HN 03

673 153 12
                                    

"Oke jadi berapa rupiah yang kamu mau?"

Nata terdiam teringat kata-kata Hesta waktu itu.

"Saya penasaran nanti kamu bakal dapat cek berapa juta ya dari mama saya?"

Nata langsung melirik Hesta yang terlihat tengah menahan senyumannya. Hesta pasti senang tau ibunya tidak suka pada Nata. Tapi Nata tidak akan menyerah sampai disini untuk mendapatkan Hesta. Atau lebih tepatnya untuk mendapatkan orang yang bisa menjamin liburannya.

Hesta benar. Keluarganya terasa menyebalkan. Keluarga Nata dan Hesta sama-sama menyebalkan tapi dalam hal berbeda.

Bagaimana bisa ibunya Hesta menanyakan berapa uang yang Nata inginkan agar Nata mau meninggalkan Hesta setelah sebelumnya dia bertanya bagaimana Nata dan Hesta bisa bertemu dan jatuh cinta.

Tentu saja Nata membuat karangan yang luar biasa dan atau karena karangan ceritanya itulah yang membuat ibunya Hesta sikapnya jadi seperti sekarang ini?

Nata tiba-tiba tertawa membuat semua orang menatapnya bingung.

"Tante bercandanya kok gitu sih?"

"Hah? Bercanda? Saya serius bukan sedang bercanda," jelas ibunya Hesta itu.

"Sudah jelas-jelas bercanda. Karena bagaimana bisa seorang ibu menukar anaknya dengan beberapa lembar kertas. Sekalipun bernilai tetap saja tidak ada benda yang bisa menggantikan anakmu," jelas Nata.

Terlihat ekspresi kekesalan memuncak di wajah ibunya Hesta.

"Saya mau Hesta, saya nggak bisa kalau bukan Hesta. Sekalipun tante mau kasih saya sebagian kekayaan tante, ya seperti yang saya bilang sebelumnya. Tidak ada yang bisa menggantikan Hesta. Tidak ada!" jelas Nata dengan penuh percaya diri.

***

"Aktingmu cukup bagus hanya saja saya masih bisa tertawa mendengar setiap kata yang keluar dari bibir kamu."

Nata melirik Hesta tajam dan itu tentu saja dengan wajah yang sudah merah semua karena dia menangis sepanjang perjalanan dari rumah Hesta ke Bandara.

Ibunya Hesta mengusir Nata pagi buta ini. Nata bahkan merasa masih belum benar-benar tidur nyenyak di kamar yang luasnya sudah seluas Apartementnya Nata dan Caitlyn.

Ah iya dimana Caitlyn?

Ia sulit dihubungi dari semalam.

"Jangan ngeledek ih," kata Nata disela tangisnya yang seperti anak kecil.

"Ya abis lucu aja. Bisa-bisanya kepikiran kita jatuh cinta cuma gara-gara nggak sengaja ketemu pas di lift abis joging, mana kamu bilang selanjutnya kita langsung berciuman di dalam lift," jelas Hesta menceritakan apa yang Nata ceritakan pada keluarga Hesta.

"Ya emang kenapa? Kan romantis aja gitu," Nata lalu menarik ingusnya. "Ya bayangin aja, tatap-tatapan nggak sengaja terus ciuman deh kan romantis kaya di film-film."

"Ya gimana mau romantis kalau mama saya tau saya sekarang orang yang mageran dan malas olahraga," sanggah Hesta sambil tersenyum meledek.

"Ya justru bagus kan mama kamu jadi ngerasain positive vibe aku yang bisa buat kamu olahraga, bukan cuma olahraga kaki tapi olahraga bibir..."

Hesta hanya bisa mendesahkan napasnya keras dan geleng-geleng kepala.

Dasar Nata gila.

Dan bisa-bisanya kini ia terjebak dengan si gadis gila ini.

"Hes..."

"Hmm?"

"Pinjam pundaknya boleh? Aku mau tidur dulu bentar."

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang