HN 11

607 130 9
                                    

Hesta membuka matanya perlahan dan secara perlahan ia bisa melihat langit-langit Apartement nya. Dan begitu matanya sudah benar-benar terbuka dia memperhatikan sekelilingnya. Rupanya dia tertidur di sofa. Tapi sejak kapan?

Hesta lalu bangun dari sofa dan mencari Nata di Apartementnya untuk mencari tau percakapan mamanya dengan Nata yang dia tidak tau karena dia ketiduran.

Tapi dia tidak menemukan perempuan itu dimanapun di sudut rumahnya. Sampai akhirnya ia kehausan dan dia menemukan sebuah note secuil di depan kulkasnya.

Maaf aku pulang tanpa pamit. Kuncimu aku bawa ya. Nanti aku kembalikan besok. Terima kasih untuk tumpangan menginapnya. - Nata.

Baru selesai membaca note dari Nata, ponsel Hesta berdering. Hesta segera mengangkat teleponnya itu.

"Apa yang sudah terjadi bos?"

Kening Hesta mengerut. Dia baru saja bangun tidur tapi asistennya menanyakan hal apa yang sudah terjadi padanya.

Hesta harus jawab apa? Apa Hesta harus menjawab soal mimpinya?

Ah tentu saja tidak karena Hesta bahkan tidak ingat tadi dia sempat bermimpi atau tidak.

"Memangnya apa yang sedang terjadi?" Hesta balik bertanya karena dia sama sekali tidak memiliki clue.

"Mamamu... dia memintaku mengatur jadwal ulang kegiatanmu minggu ini," jelas asistennya yang bernama Grand itu.

Hah?

"Sejak kapan mama ikut campur dengan jadwal keseharianku?"

"Justru itu aku bertanya padamu apa yang telah terjadi?" tanya laki-laki yang lebih tua dari Hesta itu.

Hesta terdiam sambil mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia tidur.

"Tadi mama sempat datang..."

"Lalu?"

"Aku tertidur dan ini baru bangun tetapi mama sudah tidak ada."

Terdengar suara dengusan di ujung telepon. Hei meskipun Grand lebih tua darinya tapi bukankah Hesta bos nya jadi mengapa Grand terdengar marah?

"Ada apa?"

"Bagaimana kamu bisa tertidur di saat penting seperti itu dan saat itu apa ada Nona Nata disana?"

Hesta seketika merasa bodoh sendiri. Dan Nata? Ah iya Hesta ingat ia sempat tertidur di pundak Nata. Tapi bagaimana bisa?

Hesta tipe orang yang tidak akan dengan mudah membiarkan orang lain bersentuhan dengan tubuhnya sekalipun bersalaman Hesta agak sedikit menjaga jarak dan bahkan sesekali Hesta menjauhkan hal itu terjadi. Tapi mengapa Hesta justru dengan mudah membiarkan kepalanya jatuh ke pundak Nata?

"Bos?"

"Mama sepertinya lanjut mengobrol dengan Nata. Memangnya apa yang terjadi ada hubungannya dengan Nata?"

"Tentu saja! Malam minggu nanti mamamu menjadwalkan kalian untuk bertunangan."

"Hah apa? Malam minggu ini?"

"Iya."

"Tapi bukannya malam minggu ini ada jadwal bertemu investor?"

"Sudah dibatalkan sesuai permintaan mamamu."

"Ah sialan ini gila! Mendapatkan investor itu sangat sulit tapi mengapa mama melakukannya?" Hesta mulai kesal sendiri.

"Santai saja. Aku sudah memiliki rencana lain. Aku tidak benar-benar membatalkannya."

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang