14. Heliophile

1.1K 209 13
                                    

Kini, waktu berada di sebelum fajar. Burung pun tau, kalo ini adalah waktu ketika para manusia enggan membuka mata mereka untuk melihat dunia yang masih begitu semi gelap. Diantara mereka, renjun bukanlah salahsatunya. Ia sedang melihat dengan tatapan kosong ke arah jendela. Tapi, tangannya melingkar pada tubuh seseorang yang berbaring di sampingnya. Jeno yang meminta renjun untuk menyempatkan berpelukan sebelum kepulangannya ke laut.

Semenjak kejadian di kampus kemarin, renjun melarang jeno keluar dari apartemen apapun keadaannya. Itu karena renjun benar-benar takut dan...

menyesal?

Renjun tidak menyangka jika ia melihat jaemin menangis sambil memohon padanya dengan perkataan lemah. Terlebih lagi lucas, yang mana jeno dengan teganya menebas si mantan sahabatnya itu secara tidak berperasaan.

Mereka berempat memang penghianat bagi jeno. Bahkan orang yang jika mendengar cerita mereka pun akan berpendapat sama. Seorang penghianat

Renjun hanya tidak menyangka saja dengan taktik jeno yang secara tiba-tiba dengan efek besar pada keempatnya itu. Sekarang renjun mengerti tentang bagaimana sifat keras dari jeno ketika gelar merah dari timur itu cocok dengan dirinya.

Sosok yang sedang diargumenkan dalam pikiran renjun itu tengah tertidur, dengan rahang yang menyentuh kening renjun karena kepalanya sedikit bersandar ke sebelah kanan. Juga, tangan kanannya yang dijadikan bantal oleh yang lebih mungil. Moment yang seperti ini yang renjun dambakan sejak dulu. Yang dia pikir akan tidur bersama ibunya dan saling berpelukan. Namun ia tidak menyangka kalau posisi itu telah terdahului oleh jeno.

Begitu kepala jeno beralih miring ke kiri, renjun mendongak sedikit untuk melihat pahatan sempurna si kebanggaan laut yang tidak pernah renjun lihat sebelumnya dimana pun. Jemari tangannya yang mungil itu meraih pipi paras tegas jeno.

Renjun mengelus pelan. " jeno..." panggilnya dengan lembut. Ia harus membangunkan si pangeran Aigeia itu agar bisa pulang sesuai waktu, seperti yang dia katakan sebelumnya.

Jeno memang berencana pulang setelah berhasil membuat mark dan yang lainnya kacau. Meski ia bilang kalau itu semua masih kurang, namun bagi renjun itu sudah cukup parah. Jauh lebih parah dari perkiraan renjun yang tidak pernah terfikirkan kalau akan ada pertumpahan darah sekalipun.

Kedua kalinya renjun memanggil jeno. Anak itu sudah berhasil terbangun, namun ia malah memeluk renjun erat seperti menjadikannya guling.

" jeno, sudah hampir fajar" suara renjun yang terdengar samar karena bibirnya menyentuh permukaan dada bidang milik jeno yang di balut kaos putih. Sedangkan yang mendengar itu hanya bisa tersenyum lucu dengan mata yang masih terpejam.

Jeno rasanya tidak ingin melepaskan pelukan itu, karena harum tubuh renjun sangat memikat kenyamanan dalam dirinya. Ia sempat berfikir kalau apakah renjun itu mandi dengan parfum saking awetnya harum itu?

Padahal pada kenyataannya, renjun hanya menyukai kebersingan dan bunga. Jadi wajar saja jika renjun selalu terlihat bersih dan wangi seperti bayi yang baru selesai mandi.

Mau tidak mau jeno harus melepas pelukannya. Ia tidak bertanya tentang apakah renjun tidur dengan nyenyak atau tidak. Karena jeno tidak tau kalau renjun tidak tidur semalaman. Melihat wajahnya yang manis meskipun tanpa tersenyum, membuat jeno berfikir kalau ternyata ada begitu banyak alasan kenapa beberapa mahasiswa di kampus banyak yang mengirimkan surat cinta pada renjun.

Keduanya pun bersiap-siap untuk berangkat.

.

.

.

.

Tangan kekarnya memegang stir mobil yang baru saja ia beli. Jeno yang membeli mobil dengan uangnya sendiri. Pangeran Aigeia itu memang sengaja membeli mobil untuk renjun, ia tidak ingin anak itu kesusahan lagi selama jeno tidak disampingnya. Ia ingin sedikit memudahkan renjun jika ingin berpergian melepas penat tanpa kehadiran jeno.

TRISULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang