8. Dia bukan manusia

98.5K 10.2K 428
                                    

Alora mundur ke belakang dengan seluruh tubuh gemetar. Harusnya dia tidak penasaran, harusnya dia terus pulang. Tapi semuanya terlambat, dia menyaksikan sesuatu yang tidak boleh dia lihat.

Tiba-tiba sebuah benda tumpul mendarat dengan tepat di kepala gadis itu. Penglihatan Alora kabur dan perlahan gelap.

Dia pingsan.

"Kenapa anda sangat gegabah sampai orang lain melihatnya?" geram seorang pria setelah memukul kepala Alora hingga tak sadarkan diri.

Agharna hanya tertawa dan memberikan kode agar Alora dimasukkan ke dalam mobilnya.

"Jangan memarahiku Jay, lebih baik kau masukkan saja dia ke mobil dan membawanya pulang bersamaku."

Pria yang bernama Jay itu hanya memutar bola matanya melihat majikannya yang gila ini.

"Anda ingin membunuh gadis itu juga?" tanya Jay menatap Alora yang sudah meringkuk di jok belakang.

Agharna menatap Alora, meneliti setiap inci tubuh gadis itu.

"Nasibnya akan ditentukan saat dia berada di ruangan rahasiaku."

"Anda sudah membunuh orang-orang yang tidak berdosa."

Agharna berdecak, sebentar lagi Jay pasti mengeluarkan ceramahnya.

"Simpan nasihatmu dan bereskan dia," tunjuknya pada gadis lain yang sudah tak bernyawa.

"Sebelum saya membawanya, apa tidak ada yang ingin anda ambil sebagai cinderamata?"

Agharna lagi-lagi tersenyum lalu mengeluarkan sebuah botol kecil.

"Sebelum bertanya harusnya kau sudah tau Jay, ini adalah ciri khas sesudah melakukannya. Bereskan gadis itu tanpa jejak."

Agharna masuk ke dalam mobilnya lalu pergi meninggalkan Jay, membiarkan pria itu membereskan perbuatannya.

🧛‍♂️🧛‍♂️🧛‍♂️

Alora akhirnya sadar, dia ingin mengusap matanya namun tangannya tidak bisa bergerak.

"Sudah bangun?"

Kesadaran Alora sudah sepenuhnya terkumpul. Dia melihat Agharna duduk di depannya.

"Gu..gue ada di mana?" tanya Alora, kepalanya masih berdenyut akibat hantaman Jay.

"Lo gak ingat?"

Alora mencoba memahami maksud Agharna dan mengingat apa yang terjadi.

"Semalam gue pergi sama Puput ke ulang tahun Dinda, terus gue ke toilet dan acaranya udah kelar, gue sama Puput akhirnya pulang. Terus gue ke parkiran-"

Alora sudah ingat, dia tidak sanggup meneruskan kalimatnya. Dengan gerakan lambat Alora menatap Agharna, jantungnya berdetak dengan cepat.

"Lalu apa Alora?"

Badan gadis itu gemetar, dia berusaha melepaskan diri namun sia-sia, tubuhnya terikat. Bayangan Agharna dan Dinda tadi malam berputar di otaknya.

Alora melihat Agharna menusuk mata Dinda. Darah ada di mana-mana dan dia menyesal menyaksikan hal itu.

"Kayaknya lo udah tau apa yang gue lakuin, sesuai yang ada di pikiran lo."

"Lo gak akan bunuh gue kan?"

Agharna berdiri dan berjongkok di hadapan Alora, meraih tangan gadis itu lalu mengecupnya.

"Tangan lo indah, tapi bakalan indah kalau ada warna merahnya."

AGHARNA (Sang Bulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang