4. Thallasophile

1.8K 285 25
                                    

Masih pagi. Hari ini jam kuliah renjun sedikit lebih siang dari biasanya. Ia sedang mengupas apel, namun matanya benar-benar sangat mengantuk.

Semalam ia terus berjaga di dalam kamar. Salahkan pikirannya yang terus menganggap kalo jeno itu seorang vampir atau hal semacamnya.

Konspirasi itu semakin menjadi ketika ia ternyata melihat jeno tengah berbicara sendiri dengan seekor burung merpati di balkon apartemennya pada tengah malam.

Dan setelah mencari di internet, burung merpati itu memiliki simbol sebagai pengantar pesan. Renjun benar benar ketakutan sekarang, jadilah ia tidak tidur semalaman dan mengunci diri di dalam kamar. Sembari sesekali ia mengintip dari celah pintu, untuk melihat jeno yang tertidur di sofa ruang tengah. Tubuhnya sedang dibungkus selimut tebal milik renjun.

Laki-laki itu memang tidak melakukan apapun yang membahayakan untuk renjun sejak awal berkenalan. Tetapi semenjak konspirasi di otaknya muncul saat di cafe beberapa hari yang lalu itu, ia jadi menduga duga kalo jeno itu seorang vampir dan kapan saja bisa menghisap darahnya ketika ia lengah.

Renjun meringis menahan ngilu saat membayangkan lehernya di gigit seperti di film Twilight.

"Renjun"

Renjun menoleh ke arah jeno yang sudah selesai melipat baju yang baru ia beli semalam di toko dekat supermarket.
Ya, jeno harus membeli pakaian setelah sebelumnya ia hanya memiliki 1 baju yang ada di tasnya.

Dan 2 dengan yang ia pakai saat pertama kali bertemu renjun kala itu.

Renjun semakin menggenggam erat pisau buah di tangannya ketika jeno berjalan menghampirinya di meja makan.

"taruh dimana?"

"ta-taruh di atas meja kamarku saja, nanti-biar aku yang rapihin di lemari"

Jeno tidak menjawab, melainkan langsung pergi ke kamar. Sedangkan renjun, matanya memicing melihat kepergian jeno yang tanpa jawaban.
Begitu dingin, semakin kuat saja konspirasi vampire di otak renjun. Ia kembali mengupas buah apel yang sempat tertunda karena jeno.

Namun tak lama jeno kembali ke dapur, ia berniat minum dengan gelas kosong yang diambil dari rak atas kitchen set.

Pemuda berparas tegas itu meneguk airnya tepat di depan renjun yang masih sibuk mengupas apel. Karena pikiran renjun sedang bercabang, jadi ia tidak fokus mengupas buah apel di tangannya.

Alhasil pisau buah itu menggores jari jempol kanan renjun, hingga mengeluarkan darah.

"AAK!"

Pekikkan renjun mengalihkan atensi sang dominan yang tengah minum pada awalnya. Jeno tersentak kecil melihat renjun, ia hendak menolongnya. Tapi renjun justru malah menodongkan pisau buah ke hadapan wajah jeno.

"jangan mendekat! atau pisau ini menancap di wajahmu!" bentaknya sambil memundur mundurkan langkah hingga bokongnya menempel pada wastafel dapur.

"Apa?. Aku cuma mau liat lukanya saja renjun"

"bohong! Kamu mau hisap darahnya kan! Terus kamu minum sampe darah aku habis!"

"minum?"

"iya!! ..AKU BILANG JANGAN MENDEKAT JENO!!"

Jeno melebarkan telapak tangannya, ia angkat ke depan dada bidangnya untuk mencegah pisau itu. Langkahnya terus maju mendekat pada renjun.

"KAMU VAMPIR KAN!! NGAKU NGGAK!!"

Jeno mengeryit "vampir?. Vampir apanya sih, aku bukan vampir. Aku hanya—" jeno hampir saja mengatakan identitas aslinya.

"kok berenti?! HANYA APA!!" jeno tidak bisa menjawab apapun.

TRISULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang