04 | Seafood

1.2K 155 7
                                    


Untuk hari ini keluarga besar Hwang Taesun pemilik perusahaan Real estat terbesar di Seoul, sedang berkumpul bersama menikmati sarapan. Rumah yang sehari-harinya hanya dihuni keheningan, untuk saat ini menjadi lebih hangat. Si kembar sedang bermain dengan Jia dan juga Hea, cucu pertama keluarga besar Hwang, anak dari kakak pertama Taehyung.

Tadinya Jia sangsi ikut bergabung ke meja makan karena ada sesuatu yang tidak ia sukai dihidangkan di meja makan, akan tetapi tidak mungkin ia memutar tubuh kembali ke kamar padahal sudah menampakkan diri, jadi pada akhirnya ia ikut bergabung di meja makan.

"Hwang Hea," panggil Taekyung pada sang anak yang terlihat sibuk bermain iPad dengan Yena dan Yuna yang menempel di kiri kanannya. Gadis pemilik mata sipit itu langsung segan, ia paham betul arti diteguran sang ayah untuk memerhatikan adab saat berada di meja makan. Ia mematikan iPad arkian menaruhnya di belakang tubuh.

Jia menyimak dalam diam keadaan sekitarnya, sedikit tersenyum melihat Hea dan si kembar langsung fokus pada makanan begitu ditegur. Pikirnya dengan memfokuskan hal lain sesuatu tidak nyaman dalam dirinya akan terlupakan. Sayangnya ia mulai merasakan kepalanya pening, belakang lehernya terasa kaku. Jia memijit pelipis yang terasa berdenyut akibat terlalu banyak menghirup aroma seafood. Jia membekap mulut ketika merasakan sesuatu dari dalam lambungnya mendesak naik ke kerongkongan, minta untuk dikeluarkan.

Segera Jia mendorong kursinya mundur, kemudian ia berlari kecil menuju kamar mandi, dibuntuti Yuna yang penasaran karena Jia tiba-tiba meninggalkan meja makan sangat tergesa-gesa. Jia memuntahkan isi perutnya yang ternyata hanya cairan pahit. Yura yang tak lain adalah ibu Yena dan Yuna ikut menyusul Jia.

"Eomma, Imo kenapa?" tanya Yena.

"Mungkin sedang tidak anak badan, Sayang. Kembalilah ke meja makan dan habiskan makananmu." Yura menutur kata dengan sangat lembut. Anak manis itu menurut dan menghilang di perpotongan tembok setelah mengusap satu tangan Jia lembut, dengan menutup mata ia merapalkan mantra ajaib dalam hati. "Tenang saja, Imo akan segera sembuh," bisiknya.

Sementara itu orang-orang yang duduk berhadapan di meja makanpun bingung dan saling memandang satu sama lain. Aksi mual Jia barusan tentu mengundang sesuatu dalam dugaan untuk dikonfirmasi. Tatapan-tatapan ingin tahu itu tertuju pada Taehyung yang sedang menunduk selagi menikmati yangnyeom tongdak. Mulutnya menganga, saat akan memasukan makanan lagi. Ia menyadari semuanya melempar tatapan mengandung penuh pertanyaan padanya. Setelah matanya bergerak melihat orang-orang di sekelilingnya, Taehyung lanjut menjejalkan makanan ke dalam mulut.

"Hei, sudah berapa bulan?" tanya Lim Hana sembari memainkan satu alisnya naik turun. Dahi Taehyung mengerut melihat kakak iparnya melempar senyum terjepit.

Taehyung melanjutkan aktivitas makannya, berpura-pura tak mengerti. Pertanyaan itu tak penting, yang penting sekarang adalah, bagaimana caranya ia menahan rasa khawatir sialan yang tiba-tiba muncul. Demi apapun Taehyung akhir-akhir ini lebih takut dengan dirinya sendiri.

Jia kembali setelah dari kamar mandi dan menduduki kursinya lagi, sembari menutup hidung dengan kulit jeruk yang diberikan kakak iparnya yang kedua, Yura. Kepalanya masih sangat pusing, alisnya benar-benar berdenyut saat tanpa sengaja aroma itu kembali menyelusup ke dalam rongga hidungnya.

"Bibi, bisa tolong singkirkan hidangan seafood-nya? Istriku sebenarnya tidak tahan dengan baunya." Taehyung memberikan mangkuk seafood tersebut pada wanita yang berdiri di sampingnya.

Ini pertama kalinya.

Pertama kalinya Jia mendengar Taehyung menyebutkan 'istriku', Jia merasakan ada sedikit getaran yang jika di biarkan pipinya bisa merona. Astaga, jangan sampai itu terjadi. Jia menyesap teh hangat yang diberikan Hana. Wanita hamil itu mengusap sebelah pundak Jia sebelum kembali ke kursinya.

StuffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang