Nata dan Hesta sudah tiba di Bandung malam ini. Hesta benar-benar berangkat sesuai jadwal walau akhirnya Nata jadi ikut dengan jadwalnya karena tadi pagi Nata berbaikan dengan neneknya Hesta dulu.
Dan kini mereka sudah berada di Apartement Hesta sesuai dengan perjanjian mereka sebelum menikah.
Walaupun ini bukan pertama kalinya Nata menginjakkan kaki di Apartement Hesta tapi ini adalah saat pertama Nata akan mulai tinggal di tempat ini bersama Hesta.
"Kenapa? Kamu nggak suka kamarnya?" kata laki-laki yang sibuk dengan laptop di depannya.
Perempuan yang sejak tadi hanya memperhatikan lewat pintu yang terbuka sedikit itu langsung muncul.
"Ketauan ya?"
"Ya kamu pikir kamu sebesar semut sampai saya nggak sadar kamu dari tadi ada disitu?" Jelas Hesta.
Nata kesal lalu membuka lebar pintu kamar Hesta.
"Ih! Aku boleh masuk kamar kamu nggak?"
"Masuk tinggal masuk," sahut Hesta santai sambil matanya terus fokus pada laptopnya.
Dan dengan semangat Nata memasuki kamar yang pernah dia masuki dulu. Masih sama.
Nata lalu berdiri di samping kasur. "Aku boleh duduk di kasur kamu nggak?"
"Boleh aja asal kakimu bersih," kata Hesta yang akhirnya melirik Nata sebentar.
Dan bisa Hesta lihat wajah kesal Nata yang kini tengah menaiki kasurnya sementara Hesta akhirnya kembali fokus pada laptopnya.
"Pertanyaan saya tadi belum dijawab Nat..."
Nata yang kini duduk bersandar pada kepala kasur sambil memainkan kakinya buka tutup karena dia bingung harus melakukan apa di tempat ini akhirnya menatap punggung Hesta.
"Pertanyaan yang mana?"
"Soal kamar kamu," sahut Hesta tanpa menoleh pada Nata. "Kamu nggak suka kamarnya?"
Sebenarnya bukan tidak suka hanya saja Nata belum terbiasa tinggal di tempat baru.
"Suka kok!"
"Lah terus kenapa nggak tidur dan milih kesini?"
"Ya aku belum bisa tidur aja. Kenapa sih? Aku nggak boleh main ke kamar kamu gitu?" sahut Nata yang nadanya terdengar mulai emosi.
Hesta geleng-geleng mendengar Nata yang mulai emosi. Bukan ikut kesal, Hesta justru tersenyum.
"Bilang aja kamu pengen tidur sama saya..."
"Dih nggak ya! Aku cuma belum terbiasa aja-"
"Sini naik ke pangkuan saya lagi, kita lanjutin yang di Bali waktu itu," goda Hesta memotong kata-kata Nata.
"Nggak ya! Kan aku udah bilang aku nggak mau punya anak yang nanti nggak disayang ayah kandungnya," jelas Nata membuat Hesta terkekeh.
"Loh emang kalau saya pangku kamu bisa punya anak?" tanya Hesta yang kini menoleh ke belakang dan berhasil membuat Nata terlihat salah tingkah.
Nata menarik selimut di kasur Hesta dan menutupi tubuh hingga wajahnya dengan selimut itu.
"Ya nggak tau kan aku belum pernah kawin..." sahut Nata polos.
Hesta terkekeh lalu kembali melanjutkan pekerjannya. Dia inginnya menggoda Nata tapi dia harus profesional. Banyak pekerjaan yang masih harus dia selesaikan.
"Hesta..."
"Hmm?"
"Tadi nenek sama mama kamu minta maaf sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Nata!
RomanceZennata Maheswari frustasi karena kedua orang tuanya yang strict parents. Nata akhirnya meminta tetangganya sendiri untuk menikah dengannya agar ia bisa berlibur dengan mudah ke Bali. Lalu apa tetangganya itu akan menerimanya dengan mudah? Au jungri.