8. Bibliophile

1.4K 257 24
                                    

Mentari sudah terbenam sekitar 2 jam yang lalu, namun para manusia masih banyak yang melanjutkan aktivitasnya. Seperti jalan jalan di taman kota, duduk di cafe bercengkrama, pergi berbelanja dan masih banyak lagi. Tak jarang juga sebagian dari mereka lebih memilih berdiam diri dirumah. Seperti renjun

Renjun memang biasanya lebih memilih dirumah saja dibandingkan keluar menghamburkan duit atau sekedar membuang waktu untuk hal yang tidak penting. Ia akan lebih memilih untuk belajar demi mempertahankan prestasi yang ia dapatkan di kampusnya.

Lagipula kali ini ada jeno. Jadi ada alasan lain yang membuat renjun lebih memilih dirumah saja. Bicara soal jeno, tadi siang renjun sudah memberikan ramuan itu. Ia mencampurnya dengan teh hangat yang jeno minum. Tentu saja ia izin terlebih dahulu dan bilang kalo ramuan itu dari jaemin.

Tapi renjun justru kesal. Yang membuatnya kesal adalah, jeno dengan suka rela menerima ramuan itu. Ia bahkan menyuruh renjun untuk lebih percaya perkataan jaemin saja dibanding yang lain. Memangnya siapa jaemin? Iya tau kalau mereka sudah bersahabat sejak kecil, tapi ingatkan jeno untuk sedikit mengingat tentang perlakuan jaemin pada renjun selama ini.

Renjun mengaduk kasar segelas susu hangat yang ia buat di dapur. Tidak sampai tumpah kok, hanya arusnya lebih cepat saja. Ia melempar sendok ke wastafel secara asal setelah dirasa seluruh bubuk susu sudah larut. Untung saja renjun masih mau menjaga langkahnya ketika membawa segelas susu itu. Tentu saja renjun tidak ingin dirinya kerja dua kali karena tumpahnya susu. Jadi ia berjalan dengan normal menuju kamarnya.

Segelas susu itu bukan untuk dirinya, melainkan untuk jeno. Mereka membuat perjanjian sebelumnya, karena jeno terus mengikuti renjun kemanapun ia pergi sejak pembahasan jaemin dan ramuannya tadi siang. Padahal kondisinya masih jauh dari kata baik. Jadi perjanjian itu terbentuk agar jeno mau beristirahat sambil meminum susu buatan renjun. Mungkin jeno sadar kalo renjun tengah kesal, jadi diikuti terus tubuh si mungil kemanapun ia pergi.

Meski ramuan itu memang bekerja, tapi jeno masih terpincang-pincang saat berjalan, lebamnya juga belum sepenuhnya hilang beserta goresan luka-luka tinju itu. Tapi tetap saja renjun tidak tega jika melihat jeno terus berjalan mengekorinya. Lagipula itu hanya segelas susu, toh sebagai pengantar tidurnya juga sekalian.

Renjun mengetuk pintu, tentu ia masih sopan meski ada orang lain yang sedang menempati kamar miliknya itu. Karena tidak ada jawaban, jadi renjun menekan knock pintu dan mengintip sedikit dari celah.

Jeno sedang mandi

Jadi renjun bebas melangkah masuk ke kamarnya sendiri. Ia menghampiri meja belajarnya, meletakkan gelas itu disana dan beralih merapihkan buku yang bertumpuk asal.

" kayaknya nanti bakal hujan deh" gumamnya sambil menutup kedua telinganya ketika kilat dan gemuruh bermunculan di langit.

Renjun yang sudah selesai merapihkan buku beralih membenarkan khorden agar kilat tidak terlihat dari jendela kamarnya. Ia juga mengecek ponsel jeno yang ada di atas meja belajar dan segera mencargernya karena lowbat.

"kenapa anak itu begitu menyebalkan? Ahh ya.. sama seperti hyungnya yang jauh lebih menyebalkan. Jaemin juga, tidak, tapi mereka semua. Apa manusia ikan memang menyebalkan seperti itu?"

Renjun menghela nafas dan meminum susu yang harusnya ia berikan pada jeno. Tiba- tiba gelas itu di tarik oleh seseorang yang membuat renjun langsung membulatkan matanya menghadap orang itu.

Jeno bertelanjang dada, hanya melilitkan handuk putih di pinggangnya untuk menutupi area vitalnya. Pria itu dengan santai meneguk sisa susu yang masih utuh di gelas yang semula renjun minum.

Renjun tersedak. Di rongga mulutnya memang masih penuh oleh susu, namun saat hendak menelannya, ia malah tersedak ketika melihat jakun jeno yang bergerak saat menelan cairan bernama susu itu.

TRISULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang