SITUATION 2

2.2K 352 29
                                    

Dia selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dari segi manapun. Semua kehidupan rakyat dan tata kerajaan kini berada di tangannya. Kehidupan dan keadaannya sekarang ini lah yang mengubahnya menjadi pribadi yang keras, tegas dan kasar dalam berbuat.
Dulu ia tidak seperti ini. Sampai saat orang-orang yang ia sayangi semakin lama semakin berkurang, Ketika mereka pergi meninggalkannya sendirian. Maka dari sini lah sifat tanpa ampunnya itu muncul.

Jeno memandangi bingkai foto keluarga kerajaan yang terpapang jelas begitu besar di atas 2 kursi singgasana yang kosong.
Istana semakin sepi, semakin gelap dan semakin rapuh. Bulir bening mengalir dari sudut mata jeno tanpa sengaja. Sejak teringat kapan saja terakhir kali ia menangis dan tertawa, sampai seulas senyum tipis menghiasi wajahnya yang tegas sebagai bentuk pertahanannya selama ini.

Ketika derap langkah terdengar dari belakang. Jeno segera menyeka air matanya agar tak terlihat oleh siapapun.

Ternyata itu adalah panglima Yeon. Seorang pemimpin tertinggi prajurit kerajaan, yang kini sudah berlutut mengambil beberapa jarak di belakang jeno.

"pangeran, semua sudah menunggu anda"

Jeno berbalik, ia mengangguk sekali dengan ekspresi yang kembali dingin dan tegas. Kemudian ia melangkah pergi keluar kastil, diikuti panglima yeon yang berjalan di belakangnya.

Semua orang yang sudah hadir disana tampak memandang ke arah datangannya jeno. Terlihat begitu gagah dalam balutan jubah putih. Jubah kerajaan yang hampir seluruh bagiannya di sulam sedemikian rupa dengan benang perak membentuk dua hewan bersirip bernama hippocampus yang tengah menunduk layaknya sepasang kuda laut jantan dan betina. Juga bunga orchid yang mengiasi leher sang kuda.

Hewan itu merupakan Lambang kerajaan Aigeia yang berarti kekuatan, keberanian, kecepatan serta lambang kesucian dan keabadian pada permata orchid yang mengalung di dada sang dua insan hippocampus. Biru dan Merah

Jeno mengambil obor yang awalnya di pegang oleh sang paman, sekaligus sang kepala mentri kerajaan. Kun sedikit membungkuk hormat pada sang keponakan lantas menyerahkan batang obor di tangannya. Sedangkan jeno tidak merespon apapun, ia langsung mengambil batang obor tersebut dan berjalan ke salahsatu sisi tubuh sang ayah.

Sosok ayah yang sudah tidak akan pernah membuka matanya lagi sampai kapanpun. Bibirnya terlihat pucat membiru, wajahnya yang terlihat tenang, juga hampir menyerupai warna bibirnya. Kabar kematian beliau sudah membuat seluruh rakyat di segala penjuruh menangis menyendu tak menyangka.

Raja pemilik timur kini telah tiada.

Pria bijaksana, bertanggungjawab, berwibawa, kokoh, tegas, memberikan kebahagiaan dan sifat ramah tamahnya terhadap rakyat. Sosok yang menjadi panutan bagi jeno, sosok yang mengajarkannya cara mematahkan pedang musuh dengan baik, sosok yang mengajarkannya cara untuk bertanggungjawab sebagai seorang laki laki dan sosok seorang pangeran.

Beliau yang tidak pernah tergantikan hingga masa berganti sekalipun.

Kedua mata jeno sempat melihat ke arah ibu ratu yang masih terus menangis di pelukan sang bibi. Wajahnya yang sembab serta pucat pasih, maniknya seolah tak bisa menyorotkan kebahagiaan lagi.

Ibunda jeno sangat terpukul atas alasan dibalik kematian suaminya itu, ia langsung berteriak histeris dipelukan jeno, bibirnya terus berkata meminta jeno untuk melakukan balas dendam pada pihak kerajaan laut utara. Raja kris dari kerajaan Troya.

Mereka yang meracuni hidangan suaminya itu ketika berunding perihal pajak dan kondisi pertanian antar kerajaan. Jika saja kun tidak berhasil kabur dari sana membawa taeyong, maka mungkin mayatnya sudah tidak bisa ditemukan lagi.

Jeno menghela nafas, berusaha menahan air matanya bercampur amarah balas dendam yang tidak pernah reda.

'ayah.. aku berjanji akan membuat kerajaan kita makmur seperti dulu'

TRISULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang