7. Pesta ulang tahun

96.5K 9K 386
                                    

Seminggu telah berlalu, kematian Luna dan juga Liona tak terdengar lagi. Semuanya kembali normal, tak ada yang membicarakan kasus mereka.

Seolah tidak pernah terjadi sesuatu. Begitulah hidup, kalian hanya akan dikenang sebentar lalu dilupakan untuk selamanya.

Kampus kembali melangsungkan proses perkuliahan seperti semula. Begitupun kelas 5A, Alora dan sekelasnya fokus mengamati dosen yang menjelaskan di depan sana.

Sesekali Alora melirik Agharna yang juga fokus menatap ke depan.

Kabar terakhir mengenai kasus kematian Luna ditutup begitu saja tanpa ada penjelasan. Pihak keluarga pun hanya pasrah, mereka sudah ikhlas dengan takdir Luna yang secepat ini.

Mereka sama sekali tidak curiga jika anaknya dibunuh, mereka pikir Luna depresi sehingga bunuh diri dengan cara tragis. Namun bagi Alora masih ada yang aneh, dia masih curiga dengan Agharna.

"Gue yakin Agharna pasti ada hubungannya dengan kematian Luna," gumam Alora.

"Apa Ra?" tanya Puput tak sengaja mendengar.

Alora menggeleng, "nggak apa-apa."

Puput menaikkan alisnya lalu acuh dan fokus kembali.

***

Alora saat ini hendak ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang dia pinjam. Tapi dia tak sengaja melihat Agharna berjalan sendirian.

Dia mengamati Agharna dan dari belakang ada perempuan yang berlari menghampiri cowok itu. Alora kenal dengan gadis yang bernama Dinda tersebut.

Dinda adalah ketua UKM seni yang ada di kampusnya dan cukup terkenal dikalangan mahasiswa karena parasnya yang cantik.

"Hai Agharna," sapa Dinda.

Agharna menoleh dan memberikan senyuman termanisnya.

"Hai Dinda."

"Wah, lo tau nama gue!" pekik Dinda.

Agharna terkekeh, dan sengaja memanfaatkan situasi.

"Siapa yang gak kenal Dinda si gadis cantik, dan juga berbakat," balas Agharna.

Kebetulan dia mencari mangsa lagi, dia haus akan darah. Sudah seminggu dia puasa tidak membunuh.

Dinda memegang tangan Agharna dan memberikan sebuah undangan.

"Lo datang yah ke acara ulang tahun gue," pintanya.

Agharna mengangguk, "okey."

Dinda semakin senang, "terima kasih."

"Sama-sama."

"Lo udah punya pacar?" Tanya Dinda.

"Belum, kemarin gebetan gue meninggal."

Dinda seketika menunduk merasa bersalah, dia tau jika Agharna dan Luna memang proses pendekatan namun berakhir menyakitkan karena Luna meninggal.

"Maaf, gue gak bermaksud nyinggung Luna."

"Bercanda, lagian gue sama Luna cuma deket bentar, dan gue juga belum ada rasa sebelum dia pergi, jadi gak ada masalah."

"Jadi lo masih ada peluang dong punya pacar?"

Agharna membungkuk sedikit lalu membisikkan sesuatu pada Dinda.

"Peluangnya ada kalau lo mau."

Dinda memegang pipinya yang terasa panas, dia salah tingkah. Agharna sangat peka dan Dinda suka.

"Gue malu," cicit Dinda memegang tangan Agharna.

AGHARNA (Sang Bulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang