Taehyung berhasil membuat Jia menahan napas dalam beberapa detik. Jia merasakan jantungnya akan meledak sebentar lagi. Taehyung memang pandai membolak-balik suasana hati Jia. Yang tadinya Jia agak kesal dengan pria itu sekarang malah dibuat berdebar-debar.
Jujur Jia merasa dirinya terlalu canggung dalam posisi ini. Bagaimana tidak, Taehyung berada terlalu dekat dari wajahnya. Ia bisa merasakan embusan napas menerpa wajahnya yang sudah panas, merona, berubah warna seperti keipiting rebus.
Jia semakin tercekat saat Taehyung mengecup bibirnya singkat. Ia sampai berkedip-kedip guna mengais hal apa yang baru saja terjadi. Jari-jari lentiknya yang berada di bahu Taehyung semakin ditekan. Jia menggeleng, membuat Taehyung mengerutkan dahi.
"Ada apa?" Taehyung tentu bertanya-tanya apa yang membuat istrinya menggeleng setelah diberi kecupan.
Jia menghela napas, sambil menunduk ia mengatakan, "Aku sebenarnya sedang marah padamu."
Taehyung meneleng agar bisa lebih leluasa merekam raut wajah Jia. Seingat Taehyung ia tak melakukan sesuatu ytan g sekiranya bisa membuat Jia merajuk seperti ini. Ingatan Taehyung melayang dari saat ia bangun pagi hingga pulang dari kantor. Di antara interaksinya dari pagi hingga saat ini dengan Jia Taehyung tidak mengingat sesuatu yang membuat Jia marah padanya.
"Apa aku telah melakukan kesalahan?" Taehyung bertanya dengan suara rendah. Jia menggangguk.
"Apa itu?"
Dalam lima detik hening Taehyung menunggu Jia mengatakan penyebab ia merajuk.
Sepertinya Jia memang harus mengungkapkan keresahan hatinya daripada ia pendam sendiri. Laki-laki mana tahu kalau tidak diberitahu. Hanya akan menimbulkan sesak kalau menunggu laki-laki peka dengan sendirinya.
"Kau melewatkan lauk yang kubuatkan. Aku sudah memasaknya susah payah."
Taehyung menggigit bibir bawahnya. Sepertinya ia sudah membuat kesalahan besar.
"Kau juga menolak setiap kali kutawari puding."
Ah, ia benar-benar telah sukses membuat Jia marah padanya.
Sejujurnya Taehyung tidak memakannya bukan karena tidak suka, tetapi karena ia terburu-buru untuk melanjutkan pekerjaannya jadi ia memangkas waktu makan malamnya. Ia sungguh tak sadar telah membuat istrinya sedih karena menyisakan banyak makanan. Dan soal puding ... memang Taehyung sudah bosan tetapi hal yang membuatnya selalu menolak karena Jia selalu menawarkan saat ia sudah kenyang. Meskipun begitu seharusnya ia menerima walau hanya satu suap. Dengan begitu Jia tak akan marah seperti ini padanya.
"Maafkan aku. Lain kali aku tidak akan mengulanginya."
Taehyung menarik pinggang Jia agar semakin rapat dengan tubuhnya. Taehyung memeluk tubuh Jia penuh akan afeksi. Posisi mereka berhasil menjalarkan rasa panas di antara tubuh keduanya.
"Aku terlalu berlebihan, ya?"
Taehyung menggeleng, "Tentu saja tidak."
Sejemang mereka hening. Taehyung masih memeluk tubuh itu dan Jia masih mendaratkan kedua telapak tangannya di bahu Taehyung. Suasana rumah yang sepi memungkinkan siapa saja bisa mendengar hembusan napas dua insan di sofa yang tengah terdiam seperti bunglon yang sedang dalam penyamaran.
"Sekarang sudah tidak marah lagi?"
Taehyung tidak dapat melihat karena menempelkan telinganya di dada Jia, namun ia tetap bisa merasakan wanita itu mengangguk. Taehyung menyinggungkan sualas senyum. "Sekarang sudah boleh kucium?"
Tak menunggu waktu lama Taehyung kembali merasakan Jia mengangguk.
Dalam suasana rumah yang hanya diisi mereka berdua bukan tidak mungkin akan terjadi sesuatu yang panas di depan teve. Tak ada yang mengganggu, mereka bebas melakukan apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuffy
RomanceHwang Taehyung menjalani hidup tanpa berarti setiap harinya, hidupnya datar dan selalu berulang seperti hari kemarin. Bangun pagi, berangkat kerja, dan kembali tidur. Hingga suatu hari istrinya yang tak pernah kelihatan batang hidungnya tiba-tiba me...