66. Permintaan Alora yang berarti

30.9K 2.2K 246
                                    

“Kembalikan mata ku!”

“Kembalikan kepala ku!”

“Tolong kubur semua organ kami!”

“Katakan sama dia kubur semua organ kami!”

Alora langsung bangun ketika memimpikan orang-orang yang sangat menyeramkan, keringatnya bercucuran dan langsung bersyukur ketika menyadari bahwa semua itu hanyalah mimpi.

“Ternyata hanya mimpi,” gumam Alora ngos-ngosan sambil memegang dadanya yang berdegup kencang karena kaget.

Alora mencoba mengenyahkan pikirannya dari mimpi yang sangat menyeramkan tadi dengan cara kembali baring, dia sangat takut karena masih terbayang-bayang akan orang-orang yang datang di mimpinya tadi, ada yang wajahnya hancur, matanya hilang, tanpa kepala dan masih banyak lagi.

Berkali-kali Alora mengganti posisi ke arah kanan dan kiri tapi tetap saja dia tidak bisa memejamkan matanya. Sedangkan Agharna sendiri sudah terlelap sedari tadi. Alora menatap wajah suaminya yang sangat tampan dan kalem ketika tidur.

Tidak akan ada yang percaya jika pria ini adalah psikopat yang kejam. Yang telah membunuh banyak orang, dan menyimpan berbagai macam potongan tubuh di dalam lemari rahasianya.

Alora memegang wajah suaminya, pria yang dulunya dia takuti dan dia benci sekarang menjadi pria yang paling dia cintai dan akan segera menjadi ayah dari anak-anaknya.

"Semoga kita selalu dilindungi sampai maut memisahkan," gumam Alora.

Ada ketakutan tersendiri yang selalu Alora pikirkan, suaminya adalah psikopat, jika suatu hari nanti kejadian yang ditutupi terbongkar, Alora yakin Agharna akan berada dalam masalah. Mimpi yang dia alami tadi seolah menjadi peringatan bagi mereka.

Alora memeluk Agharna sangat erat, air matanya mengalir begitu saja, entah karena hormon kehamilan atau memang dia sedih tapi tidak bisa dideskripsikan dia sedih karena apa. Yang jelasnya dia takut dan juga merasa sedih.

Agharna yang semula terlelap kini terganggu dengan isakan Alora apalagi peluka istrinya sangatlah erat.

"Kamu kenapa?" Tanya Agharna dengan suara seraknya dan kaget melihat sang istri memeluknya dalam keadaan menangis.

"Nggak apa-apa, aku cuma mau meluk kamu," jawab Alora.

"Kalau gitu kenapa nangis?" Tanya Agharna bangun dan memegang wajah istrinya.

"Aku nggak tahu, pengen nangis aja," jawab Alora terisak.

"Pasti ada yang kamu pikirin, iya kan? Jawab aku ada apa? Atau ada yang gangguin kamu?" Tanya Agharna.

Alora menggeleng.

"Aku cuma nangis aja secara tiba-tiba, nggak ada yang gangguin atau masalah yang aku pikirkan," ucap Alora berbohong karena hatinya sangat resah karena mimpi yang dialaminya barusan.

Agharna memeluk istrinya dan menepuk-nepuk pelan bahu Alora supaya tenang.

"Udah nggak usah nangis ya, kamu nggak boleh mikirin apapun yang terlalu berat, nanti dampaknya ada pada anak kita," kata Agharna mencoba menasehati istrinya.

Alora berhenti menangis, dia menghapus air matanya demi calon bayi yang sekarang ada di dalam kandungannya.

"Jangan tinggalin aku," gumam Alora menatap wajah suaminya.

Agharna sampai bingung melihat ketakutan yang terpancar di sorotan mata istrinya sekarang.

"Aku nggak ke mana-mana kok, aku tetap di sini sama kamu," balas Agharna.

AGHARNA (Sang Bulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang