19. Selenophile

1.1K 217 20
                                    

Malam ini hampir menunjukkan bulan yang sinarnya membiru sempurna. Beberapa menit lagi adalah acara penobatan jeno sebagai raja Aigeia. Tepat saat jarum jam meruncing di angka 12 tengah malam. Setelah sebulan lamanya ia menetap disini, akhirnya penobatan itu terjadi juga, jeno tidak bisa mengelaknya lagi dan lagi.

Apa kata rakyatnya jika ia terus mundur dari pertahtaan itu, yang ada mereka akan curiga jika si sulung masih hidup namun anak itu malah meninggalkan tanggung jawabnya di Aigeia. Mencoreng nama baik keluarga kerajaan, tidak sudi jika diakui sebagai kakaknya lagi.

"lalu aku harus bagaimana paman.. tidak mungkin aku memegang tongkat trisula itu di hadapan semua orang nanti" jujur baru kali ini kun tidak menemukan solusi apapun dari permasalahan jeno dan trisula.

Ia juga tidak tau mesti bagaimana untuk membantu jeno. "tidak ada cara lain, selain kau menolak menggenggamnya" membuat jeno gursah sejak tadi.

"katakan pada mereka jika trisula sedang dalam masa pergantian struktur" lanjut sang paman.

Paman kun memang benar, tidak ada cara lain lagi selain beralasan seperti itu. Berdoa saja semoga rakyatnya percaya pada jeno nanti, ia dan paman kun sudah kehabisan akal jika menyangkut tentang trisula. Ia sudah berhasil menemukan kakaknya yang masih hidup, tapi gagal untuk membawanya pulang ke Aigeia.

Seorang pengawal mengetuk pintu kamar jeno, menandakan upacara penobatan sudah dihadiri oleh para anggota keluarga dan rakyat. Merrka hanya tinggal menunggu kedatangan jeno saja. Semua sudah siap untuk menyambut raja Aigeia yang baru, yang berwibawa, pemberani dan si pembela kebenaran nan keadilan.

Renjun yang sejak tadi melihat kerisauan jeno hanya bisa mengelus punggung tangan prianya agar rasa khawatir itu bisa sedikit berkurang.

"Semua akan baik-baik saja jeno. Berdoa, percaya dan yakin maka semuanya akan berjalan dengan lancar"

Jeno  mengangguk dan mengecup kening renjun dengan senyum yang mengembang. Kemudian ia bangkit untuk membenarkan lengan bajunya yang berwarna biru laut.
Ia sudah berganti pakaian karena sebelumnya sudah basah ketika berenang untuk menolong renjun di permukaan.

Baju itu memang disediakan khusus untuk seorang raja. Yang mana harusnya dipakai oleh sang kakak, Mark. Tapi kini, baju yang bersulaman emas dan perak menyatu membentuk Hippocampus sebagai lambang kerajaan itu, besar terpapang pada bagian punggung jeno.

Terdapat pin orchid platina berkristal biru tua, dua rantainya juga bertengger pada dada bagian kiri. Selain itu jeno juga membenarkan kain gold yang mengikat pada bagian pinggangnya. Surai hitam yang panjang di bagian poni, di sapu ke belakang membelah pinggir kiri, meskipun beberapa helai poni kirinya jatuh meminggir menutupi alis.

Setelah dirasa rapih dari sisi penampilan, jeno melayangkan senyum perpisahan pada renjun. Lantas ia melangkah keluar diikuti kun di belakangnya.

Seluruh anggota kerajaan sudah menunggu di kastil atas laut. Mereka sudah berdiri mengitari api suci berwarna biru, siap memulai ritual ketika jeno sudah datang.

Tangan mereka saling terkait satu sama lain, begitupun jeno yang mengaitkan tangannya dengan ibu ratu ten dan paman kun yang berdiri di sisi kirinya. Mereka hanya bertiga sebagai anggota kerajaan dari Aigeia. Karena memang harusnya ada sosok sang ayah disini yang membantu penobatannya.

Tapi sayang, ia tidak akan bisa melihatnya lagi.

Di belakang mereka ada paman yuta dan bibi winwin. Sedangkan untuk paman jaehyun dan bibi doyoung, mereka belum datang juga sampai sekarang. Mungkin mereka terkena badai arus saat menuju kemari, atau mungkin menunggu badai itu reda jadi terlambat kemari.

TRISULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang