannya yang masih duduk di tempat yang sama.

"Riri, gimana?" tanya Arka tiba-tiba padahal Daffa baru saja duduk.

Daffa menghela nafas, menatap datar pada Arka "Elah, gue baru duduk anying. Bisa nggak kasi gue waktu buat bernafas sebentar baru nanya-nanya."

"Ngak usah banyak bacot, cepetan jawab, Riri gimana?" ujar Arka

"Gimana apanya sih?" jawab Daffa sambil meminum air mineral yang ia beli tadi.

"Riri tetap jadi manusia, dia nggak berubah jadi mermaid." jawab Daffa asal.

"Ck, maksud gue keadaan dia, gimana?" ujar Arka berdecak.

"Tadi dia kelihatan mau nangis waktu dikerjain habis-habisan sama Clara." lanjut Arka.

Daffa yang tadinya asik dengan ponselnya, langsung mengalihkan netranya pada Arka saat mendengar pernyataan cowok itu. Begitupun dengan Vano dan Xavier yang langsung menatap aneh ke Arka.

"Sudah mulai perhatian nih ceritanya?" kekeh Daffa

"Bisa nggak lo langsung jawab pertanyaan, gue? Nggak usah banyak nanya, bisa?" Arka sudah mulai menatap tajam Daffa.

Daffa yang melihat tatapan maut seorang Arkano, nyalinya langsung menciut "Tadi Riri sempet ketakutan gara-gara semua orang membicarakan dan menertawakan dirinya."

"Tapi untung aja ada gue yang nemenin dia, jadi dia bisa lewatin orang-orang yang nertawain dirinya." kekeh Daffa yang terlihat bangga dengan dirinya sendiri.

"Lagian tuh nenek lampir ada aja kelakuannya, padahal Riri nggak pernah gangguin dia." dumel Daffa yang sudah seperti cewek.

"Terus sekarang, Riri dimana?" tanya Arka lagi yang semakin membuat temannya keheranan.

"Tadi sih Rayna nyuruh Riri ngambil rok di lokernya buat ngeganti rok Riri yang robek. Gue udah nawarin buat nganterin dia ke toilet tapi Riri malah nyuruh gue kesini, jadi deh sekarang gue ada disini." jawab Daffa panjang

Arka berdiri setelah mendengar pernyataan Daffa yang panjang. Arka meninggalkan ketiga temannya tanpa berkata apapun pada mereka.

"Heh kunyuk, mau kemana lo?" teriak Daffa

"Nyari si cupu!"

****

Setelah kepergian Daffa, Riri berjalan ke loker Rayna untuk mengambil rok disana. Walaupun Riri masih merasa takut dengan tatapan dan omongan semua orang, tapi mau tidak mau ia harus mengambil rok Rayna yang ada di loker untuk mengganti roknya yang robek.

Riri menghela nafas saat sampai di depan loker Rayna. Riri segera membuka loker itu lalu mengambil rok yang ada di dalamnya.

Setelah menutup kembali pintu loker itu, ia kambali berjalan ke toilet untuk mengganti roknya. Riri tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengganti roknya dan merapikan pakaiannya. Saat ingin membuka pintu samar-samar Riri mendengar bisikan dari luar yang menyebutkan namanya. Riri berdiam di dalam toilet itu untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

"Sumpah, gue gedek banget sama tuh murid baru." ujar salah satu cewek yang ada di luar Riri

"Bisa-bisanya dia mau ngedeketin Arka, gue ngak terima. Arka kan pacar gue." lanjutnya

"Lo kan salah satunya, bukan satu-satunya." ucap cewek yang berbeda dengan yang tadi sambil tertawa kecil.

"Sialan, lo."

Riri menghela nafas mendengar hal itu, padahal Riri tidak pernah mencari masalah pada siapapun tapi ada saja yang tidak suka dengannya. Riri melangkahkan kakinya keluar saat mendengar cewek-cewek yang tadi sudah keluar dari toilet.

Langkah Riri terhenti saat melihat seorang laki-laki yang berada di hadapannya sekarang.

"Ngapain disini?"

****

follow ig❤
@wp_queenn

see you next chapter prend🦕😚

ARKANO [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang