HN 04

690 176 22
                                    

"Hes?"

"Ya?"

"Si Reiga sepupu kamu udah ada calon istri belum?"

"Hah?"

"Eh iya kemarin kok dia tiba-tiba hilang pas aku udah masuk ke kamar?"

"Reiga cuma datang buat nyapa nenek. Habis itu pergi."

"Oh pantesan pas kita makan nggak ada."

"Kenapa? Kamu mau kejar dia buat jadi suamimu sekarang?"

Nata menggelengkan kepalanya.

"Nggak Hes. Aku masih mau kamu..."

"Jadi kenapa harus Nata?"

Pertanyaan ibunya itu mengeluarkan Hesta dari ingatannya saat dia tadi pagi mengantar Nata ke Bandara.

Nata itu tipe perempuan yang suka berkata random ya?

"Mahesta Putra Winata!"

Hesta langsung melirik wajah ibunya yang terlihat kesal padanya.

"Tidak ada alasan, saya cuma mau dia."

Ibunya berdecih. "Bahkan dia hanya memiliki keluarga yang berada yang menjadi kelebihan dia dibanding mantan kekasihmu dulu."

Hesta lalu menyeringai. "Kalau gitu kenapa mama dulu nggak mengizinkan saya menikah dengan Gaby?"

"Karena dia tidak pantas untukmu."

Hesta geleng-geleng mendengar jawaban ibunya. "Lalu Nata?"

"Dia sama tidak pantasnya untuk kamu."

"Kalau begitu siapa yang pantas untuk putramu ini? Cleopatra?"

"Hesta!"

Suara ibunya Hesta meninggi mendengae cibiran Hesta.

"Bagaimana bisa kamu berbicara begitu pada mama yang sudah jelas-jelas ingin yang terbaik untuk kamu?" kata sang ibu.

Hesta tersenyum menyeringai. "Terbaik untuk saya atau untuk mama?"

"Nah kan, kamu sekarang sudah berani menjawab semua kata-kata mama pasti karena gadis tidak sopan itu yang sudah mengajarkanmu?"

Hesta menggeleng. "Bukan karena Nata ma... tapi karena sikap mama. Mama terlalu terobsesi untuk memberikan segala hal yang terbaik untuk saya. Tapi mama lupa untuk bertanya apa saya bahagia dengan semua hal yang sudah mama anggap terbaik itu?

Hesta lalu meninggalkan ibunya yang terdiam itu dan membaringkan tubuh jangkungnya itu di atas kasur miliknya.

Namun belum sempat ia berpikir apa-apa. Dering handphone nya berbunyi.

Reiga.

Hesta tengah malas bermain dengan sepupunya itu jadi ia membiarkan handphone nya terus berdering. Tapi deringnya terus saja terdengar membuat Hesta terpaksa mengangkatnya.

"Apa Rei?"

"Coba lu tebak gua sama Bara ketemu siapa di club biasa?"

"Artis yang lagi viral?"

"Salah! Lebih penting lagi!"

"Ketemu presiden?"

"Yakali dih! Presiden lagi sibuk."

Hesta memutar bola matanya malas.

"Siapa? Langsung aja. Mood saya lagi jelek Rei."

Terdengar suara dehaman Reiga di ujung telepon sana.

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang