17 | How?

969 166 8
                                    

"Kalian baikan?" pekik Nari di seberang telepon. Sejak jaman masih sekolah anak ini memang tidak ada santai-santainya, untung saja telinga Jia sudah beradaptasi kendati demikian terkadang telinganya bisa sampai berdengung sebelah.

"Ssstt... sudah kuperingati jangan teriak." Jia mendesis, mengubah cara bicaranya menjadi bisik-bisik. Jia sudah menebak reaksi Nari pasti akan seperti ini, makanya dia memperingati untuk biasa saja setelah mendengar ceritanya mengenai hubungannya dengan sang suami.

"Bagaimana bisa aku tidak teriak? Ya, kau di mana sekarang, cepat kasih tau. Di rumah? Di restoran?" repet Nari tidak sabaran. Ini tidak bisa dibiarkan, ia harus bertemu Jia sekarang, menariknya ke kafe langganan, memesan segelas latte dingin dan menyuruh Jia menceritakan detailnya.

"Tenanglah, kau ini heboh sekali." Jia berharap tidak ada yang melihatnya terkekeh diujung koridor seperti orang kelainan, reaksi alamiah Nari terkadang membuatnya tertawa. Sejak dulu Jia selalu suka menceritakan kejadian dalam hidupnya pada Nari dan reaksi Nari selalu berhasil membuatnya tidak merasa sendiri.

"Heboh sekali?"

Sekali lagi Jia terkekeh.

Dari teriakannya, Jia bisa membayangkan alis Nari tersambung seperti jembatan gantung di atas sungai tetapi menukik karena di tengahnya kelebihan muatan.

"Pelankan suaramu, aku sedang di rumah sakit sekarang."

"Di rumah sakit? Sedang apa?"

"Mengecek kandungan." Jia terkikik sendiri, hanya sedikit ingin bermain-main dengan reaksi heboh Nari.

"KAU BERCANDA?!"

Jia semakin cekikikan sambil menutup mulut dengan telapak tangan.

"Memangnya kau percaya?"

"Tidak, tapi bisa saja." Di seberang sana Jia mendengar Nari mendengus.

"Bisa saja apanya?" tanya Jia sambil mengerutkan alisnya.

"Hamilnya."

"Kau gila?" Kali ini Jia yang meninggikan suara.

"Memangnya kau tidak memikirkan nanti akan hamil?"

Seketika Jia terdiam, pikirannya berkelana, memikirkan kehidupannya dengan Taehyung kedepannya. Tentu akan ada masa itu, masa ia akan membahas persoalan anak, mengandung, melahirkan, dan merawatnya. Sebelumnya Jia tidak pernah membayangkan dirinya menjadi seorang ibu, memikirkan bagaimana rupa anaknya jika suatu hari nanti ia benar-benar memiliki anak, memikirkan bagaimana ia merawat, membesarkannya. Jia membayangkan dirinya menjadi seorang ibu, akan bagaimana perawakannya nanti, apakah menjadi ibu yang lembut atau menjadi ibu yang selalu mengomel, membayangkan dirinya akan direpotkan dengan hal-hal kecil oleh tingkah anaknya, Jia tersenyum tipis, ada sudut di hatinya yang tiba-tiba terasa hangat. Jia jadi memikirkannya sekarang, apakah fase itu akan dilaluinya suatu saat nanti.

"Sekarang aku jadi kepikiran."

Suasana hati Jia jadi sendu, cahaya matanya memperlihatkan pancaran dambaan.

"Kau ini aneh sekali."

"Aku ingin punya setidaknya satu."

"Maksudmu anak?"

Jia tetap mengangguk meski sadar Nari tak melihatnya.

"Kau mengatakan ingin anak seolah mengatakan menginginkan tas LV edisi terbatas. Aku ingin punya setidaknya satu hahahaha dasar bodoh."

"Kedengaran aneh ya?"

"Jika kau mengatakannya pada Taehyung, dia akan menertawaimu."

"Apanya yang lucu?"

StuffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang