ARKANO - 34

2.5K 191 28
                                    

Happy reading & enjoy❤🦋

•ARKANO•

Suara sirine ambulance berbunyi dengan nyaring membuat beberapa pengendara yang berada di jalanan memberi celah untuk ambulance itu bisa lewat.

Alan. Beberapa menit yang lalu, lelaki itu terkena tembakan dibagian dadanya yang membuat lelaki itu tidak sadarkan diri.

Setelah sampai di depan rumah sakit, para petugas medis menurunkan laki-laki itu untuk segera dibawa ke ruang emergency.

Arka berlari menghampiri sahabatnya yang sekarang sudah terbaring lemah di atas brankar, diikuti dengan beberapa anggota Averroes yang ikut berlari di belakang Arka. Mereka semua ikut berlari mengikuti para perawat yang sekarang membawa salah satu sahabat mereka.

Langkah mereka terhenti ketika seorang perawat menahan mereka di depan pintu ruang emergency.

"Tolong, tolong selamatkan sahabat saya!" dapat terlihat dari raut wajah Daffa, bahwa laki-laki itu sangat panik akan keadaan sahabatnya.

"Kami akan berusaha sebaik mungkin, buat keselamatan pasien!" ujar perawat itu kemudian menutup pintu ruangan.

Arka menjatuhkan dirinya ke lantai, terduduk dengan lemas. Pandangannya menerawang ke depan dengan pandangan yang kosong, dirinya takut terjadi hal yang buruk pada salah satu sahabatnya.

Vano yang melihat raut wajah cemas Arka, mendekati lelaki itu. Vano menepuk beberapa kali pundak Arka sebelum ia membuka suara. "Kita doain aja, semoga nggak terjadi hal yang buruk pada Alan!" begitu katanya.

Arka tidak menggubris perkataan Vano, laki-laki itu malah menundukkan kepalanya. Ada rasa sesak yang dirinya rasakan ketika terjadi sesuatu pada sahabatnya.

Selang beberapa menit, suara pintu terbuka membuat Arka mengangkat kepalanya dan langsung berdiri menghampiri sang dokter yang menatap mereka satu per satu.

"Gimana dok, keadaan teman saya?" tanya Arka

"Pasien dalam keadaan kritis dan pasien juga kehilangan darah yang banyak, tapi stok darah golongan A di rumah sakit ini sedang kosong." ujar dokter itu.

"Golongan darah saya A, dok!" seru Arka.

"Golongan darah saya juga A, dok. Ambil aja darah saya, yang penting teman saya bisa selamat." Daffa juga ikut menyahut.

Laki-laki yang memakai jas putih itu mengangguk. "Kalau begitu kalian ikut saya!" katanya lalu berjalan masuk ke dalam ruangan diikuti oleh Arka dan Daffa di belakangnya.

Xavier yang sedari tadi diam, berdiri lalu berjalan menjauh dari teman-temannya. Laki-laki itu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Kemudian menghubungi orang yang ia suruh untuk menyelidiki pelaku yang menembak Alan.

"Gimana?" tanya Xavier langsung ketika panggilan teleponnya tersambung.

"Gue nggak dapat bukti apapun. Tapi gue masih nyelidikin siapa pelaku sebenarnya."

"Tapi gue saranin, nggak usah terlalu percaya dengan orang-orang terdekat lo!"

****

Riri yang baru saja pulang, berjalan masuk ke dalam rumah.

"Dari mana aja lo, jam segini baru pulang?"

Langkah Riri terhenti ketika Clara berdiri di hadapannya.

"Nggak usah ngurusin hidup gue, bisa?" tanya Riri balik.

"Tahu diri sedikitlah, lo itu disini numpang jadi nggak usah ngurusin hidup gue!" tambah Riri.

ARKANO [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang