HN 10

637 145 14
                                    

Hesta benar-benar tidak bisa tidur. Apa insomnianya kambuh lagi?

Dan begitu pagi tiba dia langsung bergerak ke kamar mandi untuk mandi dan setelah berpakaian lengkap ia langsung menuju dapur untuk membuat sandwich untuk dirinya sarapan. Selesai dengan satu porsi sandwich dan dia langsung meletakkannya di meja untuk dia makan. Namun dia kemudian teringat jika Nata tinggal disini juga.

Apa dia buatkan sandwich untuk Nata juga?

Dan setelah satu gigitan ia kembali bangkit dari kursinya untuk membuat satu porsi sandwich lagi untuk Nata yang masih belum bangun dari tidurnya.

Begitu selesai Hesta langsung menaruh sandwich itu di meja makan. Dia lalu duduk sambil memakan sandwich miliknya tanpa ada niatan untuk membangunkan Nata dari tidurnya.

Begitu selesai Hesta menatap jam di tangannya. Sudah waktunya berangkat tapi Nata belum menunjukkan kemunculannya sama sekali.

Bagaimana jika Nata mencarinya dan butuh sesuatu?

Tapi yang harus dia lakukan sekarang lebih penting. Hesta pun akhirnya mencari kertas dan bolpoin untuk menulis pesan di samping sandwich untuk Nata yang dia sudah rapikan dan kemudian ia bersiap untuk pergi keluar dari Apartement ini.

***

"Halo calon suami Nata apa kabarmu?" Sapa perempuan yang ada di hadapan Hesta kini.

Perempuan itu menyapa Hesta dengan tatapan berbinar dan ia tersenyum lebar seolah tidak terjadi masalah apa-apa.

Hesta tidak menjawab sapaan Caitlyn dan langsung duduk saja diikuti Caitlyn yang ada di depannya.

"Kenapa lo manggil gue? Pasti mau kasih kartu undangan pernikahan kalian kan? Kok Natanya nggak ikut?" ucapnya lagi random.

"Jelas Nata tidak akan mau untuk menemui sahabat yang sudah mengkhianatinya," gumam Hesta dengan suara pelan yang tentu saja tidak terdengar oleh Caitlyn.

"Hah? Lo ngomong apa?" tanya Caitlyn dan membuat Hesta menggelengkan kepala.

Untuk apa juga dia mendumelkan apa yang akan Nata lakukan.

Mereka terdiam sejenak karena Hesta dari tadi sama sekali tidak membalas semua pertanyaan Caitlyn.

"Baik saya langsung ke intinya saja," kata Hesta yang kemudian mengeluarkan laptopnya.

Dia menunjukkan beberapa foto yang dia unduh dan sudah ada di folder di laptopnya. Foto screen capture beberapa artikel.

"Maaf kalau saya menunjukkan fotonya di folder saya karena saya sudah menghapus setiap artikel yang sudah kamu buat."

"A-apa maksudnya ini?"

"Memosting sesuatu tanpa izin terlebih kemarin keluarga saya sudah memasang peraturan untuk tidak mengambil gambar atau video tanpa izin kami," jelas Hesta membuat Caitlyn terdengar mendengus.

"Tapi apa yang membuat anda berpikir kalau saya yang melakukannya?" tanya Caitlyn dan berhasil membuat seringaian muncul di wajah teduh Hesta.

Hesta berdeham. "Walau saya terkadang malas mengakuinya tapi kayaknya kamu lupa kalau saya anggota keluarga Winata. Dan untuk mendapatkan informasi itu tentu saja mudah untuk saya," jelas Hesta dengan nada sedikit mengejek.

Mendengar hal itu membuat Caitlyn langsung mendengus.

"Oke jadi mau lo apa? Lo sendiri kan yang udah hapus semua artikel yang udah gue buat," kata Caitlyn membuat Hesta menyeringai.

"Tentu saja untuk memperingatimu agar kamu tidak sembarangan lagi membuat berita apalagi mengenai kehidupan saya. Dan satu hal lagi..."

"Apa? Lagian gue buat berita itu juga biar Nata sahabat gue diakuin sama semua otang."

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang