HN 26

556 76 5
                                    

"Saya berat jadi berhenti buat maksa mau bopong saya ke dalam."

Nata melirik Hesta yang meliriknya tajam dan tidak lupa wajahnya yang ditekuk kesal karena kata-kata Hesta tadi. Nata langsung melepaskan tangannya di pinggang Hesta.

Begitu menyadari perubahan raut muka Nata, Hesta mendengus.

"Nggak usah ngambek. Saya cuma ngomong yang sebenernya bukan karena saya takut kelihatan lemah lagi di depan kamu. Karena ya saya emang kuat buat jaga kamu tapi yang saya bilang tadi juga ada benernya."

"Bohong."

Hesta memutar bola matanya jengah. "Ngapain saya bohong Nata? Saya kan udah bilang kalau sekarang saya bakal bagi semuanya sama kamu termasuk kelemahan saya."

"Ya terus kok kamu nggak mau aku bantuin bopong? Mulai nggak suka aku pegang-pegang?"

Nata menatap Hesta dengan mata yang berkaca-kaca.

"Giliran di pegangin sama suster-suster aja mau tadi pas di cek tekanan darahnya."

Nata memang cerewet tapi entah kenapa pagi ini Hesta merasa dia terlalu sensitif. Apa Nata tadi salah makan sarapannya?

"Yaudah kamu minta bopong sama suster yang tadi aja..."

Hesta mendengus lagi lalu merentangkan tangannya. Membuat Nata yang hampir menangis jadi menatapnya.

"Yaudah bopong saya lagi sini," kata Hesta sambil berdiri menghadap Nata.

Melihat Hesta merentangkan tangannya membuat Nata sempat tersenyum sebentar karena ya memang sangat sebentar. Senyumannya seolah tidak ingin dilihat oleh siapapun jadi dia langsung memalingkan wajahnya dan kini memasang wajah datar.

"Nggak mau ah. Kamu kan bilang kamu berat."

Hesta langsung geleng-geleng kepala.

"Kenapa geleng-geleng? Nggak suka?"

"Jujur saya yang nggak suka karena mau sampai kapan kita berdiri di depan lift yang buka tutup karena kalian terus mendebatkan hal tidak penting di depan lift ini," kata Grand mencoba mengingatkan mereka berdua tentang keberadaannya.

"Oke oke kita langsung ke Atas," kata Hesta yang kemudian menekan tombol pintu lift.

"Lantai berapa sih apartemen kamu Ta?"

***

"Ta..."

Hesta yang sedang memejamkan matanya dan berbaring di sofa hanya berdeham mendengar panggilan Nata.

"Hmm?"

"Aku mau ngomong sesuatu hal yang penting sama kamu..."

Hesta yang tadinya matanya terpejam langsung membuka mata nya lalu melirik istrinya itu.

"Dan untungnya Grand udah pulang jadi aku bisa leluasa ngomong ini sama kamu..."

Hesta mengernyit karena bingung dengan maksud kata-kata Nata.

"Kamu mau ngomong apa Nata?"

Nata membalas tatapan serius Hesta dengan tatapan yang tak kalah serius.

"Jadi tadi aku kan ke toilet ya..."

"Lalu?"

"Terus aku buang air kecil dan kemudian aku ngecek sesuatu..."

Hesta mulai curiga.

"Jangan ngomongin hal jorok ya Nata saya lagi nggak mau denger kamu bercandain hal jorok," Hesta memotong cerita Nata.

"Dih kamu kok gitu sih?"

Hesta menghela napasnya. "Oke lanjut."

Nata kembali menatap serius Hesta.

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang