Sudah seminggu sejak kedatangan mama Hesta ke Apartement mereka.
"Sudah seminggu Nat..."
"Iya nih sudah seminggu dan nggak ads tanda-tanda mama kamu bakal marah-marah lagi. Ternyata seampuh itu ya soto gubeng?" Sahut Nata yang sedang duduk di sofa bersama suaminya itu.
Mereka memang tengah menonton tv bersama.
"Tapi bukan itu maksud saya..."
Nata otomatis menoleh pada Hesta. Hesta menatapnya intens tapi tatapan Hesta beda dari biasanya. Tatapannya seperti tatapan lapar tapi yang Hesta ingin makan adalah Nata.
"Haid kamu sudah beres berarti?"
Nata menelan ludahnya sendiri tapi sambil mengangguk pelan.
Hesta lalu mendekati Nata. Tangan kanannya mengangkat dagu Nata lalu mengelus bibir Nata dengan jarinya.
"So... we can do it tonight?" Hesta bertanya dengan nads menggoda.
"Hah?"
Belum sempat mendapat jawaban, tubuh Nata didorong lembut oleh Hesta agar terbaring di sofa. Hesta kini berada di atas tubuh perempuan yang menatapnya agak takut.
Hesta mengelus-elus langsung kulit pinggang Nata karena baju piyama atasnya sedikit tersingkap. Nata langsung bergidik dibuatnya.
"Mau dimulai dari ciuman dulu Nat?"
"Ci-ciuman? Siapa?"
Hesta memutar bola matanya. "Saya sama kamu lah masa saya sama Grand?"
Wajah Nata langsung memerah dan memalingkan wajahnya ke samping agar tidak menatap wajah Hesta.
"Tapi aku belum belajar..."
Hesta langsung terkekeh. "Belum belajar? Yakin? Bukannya tiap malam kamu suka nonton film porno?"
Mendengar tuduhan Hesta membuat Nata kini berani menatap Hesta lagi. "Jangan ngaco kamu jangan fit- mmmhhh..."
Kata-kata Nata dibungkam dengan satu cumbuan.
Hesta langsung tersenyum setelah melepaskan tautan bibir mereka sementara Nata terlihat bingung karena masih memproses apa yang baru saja terjadi.
Mereka berciuman?
Hesta sudah akan melanjutkan ciumannya lagi tapi Nata menahannya.
"Aku belum sikat gigi Ta... Aku juga belum bersih-bersih... Aku-"
Lagi-lagi kata-kata Nata dibungkam oleh bibir Hesta. Hesta kini lebih memperdalam ciuman mereka. Tangan Hesta yang sudah melingkar di pinggang Nata semakin menarik tubuh Nata untuk menempel padanya sementara tangan Nata refleks memeluk leher Hesta.
Hesta benar-benar kecanduan pada bibir Nata sementara Nata yang awalnya hanya mencoba membalas ciuman Hesta justru ikut terbuai lebih dalam dengan ciuman itu.
Hesta menggigit bibir bawah Nata agar mulut Nata terbuka sehingga Hesta bisa memasukkan lidah nya ke mulut Nata. Nata menerima dengan baik pergulatan lidah Hesta di mulutnya membuatnya semakin memeluk erat Hesta.
Beberapa saat kemudian mereka saling melepaskan tautan bibir mereka. Dan dengan wajah yang berjarak mereka menatap satu sama lain dan sama-sama tersenyum sambil meraup oksigen masing-masing.
Hesta mengelus-elus rambut Nata yang jatuh ke keningnya.
"Kamu cantik Nat..."
Nata tersenyum salah tingkah di puji begitu.
Dan belum sempat menjawab apapun, Hesta langsung menargetkan leher putih mulus Nata. Ia bubuhi beberapa kecupan disana. Nata sedikit mendongak agar Hesta lebih mudah memberi banyak kecupan dan jilatan di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Nata!
Любовные романыZennata Maheswari frustasi karena kedua orang tuanya yang strict parents. Nata akhirnya meminta tetangganya sendiri untuk menikah dengannya agar ia bisa berlibur dengan mudah ke Bali. Lalu apa tetangganya itu akan menerimanya dengan mudah? Au jungri.