HN 13

454 98 22
                                    

"Selamat untuk ciuman pertamanya ya Zenatta."

Suara cibiran bundanya itu berhasil membuat Natta yang baru saja meminum segelas susu langsung tersedak. Nata tidak mengerti dengan apa yang bundanya itu katakan.

Ciuman? Ciuman siapa yang dimaksud bundanya?

"Hah? Apaan sih bun?"

"Kamu lupa yang semalam kamu lakuin di depan umum?" tanya bundanya Nata yang membuat Nata masih kebingungan.

"Lakuin apa? Emangnya aku ngapain?" tanya Nata masih tidak mengerti dengan pertanyaan sang bunda.

"Kamu nyium Hesta."

What?

Nata mencium Hesta?

Bundanya pasti tengah bercanda pada Nata sekarang.

Tawa Nata langsung lepas begitu saja. "Apaan sih bunda bercandanya nggak lucu. Kan semalam Nata itu cuma baru tunangan sama Hesta ya masa udah ciuman gitu aja?"

"Loh siapa bilang bunda lagi bercanda?"

Bundanya Nata hanya geleng-geleng kepala dan menaruh semangkuk sup penghilang pengar di depannya.

"Pokoknya kalau sampai kamu ketahuan mabok lagi, bunda hapus nama kamu dari kartu keluarga," ancam sang bunda membuat Nata yang agak merasa mual itu kebingungan.

Bundanya salah makan atau apa? Dari tadi kata-katanya tidak jelas.

Dan karena sudah malas berpikir akhirnya Nata memakan sup nya.

***

"Semalam mungkin bukan first kiss kamu tapi saya yakin itu ciuman juga berhasil buat kamu ketar-ketir," goda Grand pada bosnya itu.

Hesta memutar bola matanya malas. "Ya gimana saya nggak ketar-ketir kalau pas ciuman pas banget semua orang kumpul. Dan ya saya rasa kamu nggak lupa Grand, tepukkan tangan paling kencang semalam itu datang dari investor penting kita yang buat saya mikir mereka akan membatalkan investasinya taunya justru senang melihat saya dan Nata ciuman seperti itu."

"So, Nata is your lucky," kata Grand sambil tersenyum lebar sementara sang bos justru terlihat kesal.

"Tapi si keburuntungan saya itu tidak bertanggung jawab karena hilang sampai pagi ini tanpa minta maaf sudah mengambil paksa ciuman saya," kata Hesta sambil melirik ponselnya yang tidak menampilkan notifikasi dari Nata.

Grand menatap bos nya itu tidak percaya lalu memutar bola matanya.

"Bilang saja kalau kamu menunggu dia menghubungimu. Saya kira kamu tidak sedalam itu dengannya tapi ternyata-"

Hesta berdeham untuk menghentikan kata-kata Grand. "Mama meminta saya untuk mengetest masakan katering bersama Nata jadi wajar kan saya menunggu dia menghubungi saya?"

Grand langsung geleng-geleng kepala.

"Teruskan saja denialmu."

Hesta mendengus dan tidak mempedulikan Grand sampai akhirnya ia mendengar nada dering ponselnya berbunyi. Dengan cepat dia meraih ponselnya dan tersenyum lebar begitu mengetahui siapa yang menelponnya.

"Hei Nata?"

***

Nata sudah ingat semuanya. Kejadian yang baru saja ia ingat sesaat setelah ia menutup sambungan teleponnya dengan Hesta.

Nata benar-benar mencium bibir Hesta?

Tapi kenapa Hesta sama sekali terdengar tidak keberatan bahkan menegur Nata saat tadi di telepon?

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang