•ARKANO•
Jam enam lewat empat puluh menit, Riri berjalan munyusuri koridor sekolah dengan Arka yang menggenggam sebelah tangannya. Juga ketiga teman Arka yang berjalan di belakangnya.
Banyak yang menatap iri pada pasangan itu, terutama pada Riri yang bisa berhasil meluluhkan hati seorang Arkano yang dikenal dengan laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan. Arka memang suka bergonta-ganti pasangan, tapi baru kali ini Arka kelihatan sangat peduli dan sangat sayang pada seorang perempuan. Hal itu bisa dilihat dari perlakuannya pada Riri.
Langkah kelima murid itu terhenti ketika suara teriakan yang sangat nyaring dari seorang gadis yang berlari menghampiri mereka.
"Riri!"
Kelima murid itu menoleh ke belakang, memastikan siapa pemilik dari teriakan nyaring itu. Dan ternyata pelakunya adalah Alena.
Dari jarak yang tidak jauh, kelima murid itu dapat melihat Alena yang berlari menghampiri mereka, lebih tepatnya pada Riri.
Tubuh Riri terhuyung ke belekang ketika Alena memeluknya dengan sangat erat. Untung saja Arka sigap menjaga kekasihnya.
"Pelan-pelan, napa!" seru Arka.
Alena mengurai pelukannya pada Riri, dan cengengesan pada Arka.
"Sorry, gue kangen banget soalnya sama Riri." kata Alena.
"Riri juga kangen sama Alena." kata Riri dan kembali memeluk Alena.
"Rusuh banget." celutuk Daffa yang didengar oleh Alena.
Alena melepaskan pelukannya pada Riri dan menatap dengan tajam pada laki-laki itu. "Apa lo? Kangen kan lo sama gue?"
"Dih, ngarep banget ya lo?" kata Daffa
"Alah, nggak usah ngelak. Apa jangan-jangan lo suka sama gue?" tambah Alena
"Gue sukanya sama Rayna!"
"Kalau nggak suka, terus ngapain lo nelfon gue setiap malam?" tanya Alena
Daffa langsung membulatkan matanya ketika mendengar perkataan Alena. "Sial, kartu gue kebongkar," pikir Daffa.
"Gabut, gue." elak Daffa.
Sekarang gantian, Alena yang membulatkan matanya ketika mendengar perkataan Daffa yang menohok hatinya. Apa katanya tadi? Gabut? Emang dia pikir perasaan hanya bahan bercandaan atau sekedar penghilang rasa gabut?
Alena melangkah mendekat pada Daffa dengan raut wajah garangnya. "Bangsat!" umpatnya dengan menendang sebelah kaki Daffa dan langsung berlalu dari teman-temannya.
Daffa mengaduh kesakitan, ketika Alena menendang sebelah kakinya. Melihat Alena yang semakin menjauh, Daffa mengejar gadis itu. "Heh, mau kemana lo?" ujar Daffa lalu mengejar Alena.
Alena membulatkan matanya saat berbalik ke belakang dan mendapatkan Daffa yang sedang mengejarnya. Langsung saja Alena berbalik badan lalu berlari untuk menjauh dari jangkauan Daffa.
"Ri, Ray, tolongin gue. Gue dikejar sama anak setan!" teriak Alena yang bergema di koridor sekolah.
"Bagus ya lo, sudah nendang gue sekarang ngatain gue anak setan." balas Daffa yang juga semakin mempercepat larinya untuk bisa menjangkau Alena.
Arka dan Riri menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari kedua teman mereka, sedangkan Xavier dan Vano hanya menghela nafas pelan.
"Benar kata orang, jodoh adalah cerminan diri sendiri." kata Xavier.
"Mereka berdua cocok, sama-sama gila!" tambah Vano ikut menimpali perkataan Xavier.
****
Dengan rambut yang terurai, Riri berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah dengan sebotol air mineral di tangannya.
Riri berjalan ke arah lapangan menyusul Arka yang sedang bermain basket di sana.
Senyum Riri terpancar di wajah Riri ketika melihat Arka yang sedang bermain basket bersama teman-temannya. Keringat membasahi pakaian olahraga Arka membuat Riri menggelengkan kepala.
"Arka, Riri bawa air minum buat Arka!" teriak Riri yang membuat Arka menoleh padanya.
Bertepatan dengan itu, Riri tidak sengaja melihat dan mendengar beberapa murid perempuan yang sedang memuji ketampanan Arka.
"Ih, kok mereka ngelihatin pacar Riri kayak gitu!" batin Riri dan raut wajah yang berubah menjadi cemberut.
