POV: pembaca yg nunggu notif update
Happy reading 💜
•
•
•Entah apa lagi yang harus dilakukan, Taehyung hanya memiliki satu cara agar Jia tidak meninggalkan dirinya dan rumah ini.
Pekerjaannya berantakan, bobot tubuhnya pun menurun, rambutnya berminyak. Taehyung kehilangan kepercayaan diri, ia membiarkan dirinya termakan kesengsaraan batin. Sekuat tenaga menjelaskan semuanya namun pada faktanya yang diberi penjelasan secara mutlak menutup rapat rungu serta logika berpikirnya. Semuanya terasa percuma.
Pagi ini Taehyung sibuk di dapur, memotong beberapa jenis buah untuk di campurkan dengan sereal. Tak lupa ia membuat segelas susu ibu hamil. Semuanya sudah tertata rapih di atas nampan kayu.
Rasanya benar-benar ingin menjerit jika setiap kali menyibak pintu kamar menampilkan Jia dalam keadaan terduduk di atas ranjang, memeluk kedua lutut, tengah menatap ke satu arah dengan tatapan mati. Seperti tak pernah terusik dengan keadaan apapun di sekelilingnya.
Beruntungnya selama dua hari ini Nari selalu datang atas permintaan Jia untuk menemaninya. Untuk saat seperti ini Jia maupun Taehyung tak ingin dari antara keluarganya mengetahui masalah rumah tangga mereka. Sekalipun Nari tahu sudah pasti ia tidak akan ikut campur, Nari pun cukup paham bagaimana posisi keduanya sekarang.
Selama Taehyung membuatkan sarapan pagi untuk Jia, Nari menunggu di meja pantry sambil meminum susu almond panas.
Nari tidak terpikir oleh pekerjaan setelah melihat keadaan Jia kemarin, maka dari itu hari ini Nari datang dengan sendirinya. Setidaknya karena kehadiran Nari, Jia mau berbicara dan mengisi perutnya dengan catatan Nari yang membuatkan makanan. Nari paham dengan kemarahan sahabatnya itu terhadap suaminya. Meskipun begitu, Nari tidak sepenuhnya mengecap bahwa semua kesalahannya ada pada Taehyung.
"Sudah siap? Sini biar kuantar," ucap Nari bangkit dari kursi melihat Taehyung membawa nampan berisi mangkuk serta dengan gelas susu.
Untuk sejenak Taehyung tidak segera mengulungkan nampan dari tangannya, ia terdiam beberapa saat. "Kami tidak bisa selalu merepotkanmu, Nari-ssi."
Nari menjinjitkan alisnya sejurus, menghela sebelum kemudian menjawab, "Aku mengerti perasaanmu. Ini hanya sesaat, aku tidak merasa direpotkan karena Jia sahabatku. Bagaimanapun aku sudah berhutang banyak kebaikan padanya dulu."
Pelan-pelan Taehyung menelan ludah alot, kepalanya pening seakan ingin meledak menghadapi keadaan. Pria itu mengangguk sembari berucap, "Terima kasih banyak, Kim Nari-ssi." Taehyung menyodorkan nampan di tangan dengan segenap rasa yakin.
Setelah menerimanya Nari tersenyum simpul kemudian pergi ke atas untuk memberikan sarapan pada Jia.
Tidak ada arti lagi, Taehyung menatap kosong pada anak tangga dari meja pantri. Ia terduduk murung, kedua tangannya berada di samping kepala, meremas surai sekuatnya, berharap setelah merasakan sakit peningnya dapat menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuffy
RomanceHwang Taehyung menjalani hidup tanpa berarti setiap harinya, hidupnya datar dan selalu berulang seperti hari kemarin. Bangun pagi, berangkat kerja, dan kembali tidur. Hingga suatu hari istrinya yang tak pernah kelihatan batang hidungnya tiba-tiba me...