2. Anthophile

1.8K 338 25
                                    

Semua yang ada di mobil mark mengeryit bingung , terutama ketika si pemuda yang menyetir itu memelankan laju mobilnya hingga akhirnya berhenti di pertengahan jalan tol. Untung saja jarak mobil lain di belakang mark berada cukup jauh. Lucas bahkan sudah berdumel tentang kecelakaan jika mark memberhentikan mobilnya ditengah jalan.

"dia datang"

"siapa? Siapa yang datang?"

Bukannya menjawab, wajah mark justru malah terlihat panik. Jaemin yang duduk di sampingnya memegang pundak sang kekasih karena jemari mark mulai mencengkram kuat kemudi. Ia berusaha menenangkan pria yang tidak berkutip sama sekali itu. Matanya masih terbelalak, berkaca-kaca memandang lurus ke jalanan. Detak jantungnya semakin cepat, mark seperti batu dalam seketika.

"dia datang lebih cepat dari perkiraan kita"

"dia siapa maksudmu?"lembut jaemin berusaha tidak ikut panik melihat keadaan mark.

Ditatapnya sang kekasih "jeno.."membuat semuanya terperangah diam . "anak itu datang lebih cepat dari perkiraan kita"

Mark tidak pernah salah jika menyangkut tentang kerajaan, ia dapat merasakan kehadiran jeno di permukaan, meskipun ia sedang menutup jalur komunikasi nalurinya dengan jeno.

"sialan. ayahku pasti membantunya selama ini" umpat lucas.

Rencana mereka berempat tidak boleh sampai gagal hanya karena kedatangan jeno. Mereka berempat sudah setengah jalan untuk mencapai tujuan, mereka tidak mungkin mundur karena semuanya akan jadi sia sia nantinya.

"kita harus segera menyelesaikan ini semua" -Mark lee

.

.

.

.

Jeno membuka matanya perlahan, meski pandangannya masih sedikit buram. Namun ia bisa melihat secercah cahaya mentari yang menelusup masuk dari balik korden tipis berwarna mocca. Jeno mengedarkan pandangannya ke sekeliling sudut ruangan, ia sadar kalo saat ini ia ada di kamar, namun ia tidak tau kamar siapa yang ditempatinya ini.

Jeno memegangi kepalanya yang masih terasa pusing, tanpa sengaja menyentuh sapu tangan yang ada di keningnya. Ia ambil sapu tangan yang sudah agak kering itu, lalu meletakkannya di baskom berisi air yang ada di atas nakas samping ranjang.

Jeno berjalan sedikit tertatih keluar kamar, sekilas melihat ke permukaan kulit lengannya yang memiliki ruam kemerahan.

Ia mendengar suara seseorang yang tengah memasak dari arah ujung. Jadi dia berjalan ke arah suara itu untuk melihat siapa yang telah merawatnya. karena ia pikir ini adalah tempat tinggal renjun, sebab dia ingat terakhir kali menunggu renjun di depan pintu yang diyakini sebuah apartement.

"renjun"

Yang merasa namanya terpanggil pun menoleh " eoh, kamu udah bangun? Duduklah di kursi makan"

Jeno duduk di kursi yang sebelumnya ditarik renjun. Renjun mengecilkan api di kompor dan menghampiri jeno untuk menyentuh kening si pria yang baru dikenalnya itu. Kedua pipinya juga di rangkup renjun untuk memastikan kalau suhu jeno sudah normal.

Renjun tersenyum lega karena suhu badan jeno sudah normal berkat kompresan sapu tangan yang renjun lakukan, selama semalaman. Yang memiliki surai silver itu kembali ke kompor untuk memindahkan masakannya yang sudah matang ke mangkuk.

"makan dulu, dari semalam kamu tidak makan apapun kan"

Renjun memberikan semangkuk soup jagung pada jeno dan segelas air hangat yang ia letakkan disamping mangkuk untuk pemuda itu. Disebrang kursi, renjun juga duduk untuk menyantap soup jagung buatannya sendiri.

TRISULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang