24 |Torture

572 60 9
                                    

Follow, vote dan comment!

Follow, vote dan comment!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Happy reading
——••——

Tepat dibawah sorot temaram lampu, pria itu tersadar. Ringis kesakitan menggema dalam ruangan, ia terperanjat kala merasa daksa itu tak lagi bebas— kedua tangan dan kaki itu terikat disebuah kursi tua. Dia tidak tahu dimana dirinya sekarang, tetapi yang dia tahu dirinya tengah berada dalam bahaya saat ini. Mengedarkan pandang ke seluruh ruangan, tempat itu terasa hampa dan sunyi seperti tempat yang tidak berpenghuni. Dia tidak mengingat apapun, yang terakhir adalah saat seseorang dengan sengaja menabrakkan mobil pada miliknya dari arah belakang dan setelah itu hanya kegelapan yang ia rasakan.

Mendengar ketukan sepatu yang perlahan mendekat pun sontak manik itu jatuh pada salah satu sudut, dia yakin diujung sana ada pintu untuknya keluar. Namun, gelap menyelimuti sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas.

Siapapun orang itu, aku tidak akan mengampuninya!

Hingga jarak empat meter dari tempatnya, pria itu tak lagi mendengar ketukan sepatu yang beradu dengan lantai kumuh. "Siapapun kau, aku tidak akan pernah mengampunimu!"

Hening.

Tidak ada jawab atau sahut dari orang itu sehingga membuat emosinya mencapai ubun, dirinya kembali berucap dengan penuh angkara. "Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku! Siapapun kau, aku akan membunuhmu!"

"..kau tidak tau dengan siapa kau berurusan!"

Pun detik berikutnya tawa sumbang memenuhi ruang, pria itu masih terdiam ditempat hingga sepuluh detik setelahnya tawa itu kembali lenyap. Suasana kembali hening, pria itu menatap sekitar dengan sorot mata tajam.

"Benar'kah?"

Stagnan. Tubuh itu menegang tatkala suara bariton seseorang yang sudah lama tidak ia dengar kini tengah menyambangi rungu. Nafas terasa tercekat diiringi dengan mata membelalak saat mendapati presensi kompetitor yang kini tengah berdiri beberapa langkah di depannya. Dibawah temaram cahaya ia merasa jiwanya ditarik keluar secara paksa dari tempat, raga itu tak lagi mempunyai tenaga sebab seluruh kinerja otot dalam tubuh seperti tak lagi berfungsi. Jika sudah seperti ini jelas baskara tidak akan lagi menyapa, malam yang datang tidak akan bersambut bulan.

"Lama tidak bertemu."

"Kau," lidah itu terasa kelu, keringat sebiji jagung pun merembes dari balik kemeja lusuh yang dikenakan.

"Kau melanggar aturan, kawan." tegasnya.

"Aku akui nyalimu cukup besar hingga dengan berani kau memasuki wilayahku."

"..apa yang otak bodohmu pikirkan sehingga melanggar peraturan yang sudah berjalan hampir tigapuluh tahun?"

Dari banyak pertanyaan yang diajukan, bibir itu masih senantiasa bungkam. Raut wajah itu jelas terlihat pucat pasi, akan tetapi tampaknya si empu berusaha menutupi seolah tidak perlu ada yang ditakutkan.

MAFIA MIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang