14 |Implore

634 69 10
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan Vote dan Comment dilapak ini.

☆Happy Reading☆
--••--

"Gadis lemah," Hana mendengar dengan jelas suara bariton itu mengalun dalam rungu meski dalam kesadaran yang sepenuhnya belum terkumpul, hingga pada akhirnya ia memaksa untuk membuka manik hazel-nya.

Pun detik berikutnya netra itu saling bersirobok, gadis Ryu dapat dengan jelas melihat manik hitam kelam milik pria Min itu dari jarak beberapa senti di atasnya.

Sorot mata itu seolah mengatakan kosong dan sepi, tidak ada setitik binar cahaya kehidupan di dalamnya. Semua seperti sebuah kapal kertas yang berjalan diatas air yang tenang, dia terus berjalan tanpa menemukan titik untuk berlabuh.

"Gadis lemah," sang penguasa kembali mengulang ucapannya, yang mana hal itu menyadarkan Hana untuk segera memutus kontak mata mereka.

Gadis lemah? Begitu mudahnya pria dingin itu berucap tanpa tahu betapa takutnya Hana akan kejadian berdarah itu. Mereka akan tetap lemah pada hal yang mereka takuti, tak peduli siapa dan sekuat apapun orang itu. Kejadian ini pun terjadi bukan kali kedua, melainkan ketiga kalinya dan dirinya masih kembali hilang kesadaran.

Ayolah, menghilangkan phobia tidak semudah itu!

"Aku akan mencoba mengendalikan diri setelah ini," lirihnya.

"Itu harus."

"Karena mungkin kau bisa saja melihat lautan darah di sekitarmu," ujar Yoongi yang berdiri disamping gadis Ryu.

Manik hazel itu berkaca-kaca saat melihat pria Min, rasanya Hana ingin berhenti saja. Hingga tanpa sadar, tangan mungil itu meraih ujung jas sang penguasa. "Kumohon, aku tidak ingin lagi melihatnya."

"Kumohon," gadis itu bercicit.

Yoongi hanya memandang datar pada gadis itu, akan tetapi senyum menyeringai terbit dari wajah sang penguasa. "Kau memohon padaku?"

Hana mengangguk, bahkan cairan bening itu telah jatuh dari pelupuk mata.

"Itu bukan hal yang sulit, tapi aku punya syarat untuk itu."

"Berikan aku sesuatu yang berharga darimu."

"A-aku tidak punya," lirihnya.

"Kau punya," tegas Yoongi dengan tatapan mengintimidasi.

"Berikan aku-- Kegadisanmu."

✿ฺ••✿ฺ

"Nona, udara malam tidak baik untuk kesehatan anda." Youra berucap dari dalam kamar.

"Aku akan masuk sebentar lagi, kau bisa pergi." sahut Hana yang masih terfokus akan pemandangan di depannya.

"Coklat panas anda mulai mendingin, mau saya buatkan lagi?"

"Tidak. Kau bisa pergi," Youra merasa heran akan perbedaan sikap Nona-nya setelah terbangun dari pingsannya sore tadi.

Namun, jika dirinya bertanya akan hal yang bersifat privasi rasanya tidak mungkin. Itu diluar batasan dan sangat tidak pantas. Pun pada akhirnya Youra memilih pergi, meninggalkan Hana yang sendari tadi tak beralih sedikit pun menatapnya.

MAFIA MIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang