Sekali lagi Jia memuntahkan cairan berwarna kuning, terasa pahit karena mengandung cairan empedu. Perutnya kosong, isi lambungnya terkuras. Jia merasa seluruh tubuhnya lemas, matanya juga tidak juga kering sejak kemarin. Jia berjalan lemah keluar dari kamar mandi, kaki telanjangnya berderap lambat menuju ranjang lalu duduk di tepiannya. Pandangannya terpaku pada hidangan berupa nasi tomat, omelet jamur, dan susu yang Taehyung buat sebelum pergi, tampilannya sudah tidak segar lagi seperti beberapa jam yang lalu.
Perutnya sudah kosong, rasanya selalu sakit saat memaksakan lambungnya yang kosong mengeluarkan sesuatu saat muntah.
Perutnya kembali sakit, pikirnya karena ia tidak makan apa pun sejak pagi. Jia merasa bersalah, semestinya ia tidak ikut menyiksa anak dalam kandungannya, karena itu ia turun ke lantai bawah untuk menyiapkan makanannya sendiri. Calon anaknya tidak boleh sakit sama sepertinya, cukup ia saja yang tersiksa yang di dalam rahimnya tidak boleh.
Hanya menuruni tangga tetapi rasanya energi Jia yang sudah hampir kehabisan daya malah berkurang separuh lagi. Ia berhasil meraih tepian meja makan, membungkuk lemah sembari menarik napas lelah.
Jujur Jia merasa seluruh sendinya kuyu, ia tidak yakin bisa membuat makanan. Tangan lentiknya memijat kening, kepalanya kembali pening seakan baru saja selesai menaiki komidi putar. Untuk beberapa saat Jia merasa kehilangan semangat untuk makan tetapi setidaknya ia harus. Ini perkara anak dalam perutnya, ia harus mengonsumsi sesuatu agar anaknya ikut ternutrisi. Jia melangkah mendekat menuju lemari pendingin namun belum sampai meraih gagang kulkas ia merasa kepalanya berat dan sakit, pandangannya berkunang-kunang sebelum akhirnya ia jatuh tak berdaya di ubin dapur yang dan dingin. Selanjutnya yang ada hanya gelap. Jia pingsan.
***
"Paman mau ke mana?"
Nayun baru saja kembali dari dapur, mengambil air putih, saat melihat Taehyung keluar dari kamar Han Kyung.
Taehyung mengalihkan perhatiannya dari layar plasma ponsel. Nayun yang pendek menatap lurus kepadanya.
"Paman harus pulang, istri paman sendiri di rumah."
Nayun mengulum bibir tipisnya, menjatuhkan pandangan pada kaos kaki toskanya, bahunya ikut merosot. "Bagaimana jika Mama kembali melukai diri saat Paman pergi?" Di ujung kalimat Nayun menatap Taehyung dengan pandangan memohon untuk menetap lebih lama lagi. Nayun tau ia sangat egois. Ia tentu paham kalau taehyung punya sesuatu yang lebih penting untuk diprioritaskan.
Melebihi dari semua yang ia sadari, Nayun hanya takut kembali melihat bagaimana Han Kyung mencoba meminum satu genggam pil di ruang tamu. Nayun paham betul apa yang akan terjadi jika obat-obat itu berhasil ditelan. Ia pernah melihatnya di TV, hal itu berakhir fatal.
Beruntung tadi pagi Nayun bangun lebih awal dan menghentikan hal yang akan di lakukan Han Kyung.
Han Kyung menjadi seperti ini karena ia kehilangan hak asuh Jihuu. Han Kyung tak kuasa anaknya dibawa pergi keluar negeri oleh mantan suaminya. Sering kali Nayun mendapati Han Kyung melamun, menangis, dan juga mengabaikan waktu makan. Jujur Nayun juga sedih adik laki-lakinya dibawa pergi ke tempat jauh, ia juga tak berhenti menangis saat malam mengingat Papanya mengabaikannya. Keluarga mereka terpecah belah, Han Kyung terlihat begitu menyedihkan saat menghidu baju Jihuu. Dari pagi hingga petang Nayun tidak juga melihat Han Kyung tanpa pakaian Jihuu di lengannya.
Nayun menangis keras saat berhasil mendorong telapak tangan Han Kyung yang dipenuhi pil. Pil-pil tersebut berserakan di karpet, gadis kecil itu berusaha menenangkan sang mama, menyadarkan kalau masih ada dirinya di sini, mamanya tidak boleh melakukan sesuatu seperti itu.
"Nanti Paman akan datang lagi."
Pada akhirnya Taehyung meninggalkan rumah Han Kyung setelah memberi tahu Nayun hal apa saja yang harus dilakukan jika Han Kyung kembali melakukan hal yang tidak-tidak. Taehyung memberi tahu agar Nayun terus berada di sisi Han Kyung, menyembunyikan pil atau pun benda tajam yang ada di rumah. Jika sudah sangat darurat Nayun harus menelepon polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuffy
RomanceHwang Taehyung menjalani hidup tanpa berarti setiap harinya, hidupnya datar dan selalu berulang seperti hari kemarin. Bangun pagi, berangkat kerja, dan kembali tidur. Hingga suatu hari istrinya yang tak pernah kelihatan batang hidungnya tiba-tiba me...