17. Oenophile

1K 215 22
                                    

Laki-laki yang tidak diketahui namanya itu terbaring lemah di atas ranjang. Beruntung, yangyang masih bangun dan membuka pintunya untuk menerima kami kemarin malam.

Paman itu tengah tertidur setelah pagi tadi dokter pribadi alias kekasih hendery hyung yang bernama xiaojun itu sudah memeriksa kondisi si paman, namun pernyataan darinya belum mampu membuat lega kedua laki-laki yang tegah duduk di sofa dalam kamar saat ini.

Mulut renjun lelah berkicau karna anak itu sudah menjelaskan semuanya pada yangyang.

"aku masih nggak nyangka sama semua yang kamu jelasin barusan" anak itu masih terus menalar secara nyata kalau apa yang ia dengar itu terbukti adanya.

Otaknya kembali memutar semua hal yang telah dibicarakan oleh sang sahabat.

"ini bukan tipu daya mereka kan njun?" masih berat menerima kenyataan tentang kerajaan laut dan semacamnya yang mirip dengan dongeng ariel di film disney.

"kamu bisa tanya langsung ke kak mark atau jaemin, biar kamu lebih percaya"

"nggak gitu, aku percaya sama kamu. Tapi maksudku— ....ini sulit dipercaya renjun.."

"awalnya aku juga gitu yangyang.. bahkan aku sempat tertawa saat jeno menceritakan semuanya padaku. Rasanya seperti mimpi karna jeno bercerita tepat pada malam hari"

"lalu dia? Dia siapa? " menunjuk pria asing yang masih terbaring lemah tak sadarkan diri. Renjun mengikuti arah pandang yangyang lalu mengendikkan bahunya.

"aku belum bertanya tentang nama dan asal usulnya. Kondisinya masih lemah, dia bahkan masih kesulitan bicara dan makan. Tapi entah kenapa aku berfikir kalau ia bukan manusia" membuat yangyang mengeryit memandang renjun yang duduk di sebelahnya.

"jadi kamu fikir dia juga manusia ikan, sama kayak mark, jeno, lucas, haechan dan jaemin. begitu?"

Lagi-lagi renjun mengedikkan bahunya "kita lindungi keberadaannya dulu, bilang sama hendery hyung kalau dia pamanku yang sedang sakit saja" yangyang mengangguk pelan.

"terimakasih dan maaf sudah merepotkanmu karena membawanya kemari. Ada banyak wartawan pasti di apartemenku, jadi aku tidak bisa kesana"

Yangyang menggeleng dan tersenyum hangat "jangan gitu renjun.. aku tidak merasa direpotkan kok. Justru dengan kamu cerita apa adanya seperti ini aku ikut senang dan merasa dihargai layaknya sahabat"

Renjun memeluk yangyang dan membisikkan kata terimakasih. Yangyang membalas dan mengelus punggung renjun. Berusaha menenangkan sang sahabat yang tengah dirundung rasa kekhawatiran.

Lain lagi di waktu yang sama. Seorang pangeran tengah duduk di singgasana dengan melamun. Merancang strategi untuk sang kakak setelah penobatan, cukup menguras energi jeno.

Lamunannya buyar ketika seorang prajurit istana datang dan berlutut di hadapannya, ia hendak memberikan sebuah informasi tentang kedatangan paman dan bibinya pada siang hari ini. Membuat senyum jeno kala merekah seraya tubuhnya bangkit dari singgasana. Segeralah prajurit itu menuduk hormat dan pergi setelah mendapat perintah dari sang raja yang belum resmi dinobatkan.

Meskipun ia belum resmi menjadi raja, tapi seluruh tata aturan dan kekuasaan sudah berada di tangannya sejak lama. Ia juga sudah bisa duduk di singgasana itu kapan saja dan semaunya.

"selamat datang paman yuta dan bibi winwin"

Jeno dan yuta saling merentangkan tangannya untuk berpelukan layaknya pria dewasa seperti saling menepuk punggung satu sama lain.

"wahh.. pangeran kecil paman semakin gagah saja dengan jubah rajamu itu" puji yuta ketika pelukan mereka terlepas.

Jeno hanya bisa tersenyum senang kala menanggapi pujian pamannya itu, ia pun lantas memeluk hangat sang bibinya. winwin.

TRISULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang