3. Nyctophile

1.7K 291 5
                                    

Tengah malam sudah datang. Tidak ada sedikitpun suara dari apartemen renjun, meskipun jalan raya masih banyak mobil yang berlalu lalang. Lampu juga sudah berganti agar lebih redup dan tidak mengganggu keduanya yang tengah tertidur lelap.

Renjun tanpa terusik sedikitpun masih terlelap di kamarnya lembut memeluk boneka kesayangannya. Sedangkan jeno, keningnya berkerut dengan kondisi kedua netranya mulai menyipit terbuka.

Ia menyibakkan selimutnya perlahan dan bangkit dari sofa, berjalan menuju jendela besar tempat balkon apartemen renjun. Menggeser kacanya dan ia melangkah keluar, tak lupa menutupnya kembali.

Sebuah merpati datang dengan gulungan surat terikat tali di salah satu kakinya. Ia tau kalau burung merpati itu dikirim oleh pamannya dari kastil permukaan. Dia cukup lega karena kalimat pertama di surat itu berkata bahwa 'kerajaan masih aman terkendali, jangan khawatir'

Pangeran Aigeia ini cukup menyayangkan kalau komunikasi keduanya menggunakan surat. Sinyal ponsel tidak mudah menembus hingga dasar laut, terlebih kerajaan Aigeia letaknya ada di ratusan kilometer bawah laut.
Mungkin hanya bisa mengirim pesan, itupun tidak bisa sering. Sedangkan telfon, suara akan menjadi putus-putus hingga tidak jelas terdengar lalu mati.

Jeno mengelus kepala merpati yang sudah setiasa menunggunya, sampai ia selesai menulis balasan surat untuk kun. Tentang perkembangan disini.

"aku harap ini bisa segera selesai"

Merpati pun kembali mengepakkan sayapnya pergi meninggalkan jeno di bawah cakrawala langit malam dan kerlap kerlip suasana kota.Terasa dingin. Seperti hatinya saat ini, ia seperti tidak bisa merasakan kehangatan lagi semenjak nalurinya terputus dengan sang kakak.

Pandangannya jauh memandang lurus dengan fikirannya yang bercabang. Tidak peduli kalau poninya yang sangat panjang itu tersapu oleh angin malam. Ia berusaha menenangkan fikirannya, sampai ia sadar kalau dirinya sudah terlalu lama berada di luar.

Takut renjun terbangun dan curiga, akhirnya jeno kembali masuk dan melanjutkan tidurnya.

.

.

.

.

Matahari semakin terang, mentari yang tidak pernah berhenti untuk menyinari bumi. Solarnya yang terasa hangat bagi para beberapa burung yang berterbangan di angkasa, menandakan dimulainya aktivitas semula setelah hari libur.
Semua manusia tampak sibuk di perlintasan jalan raya sana, dengan aktivitas mereka masing-masing.

Renjun tengah memasak sesuatu di dapur untuk mereka sarapan, sedangkan jeno sedang mandi untuk bersiap ke kampus bersama renjun. Beberapakali renjun mencicipi masakan yang jarang ia masak.

Biasanya renjun hanya akan masak seadanya saja, tapi karena sekarang ada jeno. Jadi mau tak mau dia harus masak lebih banyak dan menu yang tidak itu-itu saja.

"renjun" panggil jeno dengan keadaan rambut yang masih setengah basah habis ia keringkan dengan handuk di tangannya.

"sini sarapan dulu" si laki-laki yang lebih tinggi itu menghampiri renjun setelah meletakkan handuk di jemuran dekat balkon.

"nasi goreng kimchi, sup lobak wortel dan egg roll, gapapa kan?" jeno mengangguk. Dan mulai menyendok nasi gorengnya untuk dilahap. Renjun agak khawatir, karena dia jarang membuat nasi goreng.

Jeno mengangguk pelan ketika renjun bertanya tentang rasa masakannya. Tentu tidak perlu diragukan lagi kalau soal masakan buatan renjun.

Keduanya menghabiskan sarapan tanpa berbincang sedikit pun, hanya setelahnya renjun yang bicara akan menyuci piringnya sekaligus milik jeno. Sedangkan jeno, anak itu terlihat tengah mengganti perban di telapak tangannya dengan plester.

TRISULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang