Renjun terus berlari tanpa henti menuju gerbang kampusnya yang semakin terlihat jelas di depan sana. Tak peduli akan umpatan beberapa orang yang tak sengaja ia tabrak, karena ia juga sedang terburu-buru. Mulutnya pun juga sibuk meraih oksigen banyak-banyak sambil bersumpah serapah pada ponsel yang ia cas semalaman.
Ralat.
Ponselnya tidak berhasil di cas semalaman. colokan carger itu tidak menyambung dengan benar pada saklar. Alhasil, pagi harinya ia telat datang ke kampus karena alarmnya tidak berbunyi. ya ponselnya mati.
Entah setiap kalimat yang keluar itu menyalahkan kebodohannya atau cargernya, ia terus saja berumpat di sepanjang jalan. bahkan ponselnya yang kini masih tanpa daya di dalam tas ranselnya pun ia salahkan juga. Padahal sudah jelas kalo itu semua karena ulah cerobohnya.
Renjun mengatur nafasnya yang tidak beraturan, juga membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan akibat berlari kencang. Ia melihat jam di arlojinya, bahwa ia sudah telat hampir 30 menit. Ia memelankan langkahnya begitu hampir sampai di ruang kelas. Ketika sampai, ia menempelkan sebelah kupingnya di pintu, berniat menguping untuk mengecek kalo dosennya masih mengajar atau tidak. Tepat saat itu pintu terbuka dan menampilkan sosok pria dewasa yang baru selesai mengajar.
Renjun terkejut dan segera menegakkan tubuhnya dengan senyum kikuk, merasa malu atas kelakuannya. Sedangkan dosen itu hanya menghela nafas, menggeleng kepalanya pelan saat mendapati renjun dan kemudian pergi begutu saja tanpa berkomentar. Renjun segera mengejar dosen yang sudah lelah menghadapinya itu.
"pak siwon, tunggu pak" dosen yang namanya di panggil oleh renjun tidak menoleh ataupun menghentikan langkahnya, ia terus saja berjalan dengan beberapa buku dan kertas yang ia peluk dengan tangan kirinya.
"pak maaf saya terlambat bangun lagi.." renjun berjalan berusaha menyamakan langkahnya mengikuti sang dosen yang berjalan dengan langkah cepat.
"lalu?" tanya dosen itu tanpa menghentikan langkahnya.
"la-lu.. saya mohon maaf pak, saya tidak bisa mengikuti ujian akhir jika kehadiran saya kurang lagi" dengan wajah memelas renjun menyatukan kedua tangannya tanda memohon.
"sudah empat kali renjun, dan dengan alasan yang sama,benar?"
"ta-tapi pak saya memang terlambat karena itu.. saya mohon pak jangan kurangi point kehadiran saya lagi.."
"saya ada urusan, datanglah ke ruanganku siang ini"
"baiklah saya—
Bugh
Renjun menabrak seseorang cukup kencang, sampai ia terjatuh begitupun yang ditubruk oleh renjun. Keduanya meringis kesakitan sambil memegangi bagian tubuh masing-masing kala membentur lantai keramik terlebih dulu. Setelahnya mereka saling menatap satu sama lain untuk melihat siapa yang mereka tabrak.
Tawa remeh keluar dari mulut sebrang "kamu lagi" ucapnya tanpa meminta maaf terlebih dulu. karena untuk apa meminta maaf, kan renjun yang menabraknya duluan. Pikirnya begitu
Ia menggeleng saja dan langsung merapikan buku serta beberapa printilan alat tulis yang berserakan di lantai. Renjun yang berhati mulia ingin membantu sebelum tangannya justru di tepis oleh si sebrang.
"jaemin, aku hanya ingin membantu" ucapnya dengan nada malas.
"tak perlu, sudah beres. Lihat kan " sambil memeluk buku dan peralatannya yang sudah rapih, jaemin bangkit diikuti renjun.
"kenapa kamu selalu saja berulah padaku? Tidak bosan terus menggangguku?! " dengan nada kesal yang sedikit meninggi, sedangkan renjun hanya menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISULA
Fanfiction~~* 🌼 *~~ Apa kalian pernah berfikir tentang dunia lain? Maksudku bukan dunia mistis, atau paralel, atau dunia ganda, atau yang semacamnya. Bukan. Tapi sebuah dunia yang nyatanya bersanding dengan kita, tapi tanpa kita ketahui. Misalnya seperti dun...