HN 19

519 116 35
                                    

Nata dan Hesta saling bertukar pandang. Mereka masih belum bisa menebak apa yang bundanya Nata tengah pikirkan.

"Jadi nggak ada yang mau jelasin apa-apa sama bunda?"

Mereka masih diam takut salah bicara.

"Yaudah bunda batalin flight nya Nata ke Bali ya?"

"Yah jangan dong bunnn..." akhirnya Nata buka suara.

Bundanya menatap tajam Nata. "Ya lagian kamu nih ya! Udah tau sekarang punya suami ya kalau pergi tuh bareng berdua. Lagian kalian kan mestinya honeymoon kenapa Nata malah pergi ke Bali sama sahabat-sahabatnya?"

Oh ternyata karena itu.

Nata dan Hesta langsung bernapas lega.

"Cepet jawab!"

"Hesta nya ada kerjaan mendadak bun dan karena kita udah terlanjur booking hotel disana ya mau nggak mau jadi Nata duluan kesana ditemenin sahabat-sahabat Nata. Ada Ketlin kok bun..." Nata mencoba memeluk tangan bundanya lalu menggoyang-goyangkan tangan bundanya untuk meyakinkan bundanya itu.

Tidak sepenuhnya kebohongan karena memang Hesta ada pekerjaan mendadak.

"Nanti saya bisa menyusul Nata lusa bun..." tambah Hesta lagi.

"Tuh kan bun, nanti Hesta nyusul Nata kesana."

"Ya tapi masa malam pertama kalian pisah?" tanya bundanya Nata itu sedih.

"Iya ya..." gumam Nata pura-pura bersedih padahal sejujurnya dia senang sendiri setidaknya dia bisa healing tanpa ada Hesta selama dua hari.

Dan ini kan tujuan mereka menikah?

"Yaudah kamu batalin aja booking hotel nya bisa kan? Minta refund aja, pasti dapet berapa persen," kata bundanya lagi.

"Yah nggak bisa gitu bun... Susah banget Nata dapetin itu hotel," kata Nata padahal sudah jelas-jelas hotel itu milik keluarga Hesta.

Seingat Nata bundanya tidak terlalu ingin tau tentang keluarga Hesta. Jadi bundanya pasti tidak akan menyadarinya.

"Tapi tetep aja masa kamu baru nikah tapi udah ninggalin suami kamu? Suami kamu dibawa orang nanti kamu yang nangis," kata bundanya menakut-nakuti Nata.

Bukannya tidak takut tapi Nata memang merasakan hal itu tanpa bundanya mengatakannya. Bukannya Nata memang tidak pernah mendapatkan Hesta sejak awal?

Nata lalu melirik Hesta meminta bantuan.

Hesta mendesah. "Saya bakal tetap pantau Nata lewat sini bun... Masalah soal malam pertama bagi saya mau itu di malam pertama atau bukan tetap sama saja kan? Lagipula bukankah lebih bagus kita begini dulu jadi pada saat nanti kita bertemu kita lebih-"

"Oke nggak usah kamu lanjutin Hesta," potong bundanya Nata.

"Jadi gimana bun?" tanya Nata penuh harap.

"Ya mau gimana lagi," kata bundanya Nata pasrah sementara Nata langsung sumringah.

"Tapi inget kamu harus selalu kabarin suami kamu ya?"

Nata menunjukkan jempolnya pada bundanya. "Siap bun, gampang itu mah!"

***

"Sahabat-sahabat kamu mana? Bentar lagi sudah jadwal pesawat kalian take off," kata laki-laki yang kini menyilangkan tangan sambil duduk di salah satu kursi tunggu menemani istrinya yang kini justru sibuk mondar-mandir sendiri sambil mencoba menghubungi sahabat-sahabatnya.

"Nggak ada yang bisa dihubungi, gimana dong?" tanya Nata panik.

Hesta tersenyum menyeringai. "Udah cape-cape nikah sama stranger ujung-ujungnya nggak jadi liburan," ledek Hesta membuat Nata meliriknya tajam.

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang