"Hai ce, selamat pa-"
Bugh!
Bukan balas sapaan yang diterima Hesta melainkan tinjuan yang di layangkan kakak perempuannya itu pada pipi kirinya Hesta.
"Itu untuk Nata Cok!"
Hesta meringis lalu memegangi pipinya yang sakit karena tinjuan cece nya itu. Tapi dia mengerti. Pasti cece nya sudah melihat berita yang seliweran.
"Sayang! Eh Hes, sorry tadi gua udah coba larang dan kejar tapi Evelyn udah kabur duluan, sakit nggak Hes itu sampai ada darah di sudut bibir lu! Eh siapa lu-" kata Adrian yang baru muncul kemudian panik melihat hasil karya sang istri tapi kemudian dia melirik Grand.
Grand sedikit membungkuk. "Saya Grand Tuan Adrian.."
"Nah iya Grand, tolong bawakan kompresan es batu untuk adik ipar saya ya!" Perintah Adrian pada asisten adik iparnya itu.
Tapi saat Grand akan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu Hesta menahannya.
"Tidak perlu, nanti saya minta Nata aja yang obatin," kata Hesta yang berhasil membuat Grand diam sementara Evelyn meliriknya sinis sambil berdecih.
"Mau nyusahin Nata padahal udah nyakitin dia?"
Hesta langsung terkekeh. "Lah cece kan nonjok saya karena Nata, jadi wajar dong saya minta pertanggungjawaban sama Nata?"
Evelyn geleng-geleng kepala mendengar kata-kata adik kandung satu-satunya itu.
"Ta, kon adik satu-satunya cece ta? Jadi bisa nggak jangan jadi cowok brengsek? Cece nggak mau adik cece setiap langkahnya di kutuk malaikat karena udah nyakitin cewek apalagi ceweknya itu Nata. Cece udah sayang sama Nata kaya adek cece sendiri."
"Yaudah cece angkat Nata jadi adek cece aja daripada jadi adek ipar," sahut Hesta santai.
"Bukan gitu konsepnya cok! Ah gila lama-lama ngobrol sama kon!"
Hesta tersenyum.
"Just trust me then..." kata Hesta mendekati cece nya yang memalingkan wajah darinya. "Cece satu-satunya kakak kandung Hesta jadi cece harusnya tau gimana adiknya. Walaupun saya bukan anak yang baik atau adik yang baik tapi cece harus tau saya berusaha buat nggak sebrengsek itu sama Nata, karena saya tau ngehancurin hati Nata sama aja kaya ngehancurin hati cece ta?"
Evelyn akhirnya menatap mata adiknya.
"Pokoknya kalau sampai kamu ketahuan jahatin Nata, cece adalah orang pertama yang bakal bikin wajah kamu lebih rusak dari sekarang!"
Hesta pun hanya bisa mengangguk ngeri.
***
Nata menunggu Hesta datang menjemputnya di depan kantornya. Sambil menunggu Hesta, otaknya kini tengah berpikir banyak hal. Tentang pernikahannya dengan Hesta tentunya.
Apa Nata benar-benar hanya butuh Hesta sebagai suami yang bisa membuat kedua orang tuanya bisa membebaskannya?
Dan saat selesai melamun ia melihat seorang pegawai hamil yang sedikit sulit berjalan menghampiri laki-laki yang Nata yakini pasti suaminya. Laki-laki itu berlari mendekati istrinya yang perutnya terlihat besar itu.
Laki-laki itu membantu istrinya berjalan sambil membawa barang-barang yang istrinya bawa seperti tas misalnya. Mereka tampak tersenyum sambil mengobrol dan tatapan mereka benar-benar membuat Nata iri karena itu benar-benar tatapan sepasang suami istri penuh cinta. Dan yang terbaik adalah ketika muncul anak laki-laki kecil yang baru saja keluar dari mobil si suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Nata!
RomanceZennata Maheswari frustasi karena kedua orang tuanya yang strict parents. Nata akhirnya meminta tetangganya sendiri untuk menikah dengannya agar ia bisa berlibur dengan mudah ke Bali. Lalu apa tetangganya itu akan menerimanya dengan mudah? Au jungri.