Jia sadar betul kalau dirinya tidak pernah memiliki tempat di hati Taehyung. Tak ada sudut untuknya. Meskipun Jia memaksa menciptakan ruang khusus untuk dirinya, rasanya hanya akan sesak. Percuma, pikirnya. Rasa sesak hanya akan memberi rasa sakit pada hatinya yang sudah lama melebur tak berbentuk. Seperti abu kertas yang akan menghilang jika tertiup angin. Menyedihkan sekali.
Tak habis pikir Taehyung menyukai wanita yang seperti itu. Dan Jia lebih tak habis pikir lagi dengan dirinya yang menyukai Taehyung.
Dia hanya bisa menangis tanpa suara di ruangannya. Mengabaikan segala kerjaan yang semestinya ia kerjakan hari ini. Semuanya disodorkan pada asisten manajer dengan alasan tidak enak badan.
Ya, Jia merasa sakit. Sakit sekali.
Juga merasa bodoh. Bodoh sekali.
Terlalu sulit mengakui kalau ia tak suka Taehyung kembali dekat dengan sang mantan.
Kali ini ia tak bisa menyembunyikan rasa sakitnya dengan apapun. Membuat pertahanan dengan tampang masa bodoh seperti yang sering ia lakukan tiap kali berpapasan dengan Taehyung hanya akan menguras habis tenaga. Tenaganya sudah habis ia gunakan dengan berlagak seolah 'tidak peduli' saat Taehyung duduk di meja yang sama dengan mantan kekasihnya. Jia tak bisa lagi meyakinkan dirinya kalau ia baik-baik saja.
Jia sesenggukan, menahan diri untuk tidak mengeluarkan pekik tangisan. Sebisa mungkin membekap mulut agar tidak bersuara. Jangan sampai ada orang yang mendengar tangisannya, terlebih di tempat kerja.
Hati Taehyung benar-benar sudah mati untuk Jia. Pria itu tidak peduli saat Jia membersihkan sepatu wanita yang menjadi penyebab rumah tangga mereka membeku. Sikap diam Taehyung yang menjadi bukti kalau Jia memang tak memiliki arti dalam hidup Taehyung.
Jia juga tahu kalau Taehyung telah menyadari kalau ia berpacaran dengan Hyunso. Namun, pria itu tak bereaksi sama sekali, hanya menganggapnya sebagai angin lalu.
Bibi Yui memberi tahu beberapa hari lalu mengenai Taehyung yang bertanya siapa pria yang menjemput Jia sewaktu pergi membeli kado Yuna dan Yena.
Jia menyadari Taehyung yang mengintip di balik tirai jendela ruang tamu. Oleh karena itu ia sengaja tak menghindar saat Hyunso mencium pipinya.
Jia mengira dengan berselingkuh pria berengsek yang disebut suaminya itu akan menoleh ke arahnya. Jangankan memarahinya atau membantah dan menyuruh Jia mengakhiri hubungan itu, menoleh pun Taehyung tak ingin repot-repot.
Apa Taehyung memang semasa bodoh itu?
Jia kelelahan menangis. Sesuatu dibalik dadanya terasa sangat sesak. Rasanya seperti akan ada yang meledak. Air matanya terus luluh tak kenal kata berhenti. Ujung lengan blus Jia sudah basah oleh air mata. Sebelah kepalan tangannya digunakan memukul-mukul dadanya. Berharap dengan melakukan itu rasa sakit di dadanya akan sedikit berkurang walau hanya sedikit.
***
Tanpa memberitahu Jia, Sungyu mengajak Yuna dan Yena ke restoran setelah menjemput cucu kembarnya di sekolah. Kedua orang tua bocah itu sedang menghadiri pesta pernikahan seorang kenalan. Karena sekolah Hea dekat dengan sekolah si kembar Sungyu sekalian menjemput cucu pertamanya.
Dengan tenang Yena mengambil duduk hingga membuat kakinya menggantung tak menyentuh lantai. Berbeda dengan Yuna adiknya yang super aktif, bocah dengan poni lebat itu tertawa riang mengelilingi meja terlebih dahulu baru mengambil duduk di samping sang kakak. Hea tak ambil pusing langsung duduk di samping Yena yang tenang.
"Yuna sayang, jangan banyak gerak seperti itu nanti vas bunganya jatuh bagaimana?"
Mendengar teguran sang nenek, Yuna Kontan menghentikan gerakan kakinya yang menendang-nendang di bawah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuffy
RomanceHwang Taehyung menjalani hidup tanpa berarti setiap harinya, hidupnya datar dan selalu berulang seperti hari kemarin. Bangun pagi, berangkat kerja, dan kembali tidur. Hingga suatu hari istrinya yang tak pernah kelihatan batang hidungnya tiba-tiba me...