||END. [Beberapa part telah dihapus]
[FANFIC 2- HARAP MAKLUM APABILA ADA PENULISAN YANG KURANG TEPAT]
Ryu Hana- gadis dengan penuh kesederhanaan yang harus hidup bersama dengan seorang mafia lantaran dirinya digunakan sebagai jaminan oleh sang Ayah...
Terimakasih buat kalian yang udah mau meluangkan waktu buat Comment dilapak sebelumnya, jangan lupa dilapak ini juga tinggalkan jejak Vote dan Comment ya. Pemberitahuan kalau Mafia Min udah mulai masuk konflik, jadi jangan sampai ketinggalan ceritanya.Bisa yuk, setiap kalimat dicomment kalian.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading --••--
Aroma singgaret menyeruak menusuk indra dalam ruangan bercat putih itu. Keadaan senyap menyelimuti, hanya terdengar helaan nafas kecil saat mereka mengeluarkan kepulan asap putih dari mulut yang mengudara secara perlahan berpedar- menyatu dengan udara. Ruangan yang berisi empat orang pria dengan singgaret ditangan itu tampak sibuk dengan pemikiran masing-masing.
"Kuharap keputusanmu tepat menerima pemuda itu," tukas pria berjas merah maroon itu memecah keheningan.
"Jangan khawatir, anak itu bisa diandalkan."
"Oh, ya. Hyun, kudengar anggotamu tertangkap saat akan melarikan diri di perbatasan."
Sang pemilik nama itu masih terdiam dengan menghisap singgaret miliknya sebelum berakhir di asbak. "Ya, dan anak sialan itu mengacaukan rencanaku!"
"Itu berarti rencanamu belum sepenuhnya matang dan kau terlalu gegabah dengan memberinya perintah untuk segera melarikan diri bersama beberapa orang yang berhasil dihasut anggotamu," sahut pria yang duduk di sampingnya.
"Aku sudah muak dengan semua ini. Aku ingin menghancurkan bocah itu, Jeong!"
"Aku mengerti, Hyun. Bahkan kita semua ingin bocah itu hancur bersama pria tua itu!"
Pria bernama lengkap Lee Hyun So itu bersungut marah, menatap satu per satu lawan bicaranya hingga berakhir pada seorang pria muda yang duduk disingle sofa ujung sebab sendari tadi tidak berucap.
"Kali ini apa rencanamu Yoon?"
"Tidak ada," jawabnya.
"Apa?"
Menekan singgaret pada asbak yang telah habis ia sesap pria itu lantas kembali berkata, "alangkah baiknya jika kita menunggu perintah dari Tuan."
Ketiga pria itu mengangguk pasrah, benar apa yang dikatakan rekan satu bisnis ini. Nyawa mereka akan terjamin jika menunggu perintah sang atasan, akan tetapi sanggup'kah mereka menahan diri hingga waktu yang tidak pasti?
"Kapan Tuan kembali?" kini seluruh atensi langsung jatuh pada sosok pria bertubuh tambun yang tengah menegak sampanye disofa ujung- berseberangan dengan pria Yoon itu.
"Kau sudah tau jawabannya, bukan?"
"Apa puterinya belum kembali?" tanya pria itu kembali. Namun, gelengan kepala dari pria Jeong itu yang ia dapatkan.