"telah terjadi kebakaran hebat di salahsatu rumah di salahsatu perumahan di wilayah pusat kota. Setelah ditelusuri ternyata pemilik rumah ini adalah bernama Kim Woojin selaku mentri perikanan dan kelautan "
Seorang reporter yang tengah memberikan berita secara live di tempat kejadian pun membuat kedua kepala insan dari timur itu menoleh pada layar tv. Keduanya bersorak bahagia mendengar penuturan berita di tv tersebut.
"haechan besarkan volumenya" titah jaemin yang tengah dirundung kebahagiaan melihat berita di tv tersebut.
"api sudah padam beberapa menit yang lalu, diduga penyebab kebakaran ialah kebocoran gas. Sedangkan tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, para pelayan rumah berhasil melarikan diri melalui pintu belakang. Namun untuk Kim woojin sendiri belum bisa memberikan keterangan terkait kebakaran yang melanda rumahnya karena kasus yang tengah melilitnya, pria itu kini masih ditahan di sel penjara kepolisian pusat"
Keduanya saling menggenggam tangan satu sama lain, menyalurkan kebahagiaan dengan erat dengan linangan air mata di pelupuk mata haechan. Mereka sangat bahagia bisa mendapatkan apa yang mereka mau sekarang, setelah bertahun-tahun akhirnya mereka bisa mendapatkannya sekarang.
Suara pintu rumah mereka terbuka, membuat keduanya berjalan menghampiri untuk melihat siapa yang datang. Ternyata itu adalah dua pria kekasih masing-masing yang sedang bersusah payah melewati pintu karena keduanya tengah bekerjasama menggotong sebuah peti raksasa. Langsung saja membuat jaemin dan haechan ikut membantu para kekasihnya itu.
Dibawanya peti tersebut hingga ke ruang tengah setelah jaemin menutup pintu rumah dengan rapat.
"ini, kita menemukannya" ucap lucas setelah peti itu berhasil tergeletak di samping sofa dekat anak tangga. Ia dan mark duduk di atas meja seraya mengatur nafas yang tak beraturan.
Keempatnya menatap peti besar berwarna coklat muda yang terbuat dari kayu, tergembok oleh rantai yang melilit.
Lucas meraih pedang platinanya yang ada di lemari kaca, pedang yang memang sengaja di pajang seolah olah bukan pedang platina asli. Mark juga menghentakkan genggaman tabung senjatanya. Dengan sekuat tenaga mereka menebas rantai yang mengikat slot di bagian bibir peti. Karena senjata yang mereka miliki tidak mungkin menebas gembok setebal kepalan tangan.
Sekuat apapun lapisan pedang, gembok hanya bisa di patahkan oleh pisau yang bernama kapak. Jadi rantai itu ditebas hingga berhasil patah diikuti serpihan besinya yang berserakan di lantai.
Mark menyingkirkan rantai itu dan keempatnya mengangkat bersama tutup peti karena ukurannya yang besar juga sangat berat. Dentingan keramik terdengar ketika tutup peti itu berhasil menyentuh lantai. Dan kini mereka berempat beralih pada sosok yang ada di dalam peti tersebut.
Jika kalian menyangka itu adalah sebuah peti mati, maka kalian benar. Karena didalamnya ada sosok pria dewasa yang terbaring dengan mata tertutup, wajah pucat, badan kurus dan setengah membiru dingin. Serta sudah tidak ada nafas lagi yang bisa ia hembuskan.
"Ayah... " lirihan itu muncul ketika kedua tangannya mencengkram pinggiran peti.
Kedua lutut mark menyentuh lantai dengan senjata ditangannya yang sudah terjatuh ke lantai dengan dentingan keras. Nafas yang terengah-engah, ia berusaha tersenyum pada jaemin yang sudah mengalirkan air mata di pipinya.
"kita.. berhasil.. " ucap mark pelan dan perlahan disertai anggukan oleh kekasihnya dengan senyuman yang mengembang.
Hechan berjongkok, dan tangan yang semula mencengkram peti itu pun mulai gemetar. Dan berubah menjadi dingin pucat pasih saat ia meraba kala pipi sang ayah yang terasa kaku dan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISULA
Fanfic~~* 🌼 *~~ Apa kalian pernah berfikir tentang dunia lain? Maksudku bukan dunia mistis, atau paralel, atau dunia ganda, atau yang semacamnya. Bukan. Tapi sebuah dunia yang nyatanya bersanding dengan kita, tapi tanpa kita ketahui. Misalnya seperti dun...