Extra chapter I

449 57 0
                                    

Saat Taehyung memarkirkan mobil di pelataran Moon Resto waktu menunjukkan pukul 22.00. Bintang-bintang bertaburan di atas sana, suasana restoran ramai pengunjung tetapi tidak terlalu bising. Melewati pintu masuk, Taehyung melihat Jia duduk pada salah satu meja di tengah-tengah ruangan, tampak mengenakan kaus putih polos yang disalut blazer hitam. Jia sedangkan berbincang dengan seorang pelayan perempuan, kalau Taehyung tidak salah ingat dia adalah pelayan yang pernah terlibat masalah dengan pelanggan pria yang dibanting Jia.

Taehyung melangkah ringan, sudut bibirnya terangkat tipis kembali mengingat Jia pernah membanting seorang pria di hadapan banyak orang. Kalau dipikir-pikir hal itu bisa saja merusak citra restoran yang dikelola sang istri. Namun, alih-alih bangkrut Jia malah mendapat tepuk tangan, aksinya sempat viral dan pelanggan berdatangan. Hal yang terkadang dipandang miring khalayak dapat merubah persepsi karena alasan konteks di dalamnya. Jia tak serta-merta membanting seseorang untuk pamer kalau ia menguasai ilmu bela diri yang mumpuni. Orang cabul tak kenal tempat dan kurang ajar memang pantas untuk mendapatkan balasan dengan spontan, meskipun membanting terlalu berlebihan rasanya pria itu memang pantas dibanting sampai patah tulang. Kalau perlu sampai lupa ingatan agar pikiran mesum di kepalanya berguguran.

Senyum tipis-tipis Taehyung menarik perhatian Jia untuk bertanya dengan sahi terlipat-lipat begitu Taehyung duduk di hadapan. "Ada apa?" katanya.

Ha Yeon pamit bersama buku catatan pesanan di tangan. Taehyung mengambil duduk di hadapan Jia, masih tersenyum seperti orang dungu.

"Kenapa tersenyum-senyum seperti itu. Apa ada hal menyenangkan terjadi? Ceritakan padaku." Jia jadi dibuat penasaran, ia memangku dagu, ikut tersenyum melihat Taehyung yang datang-datang membawa percikan tawa ekspresif.

Taehyung menggeleng, menolak memberitahu alasannya. Menggigit bibir bawah tipis, menatap dengan sorot jenaka, Taehyung ikut memangku dagu. "Aku bertanya-tanya kenapa kau selalu terlihat cantik," katanya menggoda.

Hidung Jia mengecimus, mengangkat siku dari meja, menjauhkan tubuh ke belakang tanpa menggerakkan bokong. "Kau keluar konteks."

Sebelumnya Jia mengajak makan malam di luar karena pikirnya tak akan sempat memasak, terlalu lelah setelah ibunya mengajak belanja dari matahari masih di atas kepala sampai tenggelam. Setelah berpisah dengan sang ibu di butik Jia memutuskan ke restoran karena jaraknya juga tidak terlalu jauh dari butik, begitu sampai ia mengirimi Taehyung pesan singkat untuk makan malam bersama di luar.

"Tidak. Aku hanya ingin mengatakan dengan jujur apa yang kulihat."

Kedua bola mata Jia menyipit, anak rambut yang terselampir di belakang bahu pelan-pelan meluncur ke depan ketika ia menggerakkan kepala lirih. "Pasti ada niat terselubung," katanya kemudian, penuh selidik.

Taehyung tertawa lirih dengan terkaan Jia. Ia semakin memajukan tubuh lalu sekali lagi melempar kalimat godaan seperti, "Hmm, aku sangat ingin menciummu sekarang juga. Apa setelah makan kita langsung ke hotel saja?"

Jia menjepit rambut depan Taehyung di antara jari telunjuk dan jari tengah lalu menyapunya ke belakang. "Mungkin karena terlalu sering bergaul dengan Junkoo jadi kau seperti ini." Jia menghela berat dibuat-buat lalu kembali melanjutkan, "Aku akan menjauhkanmu dari anak itu. Junkoo benar-benar pengaruh buruk."

Jika berdiri di sudut ruang lalu melihat seluruh meja pengunjung yang sedang menikmati makanan pesanan masing-masing maka meja Jia dan Taehyung akan menarik perhatian untuk terus ditonton dan bertanya-tanya sebenarnya apa yang sedang dibicarakan dua pasangan manis itu. Melempar gurauan, sekali-kali menyolek menggoda, keduanya tampak romantis, seperti pasangan pengantin baru. Menggebu-gebu dan tak saling mendamba.

Menjepit bibir dengan senyum, Taehyung menangkup tangan Jia di rambutnya. membawanya ke pipi, merapatkannya. Seketika punggung tangan Jia merasakan lembutnya pipi Taehyung, hangat. Lima detik saling tatap-tatapan, waktu terasa membeku, keadaan sekitar terasa semu. Hanya ada mereka berdua, yang lainnya adalah latar belakang. Ingin mendeklarasi dan mengklaim kalau dunia adalah milik mereka berdua tetapi deheman Ha Yeon menarik keduanya dari dunia bunga-bunga ke realita.

StuffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang