Jia mendorong pintu kaca ruang dojo* dan mendapati Junkoo sedang berleha-leha di tengah-tengah tatami.
(*tempat seni bela diri Jepang, seperti judo dan karate)
"Hei pemalas. Bangun," tegur Jia sambil mendekat ke arah sang adik. Junkoo terbangun seperti kucing yang mendengar suara kresek-kresek.
"Noona...."
Jia sudah siap dengan seragam judogi*. Kali ini rambutnya diikat cepol persis seperti gaya rambut tokoh Cha Yuri dalam drama Hi Bye, Mama. Begitu sampai di dekat Junkoo, Jia menyuruh adiknya untuk menjadi lawan bertarung.
(*pakaian khusus yang digunakan dalam latihan atau pertandingan judo)
"Dengan yang lain saja. Adik tampanmu ini menolak dengan sopan."
Tentu saja Junkoo lebih suka menjadi pecundang daripada beradu kekuatan dengan sang kakak. Jia selalu curang di waktu-waktu merasa akan dikalahkan.
"Kalau kau bisa mengalahkanku dalam tiga menit, akan kuturuti keinginanmu."
Jia yakin sekali tadi dia hanya berkedip sebentar sekali dan Junkoo sudah mengambil posisi penghormatan zarei*. Transisi pergerakan Junkoo tak terbaca kedipan mata begitu mendengar Jia akan mengabulkan keinginannya seperti Sinterklas.
(*penghormatan dengan cara duduk, kedua kaki dilipat ke belakang dan ditindih pantat )
"Dasar anak ini." Jia menyapu anak rambut di sekitar dahinya ke arah belakang kepala.
"Tunggu dulu," sergah Junkoo, menghentikan pergerakan sang kakak mengeratkan sabuk putih di pinggang.
Junkoo menegakkan punggungnya. "Noona serius, 'kan?"
"Tentu."
"Aku ingin mobil Porsche, mereknya apa saja yang penting warna putih," pinta Junkoo dengan raut muka tak tahu diri.
Jia berkacak pinggang, tak habis pikir dengan keinginan Junkoo yang setinggi langit. "Mau mati muda?"
"Noona bilang serius."
Jia menggerakkan lehernya ke kiri dan ke kanan. "Memangnya kau mau ke mana dengan mobil itu?"
Alis Junkoo terangkat tinggi-tinggi. Benar. Dia belum kepikiran akan membawa ke mana mobil itu. Junkoo menggigit bibir bawahnya, melirik ke atas sambil berpikir. "Pertama-tama akan kupakai ke kampus. Hmmm selanjutnya memberi tumpangan gadis-gadis cantik yang menarik perhatianku, akh...."
"Kau ini halu sekali." Jia menjepit kepala Junkoo di antara ketiaknya hingga membuat pemuda itu bergerak tak karuan untuk meloloskan diri. "Memangnya siapa yang akan membelikannya untukmu."
Junkoo tak tahu sejak kapan tenaga kakaknya bisa jadi sekuat sekarang ini. Junkoo terus mencoba membebaskan diri, jadinya mereka berguling-guling seperti anak kecil di atas tatami. Melupakan niat awal yang katanya akan saling mengadu kekuatan, bukan saling sebenarnya. Junkoo menolak dan Jia memaksa.
"Noona, aku tidak bisa bernapas," kata Junkoo, suaranya seperti orang ketindihan lemari. Ia terus memukul-mukul lengan Jia di lehernya.
Puas dengan apa yang dilakukannya, Jia menghentikan aksi pitingnya pada leher sang adik. Jia pikir adiknya itu akan mengambil napas lega setelah dilepaskan namun ternyata Jia salah menduga. Junkoo membalasnya dengan menyerang kelemahan Jia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuffy
RomanceHwang Taehyung menjalani hidup tanpa berarti setiap harinya, hidupnya datar dan selalu berulang seperti hari kemarin. Bangun pagi, berangkat kerja, dan kembali tidur. Hingga suatu hari istrinya yang tak pernah kelihatan batang hidungnya tiba-tiba me...