Ruang tengah yang begitu megah, atapnya tinggi dengan lampu hias panjang yang menggantung disana. Rumah ini memiliki dua lantai, itu sebabnya atap mereka begitu tinggi. Karpet bulu yang melindungi keramik dari kawasan kaki sofa berwana biru tua nan empuk, menambah kesan elegan dengan coraknya yang halus ketika di pandang.
Dilihatnya haechan yang tengah asik menonton tv sembari memeluk toples kaca berisi cemilan ringan. Disana juga ada lucas yang sedang merebahkan dirinya manja di atas sofa berkepala bantal paha milik haechan. Mereka tidak mengidahkan kehadiran sang tamu. Sampai jaemin memberikan atensi bicara, barulah keduanya terusik untuk menoleh.
"Perhatian!! kita kehadiran tamu disini! " teriak jaemin membuat haechan menoleh ke belakang dengan lucas yang bangkit untuk melihat siapa tamu mereka.
"selamat, kalian tamu pertama yang bisa masuk kerumah ini" lanjut jaemin dengan senyum terpatri di wajahnya, itu lebih tampak seperti seringai penuh makna.
Sedangkan haechan, ia ikut tersenyum lantas menaruh toplesnya di atas meja dan berjalan menghampiri jaemin. ia bertepuk tangan kecil sembari mulutnya masih terus mengunyah, karena penuh dengan cookies.
"silahkan duduk" lucas menepuk lengan sofa pelan. Berniat menyuruh kedua tamu mereka untuk duduk di sofa mahal yang masih kosong tanpa di duduki itu. Namun bukannya duduk, jeno justru melangkah mendekati jaemin yang tengah melipat lengannya di atas perut.
"apa yang sebenarnya kalian rencanakan" dengan nada dingin namun penuh penekanan dalam kalimatnya. Seolah ia sedang menahan amarah yang sudah menguasai sistem logikanya.
"rencana? Rencana apa maksudmu?"
Jeno terdiam, bukan karena bingung menjawab pertanyan dari sang sahabat. Melainkan ia sedang mencari celah kebohongan melalui nalurinya. Ia mencoba membaca naluri jaemin.
'menggunakan kekuatan? mencoba membacaku?'
Sahabatnya ini memang bukanlah orang yang mudah terlabui. Kekuatan mereka seimbang dalam tahta kerajaan, disini tidak ada yang paling pintar ataupun jahat. Jeno tau kalo jaemin tidak sebodoh itu, begitupun sebaliknya. Jaemin tau kalo jeno juga tidak sebodoh itu.
Diam saja jika sudah tau rencana sang kakak dan sahabatnya, bukan zona nyaman jeno."mencari celah kebohongan dengan membaca naluri? Jangan bodoh jeno, disini tidak ada yang berbohong" perasaan jeno mencelos begitu jaemin bilang kalau tidak ada kebohongan disini.
"wah.. siapa yang mendatangi rumahku hingga ke ruang tengah begini? " ditolehnya seluruh afeksi penglihatan pada sumber suara yang tiba-tiba menyaut.
Itu si sulung, Mark. Ia tengah melangkah menuruni anak tangga dengan stelan rapih memakai kemeja biru navy. Tangannya yang semula sibuk mengancingkan lengan baju, kini menyilang di atas perut untuk menyambut sang tamu.
"besar juga nyalimu untuk datang kesini ..Pangeran" seulas senyum dari satu sudut bibirnya.
Sedangkan seluruh pandangan jeno dan renjun tidak pernah lepas pada mark, sampai ia menapakkan di lantai yang sama di hadapan mereka.
"Apa yang mengganggumu sampai kau datang kemari? tidak takut jika lebam itu kembali muncul? Bahkan lebih parah dari waktu itu. "
Sekarang renjun semakin yakin kalau orang disekitarnya ini berasal dari pihak kerajaan. Lihat saja cara mereka berbicara satu sama lain, terlihat kuno namun penuh wibawa, rasa ego yang tinggi seperti halnya cerita keluarga kerajaan yang renjun pernah dengar sebelumnya.
Sifat yang mereka tunjukan juga tidak ada yang kekanak-kanakan, mereka tampak menjunjung tinggi kehormatannya. Apakah kerajaaan begitu keras mendidik mereka?, sampai mereka seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISULA
Fanfic~~* 🌼 *~~ Apa kalian pernah berfikir tentang dunia lain? Maksudku bukan dunia mistis, atau paralel, atau dunia ganda, atau yang semacamnya. Bukan. Tapi sebuah dunia yang nyatanya bersanding dengan kita, tapi tanpa kita ketahui. Misalnya seperti dun...