Arka yang melihat raut wajah dari kekasihnya itu kebingungan karena baru saja Riri terlihat sangat ceria dan sekarang malah jadi cemberut.
"Kak Arka, ganteng banget sih. Mau nggak jadi pacar aku?" ujar seorang gadis yang menghampiri Arka, dan Arka tahu bahwa gadis itu adalah adik kelasnya.
Arka menghiraukan gadis itu, dan berlalu meninggalkannya. Menghampiri Riri yang masih saja cemberut. "Lagi cemburu ternyata." ujar Arka pelan dan diakhiri dengan kekehan kecilnya.
Arka berdiri di hadapan Riri yang sekarang memalingkan wajahnya. "Jangan cemberut gitu dong, sayang." kata Arka.
Arka menarik dagu Riri agar gadis itu menatapnya. Arka menatap dengan dalam mata Riri saat pandangan mereka bertemu. "Kamu kan tahu, kamu milik aku dan aku milik kamu."
Riri mengerjapkan matanya beberapa kali setelah mendengar perkataan Arka.
Entah mendapat ide dari mana, Riri mendekatkan wajahnya dengan wajah Arka. Dan, sebuah kecupan ia berikan di pipi Arka. Sedangkan Arka hanya senyum-senyum sendiri melihat kekasihnya yang sudah mulai berani untuk menciumnya.
"Ini hukuman buat Arka, karena sudah nakal!" ujar Riri menirukan perkataan Arka waktu itu.
"Oh, ngebales yang kemarin ceritanya?" tanya Arka.
"Iya, dong!" Riri memeletkan lidahnya pada Arka kemudian langsung berlari meninggalkan Arka.
"Mau kemana, sayang?" tanya Arka dengan suara yang sedikit meninggi karena Riri yang sudah sedikit jauh dari jangkauannya.
Riri berhenti berlari dan berbalik ke arah Arka. "Riri mau ke toilet dulu, mau nenangin jantung Riri. Rasanya jantung Riri memberontak terus kalau dekat-dekat Arka!" jawab Riri dan kembali berlari untuk menjauhi Arka.
Ini konsepnya gimana yah?
Arka menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah dari kekasihnya. "Ada-ada saja, kelakuannya."
****
Sesampainya di toilet, Riri membilas wajahnya dengan air. Setelah itu, Riri menatap pantulan dirinya dari cermin yang ada di toilet. Riri terdiam sejenak, sampai pada akhirnya suara seseorang membuatnya sadar dari keterdiamannya.
"Eh, ada si cupu." ujar Clara yang baru saja datang.
Riri tidak mengindahkan perkataan Clara, ia malah berbalik dan berlalu meninggalkan Clara. Riri pikir, jika dirinya meladeni Clara maka sama saja jika ia membuang waktunya sia-sia.
Tapi baru saja selangkah, Clara mencekal pergelangan tangan Riri yang membuat gadis itu berhenti.
"Kenapa, takut sama gue makanya milih pergi?" tanya Clara dengan seringainya.
Riri menepis tangan Clara, kemudian tersenyum pada gadis yang ada di depannya itu. "Gue nggak pernah takut sama, lo." ujar Riri dengan nada dinginnya yang berhasil membuat Clara menatapnya dengan bingung.
Apa tadi, gue? Clara tidak salah dengar kan? Sejak kapan Riri menggunakan lo gue saat berbicara, atau jangan-jangan orang yang ada di hadapannya ini bukan Riri?
Riri melangkah untuk bisa berdiri tepat di hadapan Clara. Gadis itu mempertipis jarak antara dirinya dengan Clara.
"Lo nggak tahu siapa gue yang sebenarnya. Maka dari itu, gue peringatin lo buat nggak usah gangguin hidup gue!" ujar Riri sinis dengan seringai yang sudah terpatri di wajahnya. Ia mendorong dengan keras tubuh Clara, yang membuat gadis itu menubruk dinding toilet.
Riri kembali melangkahkan kakinya, mendekati Clara. Tangan Riri terangkat mencengkram dengan kuat rahang Clara. "Sekali lagi lo ganggu hidup gue, gue bakalan kasi tau semua orang kalau lo sering main sama om-om!" tegas Riri yang membuat wajah Clara langsung berubah menjadi pucat pasi.
•ARKANO•
Thank you🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANO [Revisi]
Художественная прозаArkano Winata Adijaya, ketua geng motor Averroes angkatan 10 dengan bandana hitam yang selalu melekat di kepalanya. Arka adalah sosok ketua geng yang dikenal dengan perawakan laki-laki bertubuh kekar dan tinggi, yang membuat Arka menjadi sosok yang...