32 | Melancholy feeling (end)

1.3K 154 36
                                    

Pelataran luas vila milik pamannya masih tampak sama dengan terakhir kali ia datang. Tanaman hias yang dipangkas rapi menyambut kedatangannya, lampu tamaram otomatis memancarkan cahaya kekuningan, matahari telah ditelan gempita malam. Suara kersak terdengar di bawah sepatu setiap kali kaki melangkah menginjak rerumputan hijau. Taehyung memasuki vila, bangunan tersebut tampak menyala di malam hari, lampu menempel pada dinding di setiap sudut akan tetapi suasananya sepi dan dingin.

Junkoo memberinya harapan.

Junkoo mengatakan akan memberitahu keberadaan Jia kalau ia menyelesaikan proyek pembangunan perumahan yang ada di Jeju. Taehyung tak akan lupa Junkoo yang bersandar di bingkai jendela rumah sakit menatap ke arahnya lalu mengatakan, "Aku berinvestasi dalam pembangunan itu, seluruh uang tabunganku ada di sana jadi kalau Hyung gagal jangan datang padaku lagi dan juga jangan berharap mendapat informasi apa pun dariku."

Ya, Taehyung datang ke Jeju untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ia akan tekun agar bisa lebih cepat bertemu Jia. Meskipun ini akan memakan waktu yang lama tapi tak mengapa, setidaknya Junkoo yang tampak enggan telah memberinya kesempatan.

Langkah Taehyung stagnan di pintu tak berbingkai ruang keluarga, sofa yang menghadap langsung ke pemandangan luar memberikan Taehyung reminisensi. Pelbagai kenangan bersama Jia di tempat ini menyeruak mengisi kepalanya. Taehyung sudah lejar meniti setiap rindu. Memori Jia yang tak berhenti tersenyum saat pertama kali mendatangi tempat ini berkelintaran dalam ingatannya.

Taehyung menarik napas dalam-dalam, kelesah menyerangnya. Menuju kamar dekat tangga Taehyung memutuskan istirahat dan mencoba mengabaikan setiap rindu yang mengusiknya.

Pergerakan Taehyung membuka jaket panjang yang menyalut tubuhnya dihentikan oleh dering ponsel di saku.

"Ada apa, Bu?" Taehyung menempelkan layar ponsel ke daun telinga begitu mengangkat telepon dari Sungyu, mata jelaganya menatap kosong kepala ranjang.

"Kau ke mana? Ibu datang ke rumah sakit tapi ruanganmu sudah kosong."

Sejemang Taehyung menggigit bibir bawahnya.

"Aku di Jeju."

"Di Jeju?

"Hmm."

"Bukannya kau sakit? Apa yang kau lakukan di sana?" Suara Sungyu terdengar khawatir.

"Ada proyek yang harus kuselesaikan."

Selanjutnya Taehyung tak lagi mendengar suara ibunya mendayu. Jeda panjang mengisi kekosongan. Di seberang telepon Sungyu tidak paham sebenarnya apa yang ada di pikiran anaknya, baru kemarin ia melihat Taehyung ke sana kemari mencari keberadaan sang istri.

"Kau masih sakit, seharusnya istirahat."

Sedikit merasa hangat menyadari ibunya tidak mempertanyakan soal perubahannya. Taehyung mengira ibunya akan menyinggung soal Jia.

"Aku sudah merasa agak baikan." Melangkah mendekati jendela, Taehyung menyibak tirai abu-abu yang menutupi pemandangan taman belakang. Sepi.

"Kau sudah makan malam?"

"Sudah." Sepotong roti dan air putih. Tak ada makanan yang bisa ia cerna dengan baik sejak Jia pergi.

"Apa kau baik-baik saja?" Tentu saja Sungyu khawatir akan keadaan Taehyung. Ia sadar Taehyung belum cukup sehat untuk memulai aktivitas, keadaan membuat Sungyu ikut kalut, ia takut Taehyung akan kembali seperti dulu, seperti saat Han Kyung meninggalkan Taehyung.

Sungyu ingat Taehyung mencoba mengalihkan hidupnya dengan menyibukkan diri pada pekerjaan waktu itu, bertingkah seperti robot, dan hanya memiliki wajah datar sebagai manusia. Tak ada cinta dan harapan. Sungyu takut Taehyung akan kembali hidup seperti itu.

StuffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang