HN 16

479 106 12
                                    

"Gimana Nata udah pas kan bajunya?"

Nata menatap dirinya di cermin besar yang ada di depannya. Sudah tinggal menghitung hari rupanya. Dan menatap dirinya dengan baju pengantin seperti sekarang seolah menyadarkannya sebentar lagi dia akan menjadi istri Mahesta.

"Nata?" panggil designer itu lagi.

Nata lalu menoleh kemudian mengangguk. "Udah pas kok, makasih budhe, kebayanya juga cantik," kata Nata yang memanggil designer itu dengan panggilan budhe atas permintaan si designer. Biar akrab katanya.

"Udah mulai dipingit kah kalian? Soalnya nggak dateng sama Mas Hesta?"

Nata hanya tersenyum.

Bukan karena dipingit sebenarnya. Lebih karena Nata mencoba menghindari Hesta. Ia tidak ingin dulu bertemu Hesta sebelum perasaannya untuk Hesta hilang. Toh perjanjian awal mereka kan bukan menikah karena cinta.

Bahkan saat dua hari yang lalu Hesta tidur di pangkuannya, Nata langsung kabur tanpa menunggu Hesta bangun. Untungnya kemarin Nata sempat di beri kartu akses Apartement Hesta.

Namun usaha Nata sepertinya akan gagal begitu Grand muncul.

"Tuan Hesta sebentar lagi akan tiba, jadi bisakah-"

Kata-kata Grand berhenti begitu menyadari tadi dia merasa melihat Nata tapi kemudian tidak.

Apa perasaannya saja?

Dan Nata ternyata berhasil bersembunyi di salah satu bilik ganti sebelum Grand atau Hesta melihatnya. Ia benar-benar tidak ingin bertemu Hesta.

Bilik ganti itu kurang kedap suara jadi Nata masih bisa mendengar kedatangan Hesta yang disambut baik oleh budhe. Bahkan Nata bisa mendengar saat budhe memberi tahu Hesta kalau dia kehilangan Nata yang tiba-tiba tidak ada.

Dan kini Nata merasa Hesta berjalan menuju bilik di sebelah Nata.

Terdengar sebuah ketukan di dinding yang memisahkan bilik Hesta dan Nata.

"Kenapa sembunyi?" tanya Hesta dengan nada rendah dari biliknya.

Nata hanya diam. Hesta rupanya sudah mengetahui tempat persembunyiannya. Tapi Nata tidak mau menyerah jadi dia hanya diam di tempatnya.

"Jangan-jangan dari bilik samping ada lubang yang bisa membuat kamu ngintip saya ganti baju?"

Gumam Hesta dan terdengar tawa setelahnya membuat Nata kesal sendiri.

"Segitu nggak sabarnya lihat badan calon suami?"

Hesta terus memancing Nata tapi Nata masih bungkam.

"Kalau kamu gini kayaknya kamu bisa punya anak dari saya Nat..."

Nata sudah tidak kuat lagi. Dia akhirnya merapikan kembali kebaya yang tengah dipakainya lalu mencoba keluar dari biliknya walau agak lama karena dia lupa menaruh kunci biliknya dimana. Dan begitu berhasil menemukannya, ia segara membuka pintu biliknya. Dan begitu dibuka, Hesta sudah berdiri dengan memakai beskap di hadapannya.

Hesta tersenyum menyambut kemunculan Nata.

"Cantik..." gumam Hesta membuat Nata salah tingkah sendiri lalu mendorong tubuh Hesta karena menghalangi jalannya.

"Awas aku mau pulang," kata Nata yang kemudian segera mengambil tasnya.

Namun belum sempat ia pergi, budhe memanggilnya.

"Nat?"

Mau tidak mau Nata berbalik. "Iya budhe?"

Budhe tersenyum. "Ya budhe tau kamu pasti sudah nggak sabar dengan hari pernikahanmu tapi baju pernikahannya sayang kalau dipakai sekarang," kata budhe membuat Nata langsung menunduk melihat apa yang tengah dipakainya.

Hei, Nata!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang